webnovel

Part 32

"Nyonya, bisakah kau mempertimbangkan mengenai desain yang ini?" tanya Sia sembari menyodorkan hasil sketsa pakaian yang ia buat.

"Hemm, bagus. Aku akan menunjukkannya pada klien, jika mereka banyak yang memesan, aku akan langsung membayarmu," ujar Nyonya Della.

Della adalah pemilik sebuah butik yang sangat terkenal di kota itu. Ron membantu Sia agar dapat bekerja di sana, dengan memberikan beberapa album milik wanita itu pada Della. Desain yang Sia buat memiliki nilai jual yang tinggi, sehingga membuat Della senang saat mendapatkan desainer seperti Sia. Della seorang janda yang kini sudah berusia limapuluh tahun, meski si usia yang terbilang tidak lagi muda, Della sangat bersemangat dalam hal bisnisnya. Wanita itu memiliki anak bernama Sonya, usianya masih kisaran dua puluh lima tahun dan Sonya memilih untuk menetap di Manhattan karena pekerjaannya.

Butik dengan nama My Armor itu selalu menerima pesanan dari banyak kalangan, terutama beberapa orang kaya yang sering mengenakan gaun dan dress seksi. Koleksi fashion dari My Armor ini bukan hanya untuk wanita, melainkan juga untuk anak – anak dan lelaki. Koleksi fashion dari My Armor ini terbilang sangat komplit untuk para pecinta fashion di Amerika.

Sudah satu minggu Sia bekerja di sana dan ia selalu menghasilkan desain yang laku di pasaran. Bahkan ia juga menghasilkan uang yang dapat digunakan untuk pengobatan Cio, hanya saja waktu untuk bersama Cio semakin sedikit karena deadline yang membuatnya harus pulang larut malam.

Ron yang mulai merasa bahwa Cio tidak mendapat perhatian dari Sia memutuskan untuk merundingkan tentang pekerjaannya. Waktu yang Ron pilih saat itu memang tidak tepat, pasalnya Sia baru saja sampai di rumah pukul sebelas malam, dengan kondisi yang sudah lelah dan letih. Lalu Ron mencoba mengajaknya berbicara beberapa menit dan hal itu berhasil membuat Sia emosi, setelah itu berakhir dengan mereka tidak saling sapa keesokan harinya.

Kali ini Sia memilih untuk pulang lebih awal, ia mencoba menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat. Beruntungnya Sia karena hari ini Butik akan tutup lebih awal. Della akan menghadiri sebuah pameran busana di New York dan akan kembali dalam dua hari kemudian. Tentu saja butik masih tetap buka karena Della menitipkan kuncinya pada Sia.

"Sia, aku akan berangkat sekarang ... kau bisa menutup butik pukul delapan, seperti biasa," ujar Della sembari menenteng tasnya.

"Baik, Nyonya ... aku akan menjaga toko dengan baik," jawab Sia dengan tersenyum manis.

"Tentu saja kau akan menjaga dengan baik, kau percaya padamu, sayang."

Ucapan Della membuat Sia semakin bersemangat untuk bekerja lebih giat lagi. Setelah perbincangan singkat itu, Della berjalan keluar dari butik dan menuju bandara untuk segera pergi ke New York. Sementara Sia melanjutkan kegiatannya, ia sedang membuat desain untuk pesanan seorang artis dari Hollywood. Karena ia sudah di bayar saat Cio membutuhkan penanganan beberapa waktu lalu.

Ponsel Sia tiba-tiba saja berdering, di sana tertera nama Ron. Lelaki yang beradu mulut dengannya semalam dan membuat perasaannya semakin kacau. Sia mengacuhkan panggilan dari Ron, ia menekan ikon merah untuk menolak panggilan.

"Mengganggu saja!" gumam Sia.

Sia kembali melanjutkan desainnya, saat tengah fokus pada kertas di hadapannya, seseorang masuk ke dalam butik untuk membeli beberapa pakaian yang ada di sana. Karena di sana hanya ada Sia, maka ia yang melayani pengunjung itu.

"Selamat datang, Nona. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Sia.

"Ya, bisakah kau memilih beberapa model gaun untuk dapat ku kenakan di pesta ulang tahun teman?" tanya pengunjung itu.

"Tentu saja, mari ikut saya. Akan saya tunjukkan beberapa koleksi butik yang best seller," ujar Sia.

Sia dan wanita yang terlihat masih muda itu menyusuri butik untuk memilih gaun, Sia mengambil tiga gaun yang menjadi juara dalam penjualan minggu ini. Gaun pertama terlihat begitu seksi, dengan V-neck yang memperlihatkan belahan dada. Dengan warna hitam elegan yang membuat gaun itu terlihat begitu mempesona. Sayangnya, wanita itu tidak begitu cocok dengan gaun pilihan Sia. Lalu Sia kembali menunjukkan sebuah mini dress, dengan warna pink dust, terlihat begitu manis jika yang mengenakan seorang remaja. Dan pengunjung itu memilih mini dress itu, ia juga mengambil sepasang high heels berwarna senada.

"Baiklah aku ambil ini saja," ujar wanita itu.

"Baik, Nona. Akan saya bungkus dengan segera, silakan ikut saya ke meja kasir."

Sia dan wanita itu menuju meja kasir untuk pembayaran. Namun, saat mereka sampai di meja kasir, tiba - tiba saja wanita itu memutuskan untuk mengambil gaun yang berwarna hitam. Akhirnya Sia berjalan kembali untuk mengambil gaun itu di bagian belakang, tepatnya di dalam etalase kaca.

Setelah kembali ke meja kasih, Sia tidak melihat wanita itu di sana. ia juga kehilangan mini dress dan highheels yang belum dibayar. Tak hanya itu, beberapa pakaian yang ada di bagian depan rak lenyap begitu saja. Sia terduduk lemas melihat apa yang terjadi di sana. Karena terlalu lemas, ia sampai tidak bisa mengeluarkan airmatanya. Rasa takut tangan menyelimuti Sia, jika harus mengganti rugi, ia harus membayar senilai satu miliyar .

"Bagaimana ini ?" gumam Sia.

Sia duduk bersandar pada dinding, pikirannya begitu kacau hingga ia tidak menggubris beberapa panggilan dari ponselnya. Tak hanya itu, wanita itu juga terlihat begitu murung hingga tidak sadar jika sudah larut malam. Suasana butik terlihat begitu sunyi, penerangan pun masih belum sempat ia nyalakan.

Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam, Ron yang merasa khawatir pada Sia akhirnya menghampiri wanita itu di butik. Ron mengetuk pintu depan, tetapi tidak ada jawaban. Lelaki itu mencoba masuk dengan membuka pintu secara perlahan. Benar saja, pintu itu tidak terkunci. Ron mencoba memanggil Sia, tetapi tidak ada jawaban.

"Sia!" teriak Ron.

Lelaki itu menyusuri butik untuk mencari keberadaan wanitanya. Hingga ia tersandung sesuatu karena penglihatannya yang kurang. Ron mencoba memfokuskan pada sesuatu yang membuatnya hampir terjatuh. Benar saja, ia melihat sebuah kaki menjulur dan saat Ron melihat lebih jeli lagi, lelaki itu membulatkan matanya.

"Sia! Astaga ... apa yang terjadi padamu?" tanya Ron.panik.

"Ehem ... Ron," ucap Sia lirih.

"Apa yang terjadi? apa kau terluka?" tanya Ron.

"Butik baru saja mengalami kerugian, Ron. Seseorang mencuri beberapa gaun termahal di sini dan kerugiannya mencapai miliaran," jelas Sia dengan suara paraunya.

"Apa kau terluka? Apa pencurinya melukaimu?" tanya Ron.yang masih khawatir.

Wanita itu menggelengkan kepalanya, ia mencoba menjawab sekuatnya. Karena tubuhnya masih terasa lemas, Ron meraih tubuh Sia lalu menggendongnya. Setelah memastikan bahwa bituk terkunci dengan aman. Ron dan Sia kembali kerumah menggunakan mobil yang Ron bawa.

Sampai dirumah, Ron kembali menggendong Sia. Ia membawa wanita itu sampai ke kamarnya. Dengan perlahan lelaki itu merebahkan tubuh lemas Sia diatas ranjangnya.

"Kenapa kau membawaku kemari?" tanya Sia.

"Kau tidak ingin Cio terbangun dan melihatmu seperti ini kan?"

"Ya."

"Kau ingin mandi? Atau mungkin kau ingin mengganti pakaianmu?" tanya Ron.

"Aku ingin mandi," ucap Sia.

"Baiklah, setelah selesai cepat ke ruang makan! Aku tahu kau belum makan apapun sejak kejadian itu," ujar Ron.

"Iya ... Ron, terima kasih," ucap Sia.

Ron tersenyum, lelaki itu mencium kening Sia sebelum beranjak dari kamar itu. Sementara Sia membersihkan diri di dalam kamar mandi, Ron menghangatkan makanan untuk Sia.

Setelah dua puluh menit kemudian. Sia berjalan menghampiri Ron yang sudah duduk di sana untuk menunggunya bergabung. Sia tersenyum, lalu menarik kursi untuk segera duduk di sana.

"Cepat makan, lalu segera tidur!" ujar Ron dengan tegas.