webnovel

Part 28

Sia baru saja sadar dari pingsannya, wanita itu terlihat pucat dengan tubuh yang terasa lemas. matanya menyusuri ruangan itu, hingga pandangannya berhenti pada lelaki yang duduk disamping ranjang. Lelaki itu tersenyum menyambut Sia yang baru saja membuka matanya.

"Makan dulu, kalau tidak, kau tidak akan bisa mencari Cio setelah ini," ujar Ron.

Sia tidak menjawab, wanita itu justru menitihkan airmata dari ujung matanya. Ron menghapus airmata itu dengan perlahan. Lelaki itu meletakkan mangkok soupnya diatas nakas, lalu membantu Sia agar berposisi setengah duduk.

"Sudahlah! Kau harus pulih terlebih dahulu," ujar Ron lirih.

Ron mengambil kembali mangkuk itu, lalu perlahan menyuapi wanita rapuh di hadapannya. Ya, wanita yang selama ini terlihat kuat di hadapan Ron, kini ia terlihat sangat rapuh. Hal itu membuat Ron semakin merasa bahwa Sia berhak mendapatkan kasih sayang dan cintanya. Meski selama ini Sia selalu menolak Ron, tetapi lelaki itu selalu membuka hatinya agar sewaktu-waktu Sia bisa masuk ke dalamnya. Ron hanya melakukan apa yang dulu Anne lakukan padanya.

"Setelah ini aku akan membantumu untuk membersihkan diri, jangan berpikir buruk dulu. Aku terbiasa membantu Anne dulu dan itu hanya bantuan kecil."

Bukannya menjawab, Sia melebarkan matanya. Wanita itu masih tidak percaya dengan pikiran mesum lelaki di hadapannya. Bagaimana bisa ia mengambil kesempatan itu disaat tubuhnya lemah.

"Hei, kau pasti berpikir buruk! Sudah kukatakan, aku manya membantu. Tentu saja aku tahu diri, meski kau bertelanjang di hadapanku, aku tidak akan menyerangmu jika kau tak menginginkannya," jelas Ron.

"Apa ada kabar dari Cio?" tanya Sia.

"Belum, kita akan bicarakan hal itu setelah kau selesai."

"Selesai?" tanya Sia.

"Kau masih lemah, tubuhemu membutuhkan banyak nutrisi. Lihatlah, kau tampak kurus sekarang. Apa kau mau Cio bersedih saat bertemu denganmu?"

Ucapan Ron membuat Sia sedikit tersadar, bahwa tubuhnya juga membutuhkan perhatiannya. Sia segera menghabiskan makanan yang Ron buat. Setelah itu,Ron menggendong tubuh Sia untuk masuk ke dalam kamar mandi. Perlahan lelaki itu membaringkan tubuh Sia di dalam bathup. Sebelumnya,Ron membantu Sia untuk melepaskan seluruh pakaiannya. Dengan sabar, lelaki itu menggosok setiap inci tubuh wanita itu. Tak hanya pada bagian punggung, Ron juga membersihkan bagian depan hingga seluruh tubuh. Meski tubuh Sia membuatnya kesulitan menelan saliva, tetapi ia mencoba menahan gejolak gairahnya.

"Apa Anne dulu juga seperti ini?" tanya Sia lirih.

"Ya, bahkan ia lebih manja darimu," ujar Ron.

"Benarkah?"

"Hemm."

"Aku tidak terlalu dekat dengannya, apa kau mau menceritakan bagaimana Anne semasa hidupnya?" tanya Sia.

"Tentu saja. Anne adalah wanita gila yang pernah kutemui. Semua keinginannya harus terpenuhi, jika tidak, ia akan menggunakan kekuasaannya. Semenjak mengejar cintaku, Anne selalu menggangguku, ia berusaha membuatku untuk jatuh cinta padanya. Saat bersamanya di Mansion ini, Anne menunjukkan sisi kekanakannya. Awalnya aku tidak menggubris apapun yang dilakukan wanita itu. Hingga tanpa sadar aku sudah jatuh cinta padanya. Tiba-tiba saja aku menuruti semua yang ia mau, Anne seperti memiliki daya tarik tersendiri saat itu. Bahkan saat aku pergi dari Mansion ini, terasa begitu berat. Aku ingin menemaninya, ingin memilikinya, hanya saja saat itu aku masih memiliki seorang kekasih," jelas Ron.

"Fabio?" tanya Sia.

"Ya, aku mengakhiri hubunganku karena merasa bersalah pada Anne. Aku ingin sekali kembali pada Anne saat itu. Namun Layla selalu menghindariku. Hingga aku melihatmu saat itu."

"Mau sampai kapan kau merendam tubuhku di sini?" tanya Sia mengalihkan pembicaraan.

Ron segera meraih tubuh Sia, lelaki itu membilas tubuh Sia dibawah guyuran air shower. Lalu ia juga mengeringkan tubuh Sia dengan handuk. Ron mengenakan handuk pada tubuh Sia dan kembali menggendongnya menuju ranjang. Direbahkannya tubuh itu perlahan keatas ranjang. Kemudian Ron berjalan masuk ke dalam walk in closet untuk mengambil pakaian.

Ron melakukan tugas itu dengan sangat baik, hal itu membuat Sia sedikit bersimpati padanya. Kini Sia sudah terlihat lebih segar, ia mengenakan dress bermotif bunga. Pilihan Ron untuk Sia memang pakaian yang mudah untuk dikenakan oleh wanita itu.

"Baiklah, bagaimana dengan Cio?" tanya Sia.

"Apa kau tidak bisa bersabar sedikit lagi? Aku memanggil Casie untuk datang kemari," ujar Ron.

"Aku akan memberikan seluruh kekayaan keluarga Evacska pada penculik itu, demi keselamatan Cio, apapun akan ku lakukan," ujar Sia.

"Kau pikir hanya kau saja yang berpikiran seperti itu?"

"Entahlah, yang aku tahu, Cio harus segera kembali padaku!" ujar Sia dengan tegas.

"Aku pun menantikan kembalinya anakku, jangan sangka aku tidak akan melakukan apapun di sini."

Perdebatan mereka selesai saat Casie dan Granger masuk ke dalam kamar itu. Kini keempat orang dewasa itu menunjukkan wajah seriusnya, wajah yang tegang akan keputusan besar.

"Ron, kau yakin akan melepaskan semua ini?" tanya Casie.

"Ya, untuk Cio. Aku akan berikan semuanya," ujar Ron.

"Baiklah jika itu maumu, aku hanya mengingatkan bahwa kau tidak akan memiliki apapun setelah ini."

Ron menatap Sia beberapa detik, lelaki itu mengangguk perlahan pada wanita itu. Ron menandatangani sebuah surat pernyataan bahwa ia akan melepaskan kekayaannya untuk menyelamatkan Abercio. Sementara wanita yang masih terbaring diatas ranjang itu juga memanggil Granger untuk membawakan berkasnya. Ya, mereka akan menyerahkan seluruh Harta bendanya untuk membebaskan Cio dari tangan penculik.

"Kalian sudah yakin dengan keputusan ini?" tanya Casie.pada kedua orang itu.

keduanya mengangguk yakin, kini hanya tinggal menunggu telepon dari orang yang menahan Cio. Hingga orang itu menghubungi mereka, Sia masih belum bisa turun dari atas ranjangnya. sedangkan Ron, semakin setia menemani Sia dan melayani wanita itu.

Ron duduk ditepi ranjang, melihat wajah Sia yang kembali segar membuatnya sedikit lega. Meski terlihat kuat hingga saat ini, Ron menyimpan sejuta perasaan yang hampir membuatnya hancur.

"Kau ingin makan apa hari ini?" tanya Ron.

"Hemm, Granger mengatakan bahwa kau yang memasak selama ini."

"Ya, kenapa? Kau makan dengan lahap semua masakan yang aku buat," ujar Ron.

"Iya karena memang lezat. Jika tidak, mana mungkin aku mau memakannya hingga habis."

Ron tersenyum mendengar ucapan Sia yang terdengar menyentuh hatinya. Baru kali ini Sia bersikap manis pada Ron. Setelah sekian lama ditolak oleh Sia, kali ini Ron memenangkan pertarungan hati itu. Hubungan keduanya menjadi semakin dekat karena kejadian penculikan Cio. Meski rasa takut dan khawatir menyelimuti keduanya, tetapi mereka yakin jika Cio akan baik-baik saja.

"Aku bosan berada di kamar. Apa kau tak ingin membawaku keluar?" tanya Sia.

"Baiklah," jawab Ron.singkat.

Lelaki itu meraih tubuh Sia, menggendongnya dengan gaya ala bridal style .Ron berjalan keluar dari kamar itu, dengan menggendong tubuh Sia yang terasa lebih ringan dari pada Anne, mereka menuju ruang santai di Mansion itu.

"Kau ingin makan kudapan?" tanya Ron.

"Tentu saja, makan apapun asal kau yang membawanya."

"Baiklah, sekarang kau terdengar sedang menggodaku, apa itu benar?" tanya Ron.ingin tahu perasaan Sia.

"Tidak, aku tidak sedang menggodamu. Hanya saja, apapun yang kau bawa untukku, selalu memiliki rasa yang lezat," jawab Sia dengan wajah merona.

"Baiklah kalau begitu! Tunggu di sini, jangan ke mana- mana."

Sia tersenyum lalu berkata," aku tidak akan ke mana-mana,Ron."