webnovel

Part 33

Sia sedang menghubungi Della pagi ini. Wanita itu akan menerima segala konsekuensi dan Ron yang kini berada disamping Sia, tengah membantu wanita itu untuk merapikan butik.

"Nyonya, aku sungguh minta maaf. Kejadian itu terjadi begitu saja dan membuatku sangat terkejut," ujar Sia.

"Tunggu aku kembali, kita akan membicarakan hal ini, Sia," jawab Della dari seberang telepon.

"Baiklah, Nyonya."

Sambungan telepon itu terputus, wajah Sia terlihat lesu mendengar jawaban dari Della. Sementara Ron menatapnya dengan wajah sedih, kini mereka harus bekerja lebih keras lagi untuk mengganti rugi dan juga untuk pengobatan Cio.

"Sia," panggil Ron.

"Kau bisa pergi bekerja, Ron. Aku akan memikirkan cara untuk mengganti semua ini," terang Sia.

"Jangan kau tanggung sendiri, aku akan membantu, Sia," ujar Ron.

Sia menggelengkan kepalanya, lalu berkata,"tidak,Ron. Biar aku sendiri yang mengganti semua ini, kau fokus saja pada pengobatan kaki Cio."

Ron meraih tangan Sia, lalu mencium punggung tangan wanita itu dengan lembut.

"Tenanglah ... semua akan kita lewati bersama," ujar Ron.

Sia meneteskan airmatanya mendengar ucapan Ron. Lelaki itu memeluk Sia beberapa detik, Sia mendorong tubuh Ron perlahan. Mata mereka saling menatap, Ron menangkup wajah wanita itu dengan kedua tangannya, lalu perlahan wajahnya mendekat hingga tidak ada jarak diantara keduanya. Ron melumat bibir Sia yang basah karena airmata. Ciuman lembut itu sedikit membuat Sia tenang, wanita itu tidak sendiri karena masih ada Ron yang setia disampingnya.

"Ron, terima kasih. Sebaiknya kau pergi bekerja, sebelum gajimu juga terpotong karena terlambat datang," ujar Sia.

"Baiklah, berjanjilah untuk baik-baik saja selama kita berpisah."

"Jarak antara restoran dan butik hanya beberapa jengkal Ron, kau bisa kemari saat sedang istirahat, aku akan di sini sampai pekerjaanku selesai," ujar Sia.

Ron tersenyum, perasaannya sedikit lega mendengar ucapan Sia. Ia melangkah keluar dari butik itu lalu menuju restoran, tempat lelaki itu bekerja.

Sementara itu, Sia memulai pekerjaannya. Ia kini berkutat pada laptop yang ada diatas meja kerjanya. Sia melihat beberapa iklan di meia sosial, ada satu lomba untuk desain pakaian. Hadiah yang di tawarkan sangat menggiurkan untuk Sia, wanita itu tersenyum lebar. Kini Sia sedang menyiapkan satu desain untuk ikut serta dalam lomba yang bertema musim dingin. Sia mengambil peralatan miliknya, ia segera menggoreskan pensil di atas kertas. Di kepalanya sudah ada beberapa ide desain dan semua itu ia ikutkan lomba. Dengan biaya lomba yang terbilang bisa menghabiskan jatah untuk makan siangnya selama satu bulan. Sia mengirim lima desain pakaian yang sesuai untuk tema lomba itu. Setelah desain itu ia scan pada alat disamping laptopnya, dengan segera Sia mengirimkan desain itu pada email yang tertera di pamflet.

"Semoga keberuntungan berpihak padaku," gumam Sia sembari menekan 'enter' pada keyboard laptop.

Perlombaan itu berlangsung hingga lusa, Sia sangat beruntung masih bisa mengikutinya. Kini Sia harus menunggu hingga pengumuman perlombaan itu, ia kembali pada aktivitasnya di butik. Sia membersihkan beberapa manekin yang ada di etalasi depan, ia mengganti gaun yang ada di sana dengan gaun baru yang sedang trend di kota itu.

Sia mendengar suara ponsel miliknya berdering, wanita itu segera meraih ponsel itu lalu menekan ikon hijau untuk menerima panggilan.

"Halo, ada yang bisa aku bantu?" tanya Sia pada penelpon.

"Apa yang kau lakukan? Dasar anak tidak berguna!" Suara laki-laki itu sangat Sia kenal.

Satu-satunya lelaki yang tidak menginginkan dirinya untuk hidup di dunia ini.

"Pa-papa ... bagaimana bisa?" Suara Sia terdengar lirih dan tertahan.

"Kau meremehkan aku? Sebaiknya cepat kembalikan penerus Evacska ke Mansion!" ujar lelaki yang ternyata Ayah dari Anastasya.

"Tidak bisa, Papa. Mansion itu sudah menjadi milik orang lain, kami tidak berhak untuk menempatinya," jelas Sia.

"Hentikan permainan bodoh itu! Atau kau akan mendapatkan balasan yang lebih dari ini," tegas Evacska.

Sambungan telepon itu terputus begitu saja, jantung Sia berdegub kencang. Wanita itu kini terlihat murung dan memikirkan bagaimana caranya agar ia dapat mengambil kembali Mansion dari tangan orang itu.

"Seharusnya Cio kembali saja ke Paris, tetapi aku sudah berjanji pada Anne," gumam Sia.

***

Sementara itu di tempat kerja Ron. Lelaki itu tengah melayani tamu yang datang untuk menikmati hidangan di restoran itu. Ron yang bekerja dengan giat, tanpa ia sadari seseorang terus memperhatikannya dari kejauhan. Seorang wanita yang hampir setiap hari berkunjung ke restoran itu hanya untuk makan siang. Ia selalu memesan menu yang sama dan selalu ingin Ron yang melayaninya.

"Nona, kau selalu memesan menu yang sama setiap harinya, apa kau tidak ingin memesan menu yang lain?" tanya Ron.dengan ramah.

"Baiklah, apa kau memiliki menu yang bisa membuat selera makanku bertambah?" tanya wanita itu.

"Tentu saja, Nona. Ada beberapa menu di sini yang paling banyak diminati. Jika kau berkenan, akan ku pesankan menu itu pada koki di dapur," terang Ron padanya.

"Baiklah, aku akan mencoba menu itu."

Ron tersenyum lalu beranjak dari sana untuk memesankan menu untuk wanita itu. Setelah itu, Ron kembali pada meja kasir untuk melayani pelanggan yang sudah selesai dengan makan siangnya.

"Ron, kau bisa pergi menemui kekasih mu, aku akan menggantikan pekerjaanmu selamakau beristirahat, bawakan ia makanan," ujar pemilik restoran.

"Terima kasih, aku akan menyampaikan kebaikanmu ini padanya," ujar Ron sembari melepaskan apron.

Ron berjalan menuju butik tempat Sia bekerja, dengan membawa bungkusan makan siang untuk mereka makan berdua. Sampai di butik, Ron melihat Sia sedang memandangi layar laptopnya.

"Apa pekerjaanmu sangat banyak? Hingga saat aku masuk, kau tidak menyadarinya," ujar Ron.

"Ron, sejak kapan kau masuk? Maaf, aku sedang memeriksa pesanan, aku takut salah lagi," terang Sia.

"Kita makan dulu, aku yakin perutmu sudah berteriak minta untuk segera diisi," ucap Ron sembari terkekeh.

Sia tersenyum mendengar ucapan Ron. Kini ia beranjak dari tempat duduknya lalu menghampiri Ron. Keduanya duduk di kursi yang terseia di sana sebagai ruang tunggu pelanggan.

"Aku mengikuti perlombaan, hadiahnya bisa untuk mengganti rugi, lalu sisanya bisa kita pakai untuk pengobatan Cio," ujar Sia.

"Benarkah? Semoga saja kau menjadi juara pertama, agar semua keinginanmu terpenuhi," ujar Ron.

"Terima kasih karena sudah mendukungku," ujar Sia.

"Kita hidup bersama, tentu aku akan selalu mendukungmu."

Kini keduanya menikmati makan siang bersama, hingga makanan itu habis tak tersisa. Lalu Ron harus segera kembali ke restoran untuk melanjutkan pekerjaannya.

Sepeninggal Ron, Sia kembali duduk di meja kerjanya, kembali berkutat dengan laptop yang kini tengah menampilkan website butik Amor. Beruntung pesanan hari ini sangat banyak, sehingga butik mendapatkan pemasukan yang melebihi target untuk hari ini.

"Syukurlah, semua berjalan dengan lancar," ucap Sia.

Wanita itu dengan giat menyiapkan pesanan, ia juga langsung mengemas pesanan itu sesuai alamat pemesan. Karena pemesanan via online, Sia menggunakan jasa ekspedisi dan kurir untuk mengantarkan pesanan itu.

Saat sedang mengemas, ponsel Sia berdering. Della tengah menghubungi dirinya, dengan cepat wanita itu menekan ikon hijau pada layar ponselnya.

"Selamat siang, Nyonya."

"Sia, aku mendapatkan banyak notifikasi pemesanan hari ini, apa kau bisa mengemas semua itu sendirian?" tanya Della dari seberang telepon.

"Tentu saja aku bisa melakukannya, Nyonya. Pengemasan berjalan lancar dan akan di ambil kurir dalam beberapa jam."

"Syukurlah, aku kira kau akan sedikit kesulitan karena tidak ada yang membantumu. Apa kau baik-baik saja? Jangan terlalu memikirkan kejadian kemarin, aku tidak akan marah padamu karena semua itu adalah sebuah musibah," ujar Della.

Ucapan Della membuat Sia bernapas lega, ia tidak perlu khawatir akan diberhentikan dari butik.

"Terima kasih, Nyonya. Segeralah kembali, agar aku bisa memelukmu karena sangat terharu," ucap Sia.

Della terkekeh diseberang sana, ia sangat beruntung mendapatkan pekerja seperti Sia.

"Baiklah, aku akan segera kembali besok, sambut kedatanganku dengan makanan manis. Aku ingin makan cheesecake bersamamu besok," ujar Della.

"Baik, Nyonya. Aku akan menyiapkannya untukmu."

Setelah itu, sambungan telepon terputus. Sia tersenyum lega, lalu ia menelepon Ron untuk memesan cheesecake di restoran tempat lelaki itu bekerja.