webnovel

Part 40

"Nyonya, apa salahku?" tanya Julia.

"Kesalahanmu adalah, kau memuaskan seorang lelaki semalam dan ia adalah milikku," ujar Anne.

Julia menggelengkan kepalanya, ia mengingat seorang lelaki yang terlihat mabuk dan patah hati semalam. Bahkan ia telah memuaskan lelaki itu dengan servis yang diberikannya. Tidak hanya itu, lelaki itu juga telah membuatnya puas karena mendapatkan pelepasan beberapa kali saat melakukan persetubuhan itu.

"Nyonya, aku sungguh tidak tahu jika lelaki itu adalah suamimu. Kumohon ampuni aku, aku hanya mencari uang untuk hidupku," jelas Julia.

Anne menggelengkan kepalanya perlahan, ia juga terkekeh mendengar alasan wanita di hadapannya itu.

"Aku tidak menerima alasan apapun, Julia," ujar Anne.

Julia tertunduk pasrah, apapun yang akan Anne lakukan padanya, semua itu akan ia terima. Karena hidupnya yang sebatang kara, bahkan ia juga tidak memiliki harga untuk dipertahankan. Hanya sebuah nyawa, bahkan kini sudah tidak berarti lagi saat Anne akan mengakhiri semuanya.

"Xander, apa kau sedang bernafsu saat ini?" tanya Anne.

"Nona."

"Buat wanita ini merasakan nikmat sebelum nyawanya pergi," ujar Anne.

"Ta-tapi .."

"Kau tidak mau?" sahut Anne.

Xander menelan ludahnya kasar. Ia menatap wajah cantik Julia, lalu mendekati wanita itu. Tangan Xander menyentuh dagu wanita itu, matanya menatap dengan penuh rasa belas kasih. Seperti bukan dirinya, Xander melepaskan tangannya lalu kembali berdiri dan menatap Anne.

"Nona, bolehkan aku melakukannya di tempatku? Aku tidak bisa melakukan hal seperti itu di tempat ini," jelas Xander.

"Baiklah, setelah itu jangan lupa membereskannya," ujar Anne.

"Baik, Nona."

Anne keluar dari gudang itu menuju Mansion utama. Sedangakan Xander mendekati Julia dan kembali menatap wajah cantik itu.

"Kau akan menjadi budakku, apa kau bersedia?" tanya Xander.

"Apa aku memiliki pilihan?"

"Menjadi budakku, atau mati di tanganku?"

"Terserah kau, hidupku sudah tidak berarti lagi."

Xander menggendong tubuh Julia untuk ia bawa menuju Mansionnya di Meksiko.

***

Danau Chalco, di Meksiko. Xander membawa Julia ke Mansion miliknya. Ia menyuruh beberapa pelayannya untuk membantu Julia membersihkan diri. Sementara dirinya kembali menjalankan misi yang sudah Griffith berikan. Ya, lelaki itu kini bergabung bersama mafia bernama Camorra, dengan pemimpin yang biasa di sebut Griffith.

Setelah kepergian Xander, Julia bersama pelayan di sana sedang membersihkan dirinya. Julia berada di sebuah kamar utama, tepatnya kamar yang dikhususkan untuk budak Xander. Di dalam kamar itu banyak perlengkapan wanita yang bisa dikenakan oleh Julia. Tidak hanya dari pakaian, sepatu, highheels, bahkan tas dan dompet lengkap tertata rapi di dalam etalase.

Sebuah ranjang berukuran king size menjadi tujuan utama Julia. Wanita itu terlihat lelah dan ingin beristirahat selama lelaki yang membawanya sedang pergi. Julia juga menyempatkan diri untuk bertanya pada pelayan.

"Di mana ini?" tanya Julia.

"Anda sedang berada di Mansion Chalco, wilayah Meksiko, Nona," jawab seorang pelayan.

"Apa tempat ini sangat terpencil?" tanya Julia lagi.

"Kau bisa berkeliling jika tidak lelah, Nona. Hanya perlu berhati-hati jika berada di sini," tambahnya.

"Apa di sini sangat berbahaya?"

"Apa maksudmu, Nona?"

"Maaf, bisakah kau bercerita tentang lelaki itu?"

"Tuan Xander?"

"Aku bahkan tidak tahu siapa namanya," ujar Julia.

"Tuan Xander adalah pemilik kedua Mansion ini, dulunya Mansion ini milik musuhnya." Penjelasan pelayan itu membuat Julia sedikit bergidik ngeri.

Di dalam kepalanya, ia memikirkan banyak hal buruk yang bisa ia dapatkan jika melawan lelaki itu. Julia memilih untuk berbaring dan menarik selimut menutup sebagian tubuhnya. Sementara dua pelayan yang melayani dirinya keluar dari kamar itu menuju dapur.

Entah sudah berapa lama Julia terlelap, kini ia merasa sesuatu tengah menindih bagian perutnya. Ia membuka matanya dan melihat ke samping. Ia menemukan Xander sedang terlelap, dengan tangan yang memeluknya erat.

"Ehem, Tuan."

Tidak ada jawaban dari Xander, lelaki itu terlihat sangat lelah setelah melakukan misinya. Julia berpikir untuk membiarkan lelaki itu memeluknya beberapa saat lagi.

"Apa tidurmu sangat nyenyak?" Suara Xander membuat Julia terkejut.

"I-iya."

"Syukurlah, kalau begitu aku ingin melanjutkan tidurku, kau bisa membersihkan diri dan menuju ruang makan jika lapar," ujar Xander.

Lelaki itu kembali menarik selimut untuk menutup tubuhnya. Sementara Julia merasa bingung dengan sikap Xander saat ini. Julia menaikkan bahunya sekilas, lalu ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Kenapa lelaki itu sangat aneh," gumam Julia.

Setelah dua puluh menit di dalam kemar mandi, Julia keluar dengan mengenakan handuk kimono. Ia melihat lelaki itu masih terlelap di atas ranjangnya. Tidak ingin mengganggu Xander, Julia segera mengenakan pakaian lalu beranjak menuju ruang makan.

"Selamat pagi, Nona," sapa seorang pelayan yang sebelumnya melayani Julia.

"Selamat pagi."

"Silakan duduk, makanan akan segera saya hidangkan untuk anda," jelas pelayan itu.

"Baiklah."

Julia menarik kursi yang ada di ruang makan itu, saat duduk ia merasa sangat heran. Di Mansion sebesar itu, tidak ada orang lain selain Xander, dirinya dan pelayan. Julia ingin bertanya lagi pada pelayan itu, tetapi pertanyaannya tertahan saat melihat seorang wanita berjalan melewatinya begitu saja.

Wanita itu berjalan menghampiri pelayan, lalu bertanya tentang keberadaan Xander.

"Di mana lelaki itu?" tanya wanita itu.

"Tuan ada di kamar sebelah timur," ujar pelayan.

Wanita itu kembali melangkah menuju kamar yang dimaksud pelayan.

"Silakan hidangan anda, Nona," ujar pelayan.

"Siapa wanita itu?" tanya Julia.

"Nyonya Candy," jawabnya.

"Siapa?"

"Biasanya Nyonya Candy kemari untuk mengobati Tuan Xander. Sepertinya Tuan sedang terluka, maka dari itu Nyonya Candy datang," jelas pelayan.

Julia membulatkan matanya, ia bahkan tidak mengetahui jika Xander sedang terluka. Julia memilih beranjak dari sana menuju ke kamar. Saat ia membuka pintu, Candy tengah mengobati punggung Xander.

"Astaga!" seru Julia.

Candy dan Xander menengok ke asal suara, mereka melihat Julia yang berdiri kaku di pintu.

"Siapa kau? Berani sekali masuk tanpa mengetuk pintu!" bentak Candy.

"Tenanglah, ia budak baru milikku," jelas Xander.

"Sejak kapan kau membawa pulang budakmu?" tanya Candy.

"Apa aku harus meminta izin di rumahku sendiri?"

"Terserah."

Candy menyeka luka akibat tebasan pedang di punggung Xander dengan air YoungLin. Mata Julia kembali membulat saat luka itu langsung sembuh dan hanya meninggalkan bekas saja di punggung Xander.

Julia berjalan mendekat, lalu duduk di tepi ranjang, tepatnya di seberang Xander dan Candy. Wajahnya terlihat masih terkejut dengan apa yang ia lihat saat ini.

"Bukankah kau ingin makan tadi?" tanya Candy.

"I-iya ... aku hanya khawatir saat pelayan memberitahu mengenai alasan dirimu datang kemari," jelas Julia.

"Sudah selesai, aku pergi," pamit Candy.

Xander menatap Julia dengan tatapan teduh.

"Apa kau khawatir padaku?" tanya Xander.

"Sebenarnya aku .."

"Sudahlah, sebaiknya kau makan dulu, sebelum aku memakanmu," celetuk Xander.

Wajah Julia merona saat Xander mengatakan kalimat itu. Ia beranjak dari kamar itu kembali ke ruang makan. Sementara itu Xander melihat ponselnya yang berdering, lalu menghubungkan panggilan itu.

"Kenapa kau tidak mengakhiri hidupnya?" Suara Anne terdengar kesal.

"Aku akan memastikan wanita ini tidak akan lagi mengganggu hubungan kalian," terang Xander.

"Dasar kalian kaum lelaki! Tidak bisa menolak dengan wajah cantik wanita jalang," gerutu Anne.

Xander memutus sambungan telepon itu, lalu ia mengenakan kemejanya kembali. Ia berjalan menyusul Julia ke ruang makan.

"Tuan," sapa pelayan.

"Aku tidak sedang lapar, kalian tidak perlu repot menghidangkan makanan untukku," ujar Xander.

Semua pelayan menunduk lalu pergi dari ruang makan.

"Tuan, kenapa kau tidak makan?" tanya Julia.

"Aku tidak lapar," jawab Xander.

Lelaki itu berjalan menuju dapur, ia mengambil segelas air lalu meneguknya perlahan hingga habis. Setelah itu, Xander duduk di samping Julia dan tiba-tiba tangannya mengusap bibir wanita itu.

"Kau makan seperti anak kecil," ucap Xander.