webnovel

Part 16

Ron tengah sibuk dengan kegiatan pemotretan dan juga penandatanganan berkas untuk bisnis barunya. Ia berencana untuk berhenti dari dunia keartisan yang selama ini sudah mengangkat namanya menjadi terkenal. Ron ditemani Casie saat ini, mereka tengah berbincang dengan produser untuk menyelesaikan urusan yang belum selesai diantara keduanya.

"Kau yakin akan berhenti?" tanya produser.

"Ya, aku sudah sangat yakin. Aku akan mengurus bisnisku yang selama ini dipegang oleh asistenku," jelas Ron.

"Baiklah kalau begitu, di sini kau memang sudah menyelesaikan semua pekerjaanmu. Tetapi, kau masih ada satu urusan yang belum selesai," terang produser.

"Aku tahu, kontrak itu berlaku selama satu tahun, tetapi aku baru bekerja selama delapan bulan. Jadi aku akan membayar denda untuk sisanya."

"Baiklah, kita selesaikan segera. Hah, aku tak menyangka kau akan mengambil langkah ini."

"Tenanglah, Tuan. Aku tetap akan bekerja sama dengan perusahaanmu yang lain setelah ini."

Ron menandatangani berkas yang disodorkan padanya. Lalu ia beranjak dari sana bersama Casie.

"Hei, kenapa kau memutuskan semua ini? Apa terjadi sesuatu padaku dengan Anna?" tanya Casie.yang masih belum mendapatkan penjelasan dari Ron.

"Akan kuceritakan nanti, kita makan siang dulu."

Mereka memutuskan untuk makan siang di sebuah restoran yang berada didekat kantor milik Ron. Casie mulai mengujani Ron dengan segudang pertanyaan.

"Aku menunggumu untuk menjelaskn semua yang terjadi!" ujar Casie memaksa.

Ron menghela napas, lelaki itu terlihat tak tahan lagi dengan managernya.

"Aku dan Anne terlibat dalam satu kontrak, ia memberikan sahamnya untukku. Dan juga ia berjanji tidak akan mengganggu hidupku lagi setelah perjanjian itu selesai. Aku mengambil kontrak itu, dengan syarat memberikan seorang keturunan untuknya."

"Apa? Jadi?"

"Ya, selama enam bulan ini aku tinggal di mansion Evacska untuk memberikan benihku. Awalnya aku menolak, tetapi ia lebih licik dari dugaanku. Mengharuskan aku untuk mengambil langkah itu. Dan seperti yang kau tau, selama enam bulan aku bersamanya. Akhirnya ia mengandung anak dariku. Saat ini usia kandungannya hampir masuk enam bulan," jelas Ron.

Casie terdiam, wanita itu tak mampu berkata lagi. Entah ia harus bersimpati atau justru harus marah pada lelaki bodoh di hadapannya ini. Setelah terdiam beberapa saat, Casie mulai mengambil napas dan berbicara.

"Apa kau tak ada perasaan pada Anna?" tanya Casie.

"Entahlah, Casie. Aku sendiri ragu pada perasaanku saat ini."

"Katakan bahwa kau tak peduli pada Anne!"

"Casie! Aku peduli padanya. Akhir-akhir ini aku memikirkannya."

"Bagus, lalu kenapa kau masih saja di sini? Kenapa kau tak bertanggung jawab penuh atas hidup Anna?" omel Casie.

"Casie, tidak semudah itu. Maaf, aku masih memiliki satu rahasia yang tak akan ku bagi dengnmu."

"Baiklah,terserah! Lalu sekarang, apa yang akan kau lakukan?"

"Aku akan fokus pada bisnis kita sekarang, setelah selesai semua urusan itu, aku akan memikirkannya lagi."

"Dasar!"

Mereka menyelesaikan makan siangnya, lalu kembali ke apartemen Ron.

***

Text Message

From Fabio

"Kau di mana, sayang?"

To Fabio

"Apartemen, ada apa?"

From Fabio

"Aku merindukanmu, bisakah kau mampir?"

To Fabio

"Baiklah, tunggu sebentar."

Ron mengambil kunci mobilnya, lelaki itu keluar dri apartemen, melajukan mobilnya menuju apartemen Fabio.

Selama perjalanan, Ron hanya fokus pada jalanan tengah kota sembari mendengarkan musik dari radio.

"Sedang apa kau sekarang, Anne?" gumam Ron. tiba-tiba.

Lelaki itu menepuk dahinya dengan keras, bagaimana bisa ia memikirkan wanita itu disaat akan menemui Fabio.

Sampai di apartemen, Ron memarkirkan mobilnya di basement. Lelaki itu berjalan menuju lift untuk naik ke lantai dua puluh tempat Fabio tinggal.

Ron masuk ke dalam apartemen begitu saja tanpa mengetuk pintu. Ia disambut pelukan oleh Fabio.

"Aku sangat merindukanmu, sayang," ujar Fabio.

Lelaki itu mencium bibir Ron dan melumatnya dengam ganas. Ron mendorong Fabio untuk masuk ke dalam dan menutup pintu.

Setelah mereka berada di dalam, Ron sedikit mendorong tubuh Fabio untuk melepaskan ciumannya.

"Kapan kau pulang dari tour mu?" tanya Ron.

"Semalam, aku baru membaca pesanmu. Maaf ya, sayang. Aku terlalu cemburu pada wanita gila itu."

"Sudahlah, apa kau sedang memasak?" tanya Ron.karena ia mencium aroma masakan dari dapur.

"Iya, aku memasak untukmu. Lihatlah, aku membuat lasagna kesukaanmu."

"Baiklah, cepat selesaikan, karena aku ingin memakannya segera."

Fabio tersenyum senang, ia segera menyelesaikan kegiatan memasaknya. Selama memasak, Ron dengan setia menunggu Fabio di meja makan. Ia terus menatap layar ponselnya yang tak kunjung menyala untuk memberikan notifikasi.

"Kau sedang menunggu seseorang?" tanya Fabio tiba-tiba.

"Tidak," jawab Ron.singkat.

"Lalu kenapa kau terus memandangi layar ponselmu seperti itu?"

"Hanya menunggu notifikasi dari kantor, aku membutuhkan seorang asisten dan sekertaris."

"Kenapa kau tak mengajakku bekerja? Kau tau kan, aku memiliki pengalaman dibidang itu."

"Terlalu berbahaya jika kau ikut bekerja, sayang. Sebaiknya kau tetap di apartemen dan setia menungguku pulang dari kantor."

"Oh, Ron. Aku mencintaimu ... aku pikir kau terlalu memanjakanku beberapa bulan ini," ujar Fabio sembari menyajikan lasagna diatas piring saji.

Fabio membawa lasagn itu dan dihidangkan diatas meja makan. Ia duduk disamping Ron sembari menyuapkan lasagna itu ke dalam mulut Ron.

"Aku bisa memakannya sendiri," protes Ron.

"Diamlah, aku hanya melakukan tugasku saja."

Akhirnya Ron hanya menurut. Fabio dengan perlahan menyuapi Ron hingga lasagna itu tak tersisa.

"Apa yang akan kau lakukan setelah ini? Apa benar kau berhenti dari dunia keartisan?" tanya Fabio.

"Ya. Aku berhenti karena ingin menjalankan bisnisku sendiri. Kau tau, beberapa orang kepercayaanku mulai membangkang dan hal itu membuatku sedikit tak nyaman. Aku tidak akan percaya lagi pada mereka jika bisnis ini menjadi kacau," jelas Ron.

"Aku hanya bisa mendoakanmu, semoga saja bisnismu semakin sukses."

"Terima kasih."

"Setelah makan, aku ingin melepas rindu."

Fabio mulai memberikan sentuhan-sentuhan lembutnya pada tubuh Ron. Lelaki itu menjadi sangat bergairah hanya dengan melihat Ron. Mereka memang lama tak bertemu, wajar saja jika Fabio menjadi agresif.

Selesai dengan makanan di atas meja. Fabio menarik tangan Ron untuk masuk ke dalam kamar. Kini ia dengan ganas melepaskan pakaiannya dan juga Ron. Ron yang melihat Fabio penuh gairah hanya diam dan menurut saja.

Setelah melepas semua kain penutup tubuhnya, Fabio beraksi dengan mencium Ron. Ia mendekatkan tubuhnya dengan Ron, tangannya bergerilya menyusuri tubuh kekasihnya. Hingga satu tangannya sudah berada dikejantanan milik Ron. Fabio mengocok kejantanan Ron yang sudah berdiri tegak itu.

Sedangkan Ron tak mau kalah, ia juga sudah menggenggam kejantanan Fabio dan memainkannya dengan tempo yang tak beraturan. Fabio melepaskan ciumannya, lelaki itu merebahkan tububnya diatas ranjang.

Ron yang mengerti maksud Fabio, kini ia mengulum kejantanan lelaki itu. Bergerak naik turun dan sesekali menghisapnya. Hal itu membuat Fabio memejmkan matanya, mendesah dengan penuh kenikmatan.

"Oh, Ron. Kau masih jago ternyata, yeah ... enak sekali, sayang," desah Fabio.

Ron mempercepat temponya, hingga tubuh Fabio menegang. Mengetahui lelaki itu akan mendapatkan klimaks, Ron melepaskan kulimannya dan berganti mengocoknya dengan tangan. Hingga cairan putih kental keluar dari kejantanan Fabio.

"Ahh, ahh ... sayang, kau sungguh hebat," ujar Fabio.

Ron beranjak dari sana dan membersihkan dirinya. Hal itu tentu membuat Fabio bertanya-tanya.

"Sayang, kemarilah. Giliranku untuk membuatmu puas," ujar Fabio.

"Tidak, sayang. Aku harus pergi ke slaah satu club."

"Ada apa?"

"Seorang teman ingin bekerja sama dengan perusahaanku. Aku baru saja ingat bahwa ia ingin bertemu denganku malam ini," jelas Ron.

"Tapi, ini sudah malam! Kau tak akan menginap?"

"Maaf, sayang. Aku akan kemari lagi esok."

Ron kembali mengenakan pakaiannya, lalu mencium sekilas bibir Fabio.

"Aku pergi."

Fabio hanya mengangguk, terlihat wajahnya kecewa dengan apa yang Ron lakukan. Ia merasa seperti ada yang aneh dengan Ron.

Ron meljukan mobilnya kesebuah club malam terkenal di sana. Ia duduk di meja bar, memesan minuman dan meneguknya sendiri. Hingga ada seorang wanita yang mendekatinya dan mengajaknya berbincang.

"Selamat malam, Tuan."

"Malam," jawab Ron.singkat.

Ron melirik dengan tatapan tajamnya. Tentu saja tatapan itu sedikit membuat wanita yang mendekatinya takut.

"Apakah anda membutuhkan wanita untuk menemani malam ini?" tanya wanita itu ragu.

"Kau membutuhkan uang?"

"Ehem, iya, Tuan. Jika anda tidak keberatan, aku akan memberikan tubuhku malam ini untuk anda."

"Baiklah, ikut aku."

Ron berjalan diikuti oleh wanita itu. Mereka menuju lantai atas club itu. Tentu saja di sana ada kamar VIP milik Ron.

"Lepas pakaianmu!" ujar Ron.

Wanita itu sedikit ragu, tetapi ia akhirnya melepaskan pakaiannya didepan Ron.

"Berapa banyak yang kau butuhkan?" tanya Ron.

"Sepuluh juta, Tuan."

"Baiklah."

Ron mendekati tubuh wanita itu, perlahan Ron menyentuhnya. Ia meremas dada wanita itu dengan perlahan, membuat wnaita itu memejamkan mata sembari menggigit bibir bawahnya.