webnovel

Part 15

Pagi ini, Ron tengah mengemas barangnya. Ia akan pergi dari mansion Evacska keesokan harinya. Anne hanya duduk di sofa sembari membaca beberapa berkas di kamarnya. Perjanjian yang mereka tandatangani akan berakhir malam ini. Namun, Anne ingin Ron menemaninya hingga esok.

"Sayang, apa yang kau baca?" tanya Ron.yang kini duduk disamping Anne dan memeluknya.

Anne membelakangi lelaki itu, posisi Ron kini lebih mudah memeluk Anne dari belakang.

"Hanya beberapa laporan, sudah selesai mengemas?" tanya Anne.

"Sudah, aku akan kembali ke apartemen besok pagi."

"Apa kau sudah memberitahu Fabio?"

"Belum, Fabio tidak bisa ku hubungi. Mungkin nanti akan kucoba lagi."

"Apa kau senang bisa bertemu lagi dengan kekasihemu?"

"Entahlah, antara senang dan khawatir untuk meninggalkanmu," ujar Ron.

"Kenapa kau harus mengkhawatirkan diriku?"

"Kau sedang mengandung dan setelah ini kau akan sendiri."

"Aku terbiasa sendiri, jika harus sendiri lagi, akupun tak masalah, Ron."

"Benar juga, sepertinya hanya aku sendiri yang merasa gelisah."

"Kau akan mendapatkan kebebasanmu dan aku tidak akan mengganggu hidupmu lagi."

"Apa kau masih mau mengunjungiku di lokasi? Tentu jika kau sudah melahirkan anak itu."

"Entahlah, aku tak dapat memberikan kepastian. Jika kau mau, kau bisa kemari untuk berkunjung, aku akan memberikan izin akses untuk dirimu."

"Benarkah?"

Anne mengangguk dan tersenyum. Usia kandungannya sudah hampir tujuh bulan, wanita itu terlihat kesulitan untuk bergerak bebas. Ia menghabiskan waktu hanya dengan duduk dan berbaring. Terkadang Anne mengelilingi mansion jika sudah bosan.

"Apa kau mencintaiku sekarang?" tanya Anne tiba-tiba.

"Ha?"

"Tidak, lupakan."

"Apa aku bisa tinggal jika aku katakan bahwa aku mencintaimu?"

"Hemm, kita harus menikah terlebih dahulu, itupun jika kau mau."

"Aku belum ingin menikah, sayang."

"Baiklah,kau bisa pergi besok pagi. Aku sudah lelah dan ingin tidur. Temani aku Ron!"

Ron menggendong Anne, lelaki itu merebhkan tubuh Anne diatas ranjang. Setelah itu ia berjalan kesisi lain dan ikut bergabung merebahkan dirinya di sana.

"Hanya menemani tidur atau kau ingin lebih dari ini? Karena ini adalah malam terkahir aku dapat memuaskanmu, sayang."

"Hahaha, dasar kau ini. Lakukan semaumu, Ron. Asal jangan membuat anakku kenapa napa, aku tak ingin terjadi sesuatu pada anak ini."

"Tidak akan, sayang. Anak ini juga anakku. Aku tidak akan menyakitinya, aku hanya akan membuatmu puas."

Ron melumat bibir Anne tanpa permisi, tangannya meremas dada wanita itu perlahan. Tubuh Anne menggelinjang merasakan sentuhan Ron. Tangan Anne kini menarik rambut Ron memperdalam ciuman mereka. Lidah mereka menjulur saling bergantian menyusuri rongga mulut masing-masing, bertukar saliva.

"Ehem," desah Anne tertahan.

Kini tangan Ron sudah turun tepat dipintu kewanitaannya. Jarinya kini mengaduk bagian dalam liang senggama Anne. Ron melepaskan ciumannya, lalu bermain dengan dada kenyal milik wanita itu.

"Ahh, Ron ... enak, yeah ... lebih dalam," desah Anne ketika Ron membuatnya merasakan nikmatnya persetubuhan itu.

Ron mempercepat temponya, ia merasakan jarinya basah karena cairan milik Anne. Ya, wanita itu mendapatkan pelepasannya yang pertama.

"Ahh, Ron ... cepat masukkan milikmu," ujar Anne.

Tangan Anne mencengkeram seprai, matanya tertutup merasakan kenikmatan itu. Ron masih setia dengan puncak dada milik wanitanya, lelaki itu mengulumnya secara bergantian. Sensasi yang Ron beri membuat wanita itu terus mendesah dan menyebut namanya berkali-kali.

"Ehem, ehem," desahan Ron saat bibirnya tengah asik melumat dada Anne.

"Ahh, yeah ... ohh, Ron ... enak, ahhh," desah Anne.

Sepuluh menit kemudian, Anne sudah mendapatkan pelepasan untuk yang kesekian kalinya. Wanita itu sungguh dimnjakan oleh sentuhan-sentuhan yang Ron lakukan. Hingga kini Ron sudah bersiap memasukkan kejantanannya. Ia membuka lebar kaki Anne, lalu perlahan memasukkan kejantanannya ke dalam liang senggama itu.

"Oh, shit! Ahh, nikmat sekali milikmu, sayang," desah Ron yang merasa miliknya terjepit di dalam sana.

Ron menggerakkan miliknya perlahan, hal itu membuat Anne sedikit frustasi.

"Ahh, Ron ... lebih cepat."

Ron tersenyum, lelaki itu menggerakkan pinggulnya seperti yang Anne mau. Gerakan Ron membuat tubuh Anne bergerak sesuai irama, dadanya pun terlihat lebih menggoda.

Anne kembali mendapatkan pelepasannya, wanita itu sudah terlihat lemas, tetapi ia ingin terus melakukan persetubuhan itu. Kegiatan itu seperti menjadi candu untuk Anne.

"Ahh, Ron ... milikku terasa penuh," ujar Anne yang masih memejamkan mata merasakan kejantanan Ron di dalam sana.

"Milikmu juga begitu nikmat, sayang. Membuatku tak ingin berhenti untuk tidak memompa tubuhemu," balas Ron.

Setelah lima belas menit, Ron mulai menegang. Ia akan mendapatkan pelepasannya.

"Ahh, sayang. Aku akan sampai," ujar Ron.

"Yeah, aku juga, Ron."

Ron mengehentakkan miliknya lebih dalam dan mengeluarkan cairan putih kentalnya di dalam liang senggama Anne.

Napas keduanya menggebu, peluh juga membasahi tubuh keduanya. Meski ruangan itu bersuhu rendah, tetapi tak dapat menurunkan panasnya persetubuhan itu.

Ron mencium kening Anne, lalu mengeluarkan kejantanannya dari sana. Lelaki itu kini tidur disamping Anne dan memeluknya. Anne merasa sangat tenang karena Ron berada disampingnya dan memberikan kasih sayang untuknya. Tanpa Anne sadari bahwa keesokan harinya mereka akan berpisah.

"Tidurlah, sayang. Aku akan menunggumu bangun sebelum pergi," ujar Ron.

"Iya, terima kasih, Ron."

Kini keduanya memejamkan mata, terlelap dalam mimpi.

***

Pagi ini, Ron bangun terlebih dahulu. Lelaki itu segera membersihkan dirinya di dalam kamar mandi.

"Aku harus pergi setelah ini," gumamnya.

Ron membersihkan tubuhnya dibawah guyuran air shower. Ia mengusap wajahnya kasar, seperti memikirkan sesuatu. Seharusnya lelaki itu senang karwna ia akan bertemu kembali dengan kekasihnya Fabio. Namun, perasaan itu tak dapat membohongi, Ron seakan tak rela meninggalkan Anne dalam keadaan hamil.

Setelah menghabiskan waktu selama dua puluh menit di dalam sana. Ia keluar dengan hanya mengenakan handuk yang menutup bagian bawahnya. Ron masih melihat Anne tidur diatas ranjang. Wanita itu terlihat kelelahan karena kegiatannya semalam.

"Seharusnya akunmelakukannya dengan cepat semalam."

Ron berjalan masuk ke dalam walk in closet, ia mengenakan pakaiannya, lalu mengeluarkan pakaian yang sudah ia kemas di dalam tas untuk dibawa keluar dari sana.

"Kau sudah mau pergi, Ron?" suara serak Anne sedikit mengagetkan Ron saat itu.

"Kau sudah bangun? Aku kira kau masih ingin berlama-lama diatas ranjangmu," ujar Ron.

"Aku kan mandi, tunggu aku!"

"Baiklah, sayang. Akan kutunggu."

Anne berjalan menuju kamar mandi. Giliran wanita itu yang kini membersihkan diri dan membersihkan sisa-sisa cairan yang masih tersisa di tubuhnya.

"Aku akan kesepian lagi setelah ini," gumam Anne.

Wanita itu sengaja berlama-lama di dalam sana. Ya, ia tak rela melihat Ron pergi dari mansionnya. Selama enam bulan ini, ia merasa sangat bahagia. Bagaimana tidak, lelaki yang setiap hari menolaknya, kini memanggilnya dengan kata 'sayang'. Membuatnya nyaman dan merasa dimanjakan oleh sikap manis Ron.

Setelah tiga puluh menit, Anne keluar dari kamar mandi. Ia mengenakan kimononya lalu berjalan menuju walk in closet.

"Maaf, aku terlalu lama," ujar Anne sembari tersenyum pada Ron.

"Ya, pakai pakaianmu terlebih dahulu. Aku masih bisa menunggumu."

"Baiklah."

Anne memilih mini dress bermotif vintage. Ia keluar lalu menghampiri Ron.

"Kau sudah selesai?" tanya Ron.

"Sudah," jawab Anne singkat.

Kini mereka menuju ruang kerja Anne. Tentu saja untuk memenuhi isi perjanjian yang mereka tandatangani enam bulan lalu.

"Ini saham yang aku janjikan, lalu ini juga untukmu, Ron."

"Terima kasih."

"Baiklah, kau ingin merobek kontrak ini atau menyimpannya sebagai kenangan?" tanya Anne sembari terkekeh.

"Hahaha, kau saja yang simpan. Baiklah, aku harus benar-benar pergi."

"Ya, aku antar sampai depan."

Mereka berjalan menuju pintu utama. Didepan sana sudah siap mobil milik Ron. Granger berdiri di belakang Anne seperti biasa. Lelaki itu tersenyum bahagia melihat kepergian Ron dari mansion Evacska.

"Granger, jaga wanita ini!" ujar Ron.

"Tanpa kau bilang, aku selalu menjaga Nona Anne."

"Kalian ini! Sudahlah, aku bisa menjaga diriku sendiri!" protes Anne.

Keduanya terkekeh mendengar ucapan Anne. Ron berjalan ke arah mobilnya, lelaki itu melambaikan tangan lalu masuk ke dalam mobil. Ron melajukan mobilnya keluar dari gerbang mansion Evacska.