webnovel

Part 42

Pagi ini, saat keduanya terbangun dengan tubuh polos yang hanya tertutup oleh selimut. Ron terlihat sedang memandang wajah cantik Anne. Lelaki itu tidak tahu, siapa yang sebenarnya ia cintai. Keduanya memiliki wajah yang sama, hanya sifat mereka yang berbeda.

"Sudah puas memandangi wajahku?" ujar Anne sembari tersenyum kecil.

Ron juga tersenyum melihat Anne yang sekarang ada di hadapanya sedikit berubah. Mungkinkah Anne yang saat ini memiliki sifat yang lebih baik dari sebelumnya. Ron hanya berharap, agar wanita yang ia cintai benar-benar tulus membalas cinta itu.

"Ayo, kita mandi bersama," ajak Ron.

"Baiklah."

Ron turun dari ranjang terlebih dahulu, kemudian ia meraih tubuh Anne dan membawanya ke dalam kamar mandi. Perlahan ia menurunkan Anne di dalam bathup, lalu menyalakan keran air dengan suhu hangat. Ron masuk ke dalam bathup untuk membersihkan badan Anne, seperti dulu ia lakukan.

"Apa kau ingat? Kita pernah melakukan ini bersama," ujar Anne.

"Ya, tentu saja aku mengingat semua itu," jawab Ron.

Dengan sabar Ron menggosok punggung Anne. Setelah itu, keduanya membilas diri di bawah shower hingga tidak ada busa sabun lagi yang menempel di tubuh keduanya. Ron mengambil handuk untuk mengeringkan tubuh Anne lalu membalutkan benda itu di tubuh polos wanita itu. Setelah itu, giliran dirinya yang mengeringkan tubuhnya.

Ron menggendong Anne menuju walk in closet untuk mengenakan pakaian. Bahkan kini Ron mengulang kenangan itu, mengenakan satu persatu pakaian Anne. Dimulai dari dalaman wanita itu, hingga dress panjang tanpa lengan, dengan belahan dada yang mengundang gairah.

"Jam berapa Abercio berangkat ke sekolah?" tanya Anne.

"Cio akan berangkat beberapa menit lagi, kau ingin mengantarkannya?"

"Ya, aku ingin menjadi ibu yang baik dengan mengantarkan anakku ke sekolah."

"Baiklah, Granger akan mengantarkan kalian, aku ada meeting pagi ini, jadi maaf tidak bisa bergabung," ujar Ron menyesal.

"Tidak apa-apa, Ron."

Keduanya keluar dari kamar, lalu menuju ruang makan. Di sana, sudah ada Cio yang sedang menyantap makanan.

"Selamat pagi, sayang," sapa Anne. pada Cio.

"Pagi, Mama."

"Hari ini Mama akan mengantarkan dirimu ke sekolah, apa kau tidak keberatan?" tanya Anne.

"Benarkah? Tentu saja tidak, Mama. Aku sangat senang jika Mama mau mengantarkan aku," jawab Cio.

"Baiklah, cepat habiskan sarapanmu, lalu kita akan segera berangkat," ujar Anne.

Setelah mereka selesai dengan makanannya pagi ini, Anne dan Cio menggunakan mobil yang dikemudikan oleh Granger. Sementara Ron menggunakan mobil baru yang ia dapatkan dari Eighty.

***

Setelah sampai di kantornya, Ron melihat ada banyak sekali berkas yang harus ia selesaikan hari ini. Kali ini Casie sedang mengurus bisnis di Manhattan, sehingga tidak ada yang membantu Ron untuk segera menyelesaikannya.

"Kenapa bisa sebanyak ini?" gumam Ron.

"Masuk!" ucap Ron pada orang yang sedang mengetuk pintu kantornya.

"Selamat pagi, Tuan. Meeting akan segera dimulai. Semua karyawan sudah menunggu anda," ujar pegawai wanita itu.

"Baiklah, terima kasih. Aku akan segera ke sana setelah menyiapkan berkas," ujar Ron.

"Baik, Tuan."

Ron mencari sebuah map cokelat berisi laporan bulanan. Hanya saja map itu tidak ada di sana, atau mungkin map itu ada di meja kerja Casie. Ron mencoba mencari map itu keseluruh ruangan, hingga meja kerja Casie. Tetapi tidak ditemukan. Akhirnya Ron meneyrah dengan menghubungi Casie.

"Halo, Casie. Apa kau melihat berkas untuk meeting hari ini?" tanya Ron.

"Bukankah kau bawa pulang semalam?"

"Astaga! Aku lupa, baiklah, maaf menganggumu."

"Oke."

Ron kembali menekan nomor telepon, kali ini ia akan menghubungi Anne untuk membantunya.

"Ada apa Ron?" tanya Anne dari seberang telepon.

"Ehem, berkas untuk meeting sepertinya tertinggal di Mansion, apa kau bisa membantuku?"

"Berkas? Ah ... aku sedang menuju kantormu," ucap Anne, lalu mengakhiri sambungan teleponnya.

"Map ini?" Suara Anne membuat Ron terkejut.

"Syukurlah, bagaimana bisa kau tahu?" tanya Ron.

"Aku sedang memeriksa beberapa berkas, lalu aku menemukan itu di sana, kau sungguh ceroboh," ujar Anne.

"Baiklah, aku akan meeting sebentar, apa kau mau menunggu hingga aku selesai?"

"Tentu saja, aku akan menjadi calon istri yang baik untukmu," celetuk Anne.

Ron tersenyum mendengar ucapan wanita itu, ia pun mencium kening Anne lalu beranjak pergi dari sana. Anne merasa jika Ron yang dulu sudah kembali padanya. Ia akan mencoba untuk menjadi pribadi yang lebih baik kali ini.

Wanita itu masih menunggu Ron yang sedang meeting di ruangan lain. Ia memilih berkutat dengan ponselnya dan mengurus pekerjaan dari sana.

Setelah dua jam menunggu, akhirnya Ron kembali ke ruangan itu dan menghampiri Anne yang duduk di sofa.

"Apa aku terlalu lama?" tanya Ron.

"Tidak, kau sedang bekerja, aku tak seharusnya menunggu dan membuat dirimu memikirkan aku," ujar Anne.

"Tidak, kau tidak mengganggu, sayang. Baiklah, sekarang apa yang akan kau lakukan? Apa kau tidak ingin mengurus perusahaanmu?" tanya Ron.

"Hemm, aku sedang mengurusnya, Ron. Hanya saja aku tidak ingin jika turun secara langsung akan membuat waktu kebersamaan kita berkurang," ujar Anne.

"Kau benar, Baiklah ... bagaimana jika kita makan malam hari ini?"

"Benarkah? Di mana?" tanya Anne.

"Akan ku persiapkan untukmu, semua akan menjadi yang paling spesial," ujar Ron.

"Benarkah? Untuk kita berdua saja?" tanya Anne memastikan.

"ya, untuk kita berdua saja. Lain waktu kita ajak Cio," jelas Ron.

Anne memeluk erat tubuh Ron karena sangat bahagia dengan ajakan itu.

"Jangan lupa untuk berdandan yang cantik karena aku ingin melihatmu seperti seorang ratu malam ini," ujar Ron.

Anne menengadahkan wajahnya, hingga akhirnya Ron mencium bibir merah Anne. Ron melumat bibir itu dengan lembut dan semakin lama menjadi semakin dalam.

Keduanya tampak terkejut saat seorang pegawai di kantor itu masuk dengan tiba-tiba.

"Apa kau tidak bisa mengetuk pintu terlebih dahulu?" tanya Ron.emosi.

"Ma-maaf, Tuan."

Pegawai itu kembali menutup pintu dan membuat emosi Ron naik. Sementara itu, Anne mencoba membuat Ron lebih tenang dengan memeluknya kembali dan menciumi leher lelaki itu.

"Sudahlah ... ia memang tidak tahu apa yang sedang kita lakukan," ujar Anne.

"Ya, maaf sudah marah di depanmu, sayang."

"Tidak apa-apa, Ron."

Setelah percakapan itu, Anne memutuskan untuk segera kembali ke Mansion, dengan menjemput Cio terlebih dahulu di sekolahnya. Anne ingin membuat Cio selalu merasakan kasih sayang yang selama ini tidak bisa Anne berikan. Karena usia Cio yang menginjak tujuh tahun, sehingga anak itu pasti sudah mulai mengerti tentang kehidupan orang tuanya. Apalagi Cio salah satu anak yang jenius.

Di depan gerbang sekolah Cio, Anne berdiri di samping mobil menunggu anaknya keluar dari kelas. Saat itu, Anne bertemu dengan wanita bernama Allena. Wanita yang dulu pernah dekat dengan Ron. Allena juga sedang menunggu seorang anak keluar dari sekolah itu, saat itu pikiran Anne menjadi kacau. Ia mengira jika anak Allena adalah anaknya dengan Ron.

"Allena," panggil Anne.

"Ya, maaf ... siapa kau?" tanya Allena.

"Aku Anne, istri Ronald. Kau masih mengingatnya kan?"

"Ah ... anda Nyonya Solon? Tentu saja aku masih mengingat Tuan Ron, ia pernah menolongku," ujar Allena.

"Sedang apa kau di sini?"

"Aku sedang menjemput anakku, Nyonya. ia bersekolah di sini," jelas Allena.

Wanita yang kini berpenampilan seperti seorang Nyonya besar, membuat Anne ingin mengetahui tentang kehidupan wanita itu saat ini. Anne kembali bertanya pada Allena tentang suaminya.

"Apa kau sudah menikah?" tanya Anne.

"Sudah, Nyonya. Aku dipersunting seorang pengusaha, jika tidak salah, suamiku juga bekerja sama dengan perusahaan milik Tuan Ron," jelas Allena.

"Ahh ... begitu rupanya, jadi anak ini ... anakmu dengan suamimu itu?"

"Ya, kau benar, Nyonya ... apakah ada masalah?"

"Tidak, sama sekali tidak ada," ujar Anne.

Tidak lama kemudian, Abercio berlari menghampiri Anne. Mereka langsung pergi dari sana dan meninggalkan Allena yang masih menunggu anaknya.