webnovel

Part 46

"Anne, apa kau tidak merasa takut?" tanya Anastasya.

"Aku takut, tetapi kita harus tenang Sia! Jangan membuat suara gaduh," bisik Annemarie.

"Baiklah."

Kedua anak itu sedang bersembunyi di balik pohong yang ada di bagian jurang. Ya, mereka menuruni jurang dengan perlahan, hingga sampai di balik pohon besar dan hanya bergantung pada akar juga ranting.

"Di mana mereka? Cepat cari! Pasti masih di sekitar sini," ujar seorang penculik.

Ketakutan Anastasya membuatnya tidak dapat menahan tubuhnya yang sedang berada di tepi jurang itu. Gadis itu terperosok dan hampir saja jatuh jika Annemarie tidak menangkap tangannya dengan cepat.

"Anne, jangan lepaskan! Aku takut!" seru Anastasya.

"Sia, jangan banyak bergerak. Kita bisa terjatuh jika ka- ," ucapan Annemarie terhenti karena pegangannya terlepas.

"Aaarrghh .."

Keduanya terjatuh dan tersangkut pada pohon yang berbeda. Posisi Annemarie berada di pohon yang berada tepat di atas Anstasya. Keduanya tidak sadarkan diri karena pingsan akibat benturan pada kepalanya.

***

Tiga hari kemudian, mereka tersadar di sebuah rumah sakit. Evacska yang merasa khawatir selalu menjaga kedua anaknya. Saat itu keduanya mengalami amnesia dan membuat Evacska murka. Pria itu akhirnya ingin selalu melindungi anaknya yang bernama Anastasya. Ia memutuskan untuk menukar identitas keduanya.

Anastasya atau kini yang menjadi Annemarie, dididik oleh Evacska untuk menjadi seorang anak yang memiliki ambisi tinggi. Sementara Annemarie yang sudah menjadi Anastasya diberikan kehidupan yang kurang layak dari saudaranya.

Evacska membawa kedua anaknya kembali ke Eropa. Dan saat berada di Mansion, Evacska memanggil seorang lelaki untuk selalu menjaga Annemarie. Ya, lelaki itu bernama Granger, bertubuh tinggi dan juga memiliki otot yang tercetak jelas.

"Jaga anakku yang bernama Annemarie, ia sedikit lupa dengan kondisi sebelumnya. Tugasmu adalah membuatnya menjadi Annemarie seperti dulu," jelas Evacska.

"Baik, Tuan."

Setelah menjawab Evacska, Granger keluar dari ruang kerja lelaki itu dan menemui Annemarie yang di maksud Evacska.

"Selamat siang, Nona. Siapa diantara kalian bernama Nona Annemarie?" tanya Granger.

Satu gadis maju dengan percaya diri, ia mengulurkan tangannya untuk dicium oleh Granger. Granger dengan senang hati menyambut tangan itu, lalu mencium punggung tangan gadis itu.

"Aku adalah Anne, Granger."

Sikap tegas dan juga sedikit kaku. Itulah Anne saat masih berusia lima belas tahun. Setelah berkenalan dengan Anne, Granger juga berkenalan dengan Anastasya. Gadis itu terlihat polos, tetapi memiliki keinginan yang sangat tinggi di dalam hidupnya.

Setelah bekerja selama satu minggu, akhirnya Granger mengenali kedua gadis itu. Mereka sering menjahili Granger dengan bertukar posisi. Sayangnya, Granger kini sudah mengenali ciri khas dari Anne dan juga Sia. Dan setelah tiga bulan bersama, Evacska kembali mengirim Anne untuk tinggal di Mansion Evacska.

Annemarie mendapatkan ingatannya kembali saat berada di Mansion itu, ia juga mengetahui tentang kisah keluarga Ron dari seseorang yang memberitahu dirinya. Annemarie membantu Ron untuk keluar dari masalahnya, meski Ron tidak mengenali dirinya karena kecelakaan itu membuatnya kehilangan ingatan. Annemarie tidak pernah meninggalkan Ron hingga mereka disibukkan dengan urusan masing-masing.

Sampai akhirnya Ron berhasil menjadi seorang selebriti ternama, Annemarie selalu menemani Ron. Wanita itu selalu memegang janjinya selama ini, ia akan terus berusaha menjaga Ron dan mengembalikan apa yang seharusnya menjadi miliknya.

"Ron, aku tulus mencintaimu dan aku akan terus bersamamu ... meski pada akhirnya kau akan membenciku," gumam Annemarie.

***

Ron sedang berada di kamar bersama Anne, keduanya terlihat bahagia karena akn segera menikah. Semua persiapan sudah selesai dan mereka telah siap untuk meresmikan hubungannya dalam beberapa hari.

"Apa kau sedang gugup? Jantungmu berdetak kencang sekali, sayang," tanya Ron.

"Tentu saja aku gugup, kita akan melangsungkan pernikahan dalam beberapa hari lagi," jawab Anne dengan tersenyum.

Ron mencium puncak kepala Anne, menghirup aroma wangi dari rambut Anne.

"Apa kau bahagia?" tanya Ron.

"Apa perlu aku menjawabnya, Ron? Tentu saja aku bahagia."

"Syukurlah ... aku tidak ingin hubungan kita menjadi seperti dulu, aku sungguh-sungguh ingin memperbaiki semuanya," jelas Ron.

"Aku tahu, aku berharap agar kita bisa menjalani semua dengan baik," ujar Anne.

"Ya."

Tok

Tok

Tok

Terdengar seseorang sedang mengetuk pintu kamar mereka. Anne beranjak dari tempatnya dan melangkah untuk membuka pintu kamar. Seorang anak kecil sedang berdiri di sana, anak itu memasang wajah seperti sedang kesal.

"Apa yang terjadi, Abercio?" tanya Anne.

"Kenapa kalian membuat aku menunggu? Aku sudah lapar Mama!" protes Cio.

"Astaga! Maafkan Mama, sayang. Baiklah kita ke ruang makan sekarang."

"Papa mana?"

"Papa di sini, ayo kita makan siang bersama," ujar Ron.

Hari ini, mereka sengaja tidak melakukan suatu pekerjaan. Karena mereka sudah sangat sibuk sebelumnya dan memutuskan untuk meliburkan diri dalam beberapa waktu ke depan, hingga pesta pernikahan yang mereka selenggarakan selesai.

Ketiganya sedang duduk bersama di ruang makan, tampak beberapa hidangan sudah terseia dan siap untuk disantap. Seperti biasa, Cio akan selalu minta untuk dibuatkan lasagna sebagai makanan penutup.

"Mama, apa mama Sia akan hadir? Aku merindukannya," ujar Cio.

Suasana menjadi sunyi, tidak ada suara yang keluar dari mulut Anne maupun Ron. Mereka hanya saling menatap untuk beberapa saat, lalu akhirnya Anne mejelaskan pada Cio mengenai Sia.

"Sayang, Mama Sia berada di suatu negara yang terlalu jauh dari sini. Ia juga sudah memiliki keluarga baru di sana, Mama juga merindukannya tetapi kita tidak bisa memaksakan untuk Mama Sia hadir dalam acara pernikahan Mama dan Papa," jelas Anne.

"Mama Sia sudah memiliki keluarga? Apa Mama Sia melupakan aku?" Wajah Cio tampak murung kali ini.

"Cio, jangan seperti itu. Mama Sia pasti merindukan dirimu, ia akan berkunjung jika memiliki waktu, kaupun tahu jika Mama Sia adalah orang yang sibuk," tambah Ron.

"Apa aku bisa bertemu Mama Sia lagi?"

"Tentu saja bisa, sayang. Abercio, jika kau mau ... kau bisa menghubunginya melalui ponsel milikmu," ujar Anne.

"Benarkah? Apa Mama akan menghubungiku?"

"Ya, tentu saja. Kalian bisa melepaskan rasa rindu itu setiap saat melalui sambungan telepon atau video," jelas Anne.

"Oke, Mama."

Anne menatap Ron dengan perasaan yang sedikit khawatir. Ya, wanita itu memang tidak memberitahu tentang pernikahan yang dilakukan oleh Sia beberapa waktu lalu. Pernikahan yang tidak diinginkan oleh wanita itu karena hanya untuk kelancaran bisnis keluarga Evacska.

Setelah kegiatan makan itu selesai, Ron dan Anne kembali ke dalam kamar. Mereka akan membicarakan mengenai Sia. Wanita yang beberapa waktu lalu sempat mengisi hati Ron.

"Kau ingin menjelaskan sesuatu padaku?" tanya Ron.

"Maaf, aku memang tidak memberitahukan mengenai pernikahan yang dilakukan oleh Sia."

"Lalu? Apa sekarang aku sudah bisa mengetahui hal itu?"

"Ya, Sia menikahi seorang pangeran dari Abu Dhabi, bisnis keluarga dipertaruhkan. Dan Sia ... wanita itu mengajukan dirinya untuk menjadi istri ketiga dari pangeran itu."

Ron tampak kesal dengan keputusan Sia, ia tidak akan menyangka jika kesialan akan menimpa wanita itu. Kali ini keduanya hanya bisa terdiam, memikirkan apa yang akan terjadi setelah ini, membuat Anne dalam situasi yang tidak mudah.

"Ron, apa kau sangat mencintai Sia?" tanya Anne tiba-tiba.

"Aku mencintaimu, tetapi Sia juga pernah mengisi hari-hariku di saat kau tidak ada. Kali ini aku akan tetap memilih dirimu karena aku tidak ingin lagi terpuruk di dalam kebodohan," jelas Ron.

Perasaan wanita itu menjadi lega, ia tidak menyangka jika Ron akan mengatakan hal seperti itu setelah mendengar kabar mengenai Sia.