webnovel

Part 34

"Granger, kenapa Papa dan Mama belum juga menikah?" tanya Cio.

"Karena mereka harus mencari banyak uang untuk kesembuhanmu, Tuan Muda."

"Apa aku salah sudah berbuat seperti ini pada mereka?"

"Kau hanya masih belum mengerti tentang mereka, Apa kau akan menyudahi semua ini?" tanya Granger.

"Kakek memarahiku, ia mengatakan bahwa aku melakukan hal bodoh untuk orang bodoh," ucap Cio dengan wajah murung.

"Jika begitu, segeralah mengakhiri semua ini, Tuan Muda."

Granger dan Cio tengah berada di ruang santai, kedua orang ini selalu di dalam rumah untuk menunggu Sia dan Ron pulang dari bekerja. Cio sedang mencurahkan isi hatinya pada Granger, anak itu merasa bersalah dengan apa yang sudah ia lakukan. Cio akan mengakhiri semua permainannya, sebelum semua terlambat dan ia akan kehilangan keduanya.

"Granger, antarkan aku kerumah sakit sekarang," ujar Cio.

"Baiklah, Tuan Muda."

Lelaki itu segera membantu Cio, menggendongnya menuju mobil yang berada di depan rumah.

"Granger, hubungi mereka semua."

Granger mengangguk, ia hanya bisa menurut saja pada anak itu. Granger mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya, lalu ia mencari nomor telepon beberapa orang yang dimaksud oleh Cio.

"Tuan Muda ingin kalian semua berkumpul di rumah sakit. Aku akan memberikan alamatnya melalui pesan singkat," ujar Granger pada seseorang di seberang telepon.

"Baik."

Dan sambungan telepon itu terputus begitu saja. Granger melajukan mobilnya menuju rumah sakit, dengan perasaan yang sedikit khawatir akan keputusan anak itu.

***

Sementara itu di butik, Sia sedang merancang sebuah gaun pernikahan. Seorang pelanggan ingin Sia mendesain gaun yang indah untuk hari spesial itu. Kali ini Della sudah berada di Butik bersama Sia, wanita itu tengah memeriksa laporan penjualan dari website. Sungguh penjualan yang sangat fantastis semenjak Sia bekerja dengannya di butik. Sia mampu menarik pelanggan dengan desain pakaian yang begitu menakjubkan.

"Sia, coba lihat ... bukankah ini desainmu?" tanya Della.

Sia menghampiri Della, ia melihat pada layar laptop milik Della. Di sana terlihat desain pakaian dengan tema musim dingin menjadi pemenang atas lomba yang diadakan beberapa waktu lalu. Dan Sia menjadi juara pertama pada perlombaan itu. Sia menutup mulutnya dengan kedua tangan, ia sangat terkejut dan tidak menyangka bahwa desainnya bisa memenangkan perlombaan itu.

"Nyonya, aku menang ... desain milikku mendapatkan juara satu," seru Sia.

"Selamat, Sia. Kau berhak mendapatkannya karena memang desain milikmu sangat memikat banyak orang," ujar Della.

"Akhirnya ... aku bisa mengganti rugi kehilangan di butik ini," ucap Sia.

Della mengeryitkan dahinya lalu berkata,"apa yang kau katakan? Aku tidak menyuruhemu untuk mengganti itu semua, gunakan uang itu untuk hal yang lebih penting lagi!" ujar Della dengan tegas.

"Ta-tapi ... tidak bisa begitu, Nyonya. Karena aku, kau mendapatkan kerugian besar," ujar Sia.

"Sia, dalam berbisnis pasti ada untung dan rugi. Sudahlah, kau gunakan uang itu untuk hal lain saja," terang Della.

"Terima kasih banyak, Nyonya. Kau sangat baik sekali padaku," ucap Sia.

"Kau sudah banyak membantu, mengembangkan bisnis hingga terkenal sampai di negara orang, tentu aku juga ingin kau merasakan apa yang kurasakan."

Sia tersenyum mendengar ucapan Della, setelah percakapan singkat itu ponsel Sia berdering.

"Maaf, Nyonya. Aku harus menerima telepon ini," pamit Sia.

"Ya."

Sia berjalan sedikit menjauhi Della, lalu menerima telepon itu.

"Granger, ada apa?" tanya Sia.

"Nona, Tuan Muda Cio saat ini sedang beradadi rumah sakit, bisakah anda kemari sekarang juga?" tanya Granger.

"Apa? bagaimana bisa? Di mana Ron?"

"Aku sudah mencoba menghubungi Tuan Ron, tetapi sepertinya ia sedang sibuk saat ini," terang Granger.

"Baiklah, aku akan menjemputnya. Bagaimana keadaan Cio?"

"Keadaannya sudah baik-baik saja,Nona," jelas Granger.

Sia menutup sambungan telepon itu. Lalu ia meminta izin pada Della untuk dapat segera ke rumah sakit saat itu juga.

"Pergilah, Sia. Anakmu membutuhkan dirimu saat ini."

Sia mengangguk, dengan segera ia meraih tasnya lalu berlari menuju restoran tempat Ron bekerja. Restoran tampak sangat ramai saat ini, tentu saja Ron susah untuk di hubungi. Wanita itu masuk ke dalam restoran lalu menghampiri Ron di meja kasir.

"Sia, ada apa?" tanya Ron.

"Cio ... Cio ada di rumah sakit saat ini, kita harus segera kesana," ujar Sia.

"Apa? Baiklah, tunggu sebentar, aku akan meminta izin terlebih dahulu," ujar Ron sembari melepaskan apron.

Sia menunggu Ron di depan restoran dengan perasaan gelisah. Tak lama kemuadian, Ron keluar dari dalam restoran lalu meraih tangan Sia untuk pergi menuju rumah sakit.

"Bagaimana bisa Cio berada di sana?" tanya Ron.

"Entahlah, Granger tidak menceritakan kejadiannya," jawab Sia.

"Semoga tidak terjadi hal yang serius dengan Cio," ucap Ron.

Mereka menggunakan kendaraan umum untuk sampai di rumah sakit. karena jika ditempuh dengan berjalan kaki, bisa dipastikan mereka akan sampai di sana saat petang.

Ron berlari bersama Sia untuk mencari Cio di rumah sakit. Lalu mereka melihat Granger berada di depan kamar.

"Di mana Cio?" tanya Ron.yang kini terlihat panik.

"Ada di dalam."

Ron membuka pintu kamar itu, lalu melihat ada banyak orang di sana. Begitu pun dengan Sia, wanita itu tampak sangat kebingungan dengan apa yang ada di hadapannya.

"Ada apa ini?" tanya Ron.

"Kenapa kalian ada di sini?" sambung Sia.

"Papa ... Mama," panggil Cio.

"Fabio, kenapa kau ada di sini?" tanya Ron.pada lelaki yang dulu pernah mengisi kehidupannya.

"Biarkan anakmu yang menjelaskannya," ujar Fabio dengan tersenyum.

"Kau, kenapa kau ada di sini? Bukankah kau sudah mendapatkan seluruh harta kami," ujar Sia yang kini terlihat kesal.

"Papa, Mama ... aku akan menjelaskan semuanya," ucap Cio.

Anak itu sedang mengatur napasnya, lalu setelah sedikit tenang ia kembali membuka mulutnya untuk menceritakan semua yang terjadi.

"Semua ini adalah rencanaku, sebelumnya ... aku ingin minta maaf pada kalian berdua. Kecelakaan, hingga penculikan waktu itu, adalah rencanaku bersama paman Fabio. Kami melakukan semua ini hanya untuk melihat kalian berdua bersatu," jelas Cio.

Sia mencoba mengatur napasnya, degup jantungnya kini sedang tidak stabil karena menerima kenyataan yang menampar dirinya. Ron yang berdiri di samping Sia hanya bisa terdiam mendengar penjelasan Cio. Di kepalanya saat ini sedang berputar kejadian beberapa bulan lalu. Di mana Cio yang mengalami kecelakaan, lalu penculikan dan kini mereka harus mendengar bahwa semua itu hanyalah sebuah taktik untuk menyatukan dirinya dan Sia.

"Nona, ini semua aset milikmu dan Tuan Ron. Aku mengembalikan semuanya, termasuk Mansion dan apartemen," jelas seorang lelaki yang pernah menculik Cio.

"Aku pergi dulu," pamit Sia.

"MAMA!" teriak Cio.

Sia tidak menggubris panggilan anaknya, ia terus berjalan entah ke mana tujuannya. Sementara Ron berjalan mendekati Cio, dokter yang menangani anak itu juga memberikan laporan bahwa kaki anaknya sudah sembuh total.

"Terima kasih, dok."

"Jangan terlalu keras pada anakmu," pesan dokter.

Ron mengangguk mengerti, setelah itu ... tidak hanya dokter, Fabio dan lelaki yang terlibat di sana keluar dari ruangan pasien. Tepat sebelum pergi, Fabio meninggalkan pesan pada Ron untuk hidup lebih baik lagi.

"Papa ... maafkan aku," ujar Cio menyesal.

"Sudahlah, aku mengerti."

Ron memeluk erat anaknya itu, banyak sekali pertanyaan yang ingin ia tanyakan pada anak itu, tetapi tidak untuk saat ini. Ron melihat Casie dan Granger masuk ke dalam ruangan itu, kedua orang ini tampak sedikit menyesal karena sudah membohongi Ron.

"Di mana Sia?" tanya Ron.pada Granger.

"Entahlah, Nona mengusirku. Ia memerlukan waktu untuk mencerna semua ini," jelas Granger.

"Sayang, kau ingin tinggal di mana?"

"Papa, kakek menyuruh untuk kembali ke Mansion," jawab Cio.

"Baiklah, Papa akan mengantarkanmu kesana."

"Papa, tinggal bersamaku, kumohon!"

"Baiklah."

Cio memeluk Ron, anak itu terlihat begitu senang karena Ron tidak memarahinya. Bagaimanapun anak itu masih berusia enam tahun dan ia sudah berhasil merencanakan semuanya dengan bantuan Fabio.