webnovel

Part 41

Ron tengah berada di ruang kantornya, ia sedang memeriksa beberapa berkas yang kini menumpuk di atas meja kerjanya. Ron melihat ada satu berkas kerja sama dengan perusahaan milik seseorang yang tinggal di California. Ron sedikit tertarik dengan mobil buatan perusahaan itu.

Sebuah brand Eighty Automotive mengeluarkan mobil sport dengan model terbaru. Ada empat warna yang di tawarkan yaitu putih, hitam, kuning dan merah. Mobil yang memiliki kecepatan maksimal hingga 464 kilometer per jam, bahkan ia tetap dapat melaju dengan kecepatan yang lebih tinggi lagi meskipun hanya diprogram untuk tidak melaju melebihi kecepatan tersebut.

Eighty memanfaatkan struktur bodi serat karbon, suspensi independen, dan sistem penggerak semua roda Haldex. Roda kemudi mobil juga telah menerima modifikasi dan sistem vektor torsi untuk mengontrol daya yang dikirim ke setiap roda mobil untuk meningkatkan penanganan di tikungan yang ketat telah ditambahkan. Peningkatan aerodinamis dan bobot ringan telah diberikan pertimbangan khusus untuk menjaga mobil tetap kompetitif di jalur balap.

Ron menekan tombol di bagian kanan kaki mejanya, lalu beberapa saat kemudian Casie masuk ke dalam ruang kantor lelaki itu.

"Ada apa?" tanya Casie.

"Aku ingin mobil ini," ujar Ron sembari memberikan katalog Eighty Automotive.

"Kau mengenal baik dengan pemilik perusahaan mobil ini, kenapa kau menyuruh aku untuk memesan?"

"Ayolah, Casie!"

"Sebaiknya kau hubungi sendiri lelaki itu, aku tidak suka berbicara dengan lelaki dingin dan kaku seperti Rhys," gerutu Casie yang akhirnya memutuskan untuk keluar dari sana.

Ron menggaruk kepalanya yang tak gatal, akhirnya ia meraih ponselnya dan menghubungi lelaki yang dianggap dingin dan kaku oleh Casie.

"Ada apa?" tanya Ron.dari seberang.

"Aku pesan warna kuning!" ujar Ron.

"Kau bisa membelinya langsung ke tempatku, di sana akan ada yang melayani dirimu," terang Rhys.

"Sudah ku duga kau akan mengatakan hal itu, apa kau tidak ingin melayani rekanmu kali ini?"

"Aku sibuk! Sebaiknya kau segera datang karena aku hanya membuat masing-masing dua unit setiap warnanya," terang Rhys.

Ron membulatkan matanya mendengar ucapan lelaki itu. Ron memutuskan panggilan telepon itu dengan sepihak. Lalu ia berlari menuju lantai bawah untuk segera pergi menuju California.

"Tuan," panggil seseorang.

"Ada apa?" tanya Ron.

"Mobil yang kau pesan sudah ada di depan, Eighty berwarna kuning," jelas lelaki itu sembari memberikan kunci mobil.

"Siapa yang mengirimkan mobil ini?" tanya Ron.yang masih terlihat bingung.

"Tentu saja pemilik perusahaan yang mengirimkannya untuk anda," ujarnya lagi.

Ron meraih kembali ponselnya dan menyambungkan telepon dengan Rhys lagi.

"Jangan lupa membayar biaya antarnya," celetuk Rhys.

"Cih!"

"Sama-sama," ucap Rhys.

"Jangan lupa mengirim sisanya untuk menjadi pajangan di showroom milikku," ujar Ron.

"Ternyata kau belum melihatnya, apa sebenarnya pekerjaanmu, Ron?" tanya Rhys.

"Kau pikir pekerjaanku hanya melihat showroom?"

"Tidak, justru aku berpikir jika pekerjaanmu hanya tidur dengan pasanganmu saja," celetuk Rhys.

"Dasar!"

Ron memutuskan kembali sambungan telepon itu, lalu ia memberikan uang tip untuk lelaki yang sudah mengantarkan mobil itu ke kantornya.

"Untukmu," ujar Ron.

"Terima kasih, Tuan."

Setelah menerima uang itu, lelaki kurus dengan seragam Eighty Automotive itu pergi dari sana.

Ron berjalan mendekati mobil baru miliknya, ia melihat sebuah kesempurnaan di sana. Sungguh model terbaru yang Eighty berikan, membuat setiap produksi mobilnya selalu laris di kalangan mafia dan pengusaha kaya. Biasanya Ron perlu memesan terlebih dahulu pada lelaki dingin itu, tetapi kali ini justru ia mendapatkan urutan pertama yang mendapatkan keluaran terbaru dari Eighty.

"Cepat sekali kau kembali dengan mobil itu?" uajr Casie.

"Aku tidak perlu mengantre lagi, Rhys mengirim mobil ini untukku," jelas Ron.

"Tetap saja kau perlu membayar mobil itu," sahut Casie.

"Rhys tidak akan pernah memberikan sesuatu dengan cuma-cuma," celetuk Ron.

***

Sebuah mobil berwarna kuning memasuki halaman Mansion. Mobil itu berhenti tepat di depan pintu utama Mansion Evacska. Di sana Anne tengah berdiri menantikan lelaki itu untuk datang menghampirinya.

"Kenapa kau di luar? Udara sangat dingin, kau bisa sakit jika berada di sini terlalu lama," omel Ron.

"Aku menunggumu," jawab Anne.

"Ayo, kita masuk ke dalam."

Ron memeluk pinggang Anne lalu berjalan bersama menuju ruang kerja. Saat sudah di dalam ruangan itu, keduanya duduk di sofa yang ada di sudut kanan ruangan itu.

"Kau membeli dari Eighty? Tanya Anne memastikan.

"Ya, aku mengenal pemilik perusahaan automotive itu," jelas Ron.

"Sepertinya kau sudah mulai memiliki rekan bisnis yang cukup tinggi, Ron."

"Semua itu juga berkat dirimu, jika kau tidak membantu perusahaanku saat itu, mungkin aku bukan apa-apa saat ini, bahkan mungkin aku masih berada di depan kamera untuk beradu akting dengan lawan jenis," terang Ron.

"Cukup, aku sedang tidak ingin mengenang masalalu itu," ujar Anne.

"Baiklah. Apa kau sudah makan?" tanya Ron.mengalihkan pembicaraan.

"Belum, apa kau sudah?"

"Sepertinya kita memang jodoh, aku belum makan apapun karena aku ingin menikmati makan malam bersama dirimu, Anne," ujar Ron.

"Lihatlah, kau mulai pintar menggoda sekarang," sahut Anne.

"Hahaha, tidak, sayang. Aku seperti ini hanya di hadapanmu saja," bantah Ron.

Anne hanya tersenyum mendengar ucapan Ron. Ia tidak ingin mengingat apa saja yang sudah Ron lakukan bersama jalang yang ada di kelab malam itu. Anne mengambil posisi dengan duduk di atas pangkuan Ron. Wanita itu menjadi liar saat ini, dengan posisi saat ini, Anne mencium bibir Ron dengan rakus. Seakan ingin menghilangkan bekas sentuhan dari jalang yang melayani Ron saat itu.

"Ehem."

Ron yang kini larut dalam permainan wanita itu, mulai membalas setiap kecupan itu. Tangan Ron memegang pinggul Anne dan sedikit menggerakkannya. sementara tangan Anne kini melingkar pada leher Ron dan menekan tengkuk agar ciumannya semakin dalam.

Ron menjulurkan lidahnya, lalu mengabsen deretan gigi milik Anne. Tidak sampai di situ, Tangan Ron kini sudah berhasil menelusup masuk ke dalam pakaian yang wanita itu kenakan. Ron meremas dan memberikan pijatan halus di dada wanita itu.

Anne melepaskan ciumannya lalu mendesah penuh gairah. Ron tidak menyiakan apa yang ada di hadapannya saat ini. Lelaki itu menarik kemeja yang di kenakan Anne dengan paksa, hingga bagian depan kemeja itu robek, lalu metampakkan dada Anne yang tanpa mengenakan dalaman.

Ron mengulum puncak dada Anne seperti bayi. Sementara itu, entah sejak kapan kejantanan Ron sudah terlepas dari sarangnya. Anne yang kini mengenakan rok mini hanya menaikkan sedikit pakaiannya lalu ia memasukkan kejantanan Ron pada pusat gairah miliknya.

"Aaahh," desah Anne saat merasakan milik Ron memenuhi liangnya.

Anne menggerakkan pinggulnya perlahan, menikmati setiap gesekan yang terjadi di dalam sana. Matanya terpejam dengan tangan yang sesekali menarik rambut Ron. Sementara itu, Ron masih menikmati puncak dada Anne yang kini terasa mengeras karena terangsang. Ron juga sedikit menggigit hingga membuat Anne terpekik.

"Aahh, Ron ... aku sangat merindukan hal ini," ujar Anne.

"Milikmu masih sama, sayang. Selalu menjepit milikku di dalam sana dan itu sangat nikmat," jawab Ron.

Anne mulai bergerak sedikit cepat, wanita itu akan mendapatkan pelepasannya sebentar lagi.

"Aahh ... Ron, aku akan keluar," desah Anne.

"Yeah ... hemmph."

Beberapa detik kemudian, Ron merasakan cairan hangat membasahi kejantananya di dalam sana. Terasa hangat dan membuat Ron semakin terpacu untuk bersetubuh lagi dengan wanita itu.