webnovel

what i see you never see

Hai!

Namaku Rusty.

Waktu pukul empat subuh dini hari. Aku pulang ke rumah. Dari hari selasa sampai hari minggu adalah jadwal pacarku bermain musik. Senin pasti libur. Bisa di bilang, karena pekerjaan bermain musik. Bermain di pub bintang empat. Untuk mengais rejeki. Dan aku menemaninya. Kadang aku yang menggantikannya.

Mulai dari pukul delapan malam hingga pukul tiga subuh. Lelah? Iya. Pulang mabuk dan lapar. Pasti. Karena pekerjaan. Aku mabuk? Tidak. Karena Ibuku akan marah.

Tapi, biasanya aku pulang tidak pernah di ganggu apapun. Beda halnya dengan malam ini. Tidak. Subuh ini.

Sebelum aku pulang, ada beberapa penjelasan. Aku tidak dalam keadaan mabuk dan aku masih waras. Sepulang dari pub, aku selalu mampir ke warung makan untuk mengisi perutku yang sering memanggil "Ayo makan....".

Pekerjaan yang melelahkan. Tiga season dalam semalam. Lumayan hasil yang di dapatkan. Karena itu aku bertahan. Mungkin sekitar empat bulan saja aku menjadi musisi additional atau bisa di bilang dadakan. Setelah itu aku mendapatkan pekerjaan yang tidak membuatku bergadang. Karena kondisi kesehatan. You know? Jangan biarkan livermu membusuk, malam itu sangat mematikan.

Aku bersama vokalis, drumer dan gitaris mempunyai moto yang sama. Yaitu, "Makan soto kikil dulu sebelum pulang!"

Oke. Sampai disini akan di persingkat. Kali ini aku tidak menjadi musisi dadakan. Tapi untuk menggerebek pacarku. Lucu? Banget. Kenapa?

Aku datang sendirian malam itu, pukul delapan aku sudah sampai di depan pub. Mirip banget kayak orang bego. Biasanya, para pemain datang jam sembilan. Satu persatu pemain datang. Menanyakanku.

"Loh, Ty.. Udah disini? Mana cowokmu?"

"Aku sendiri."

Ya mereka sudah menerka-nerka. Kenapa dan ada apa. Jadi, sebelum aku memutuskan untuk datang sendiri tanpa sepengetahuannya, aku sudah mendapatkan beberapa informasi yang bisa membuatnya terpojok dan aku yang tersakiti.

Setengah sepuluh Ia datang dengan wajah sumringah. Bukan sumringah yang bahagia tapi terkejut. Terkaget dan terheran-heran. Haha. Pengalaman paling menyakitkan adalah di khianati.

Hal terlucu lagi adalah, Ia memakai baju couple yang sama denganku pada malam itu.

Season satu dan dua sudah di mainkan. Saat break untuk melanjutkan ke season tiga, di situ aku lihat dia bersama wanita. Bukan yang aku curigai melainkan sebaliknya, yang baik sama aku. Yang sering dapat pujian dari aku.

Aku sering di tinggalkan saat break di season satu dan dua. Ternyata hal yang aku dapatkan adalah dia selingkuh di belakangku dengan sexy dancer.

Dancer yang tidak seksi, cuma bergerak lenggak lenggok seperti wanita murahan. Mereka tidak memperhatikanku yang sedang mengamati di balik dua pintu tebal peredam suara. Karena aku bisa membaca gerak bibir mungkin seperti ini pembicaraan mereka.

Dancer : "Kok dia ada disini?"

Pacar : "Aku juga gak tau!?"

Dancer : "Dia gak sama kamu kan?"

Pacar : "Nggaklah!"

Oke. Sampai sini, si dancer melihatku dan tersenyum. Lalu si pacar menoleh juga dengan wajahnya yang senyum muram. Aku sudah bisa menebak. Haha. Aku berjalan sendiri ke meja bar. Dia mendatangiku, menanyakan keadaanku.

Pacar : "Kamu gak mau pulang? Aku anter ya. Ini sudah malam. Nanti kamu sakit."

Wah dalam hatiku, pintar sekali bermain peran. Dia sudah salah menilaiku.

Aku : "Aku mau disini aja."

Vokalis : "Ty! Sini."

Aku : "Oke."

Aku mendatangi vokalis. Ia menyemangatiku. Lalu aku duduk di sebelahnya. Aku minum beberapa sloki tequila. Sebenarnya aku tidak mabuk. Hanya merasa pusing dan kesal.

Selesailah sudah permainan musik di pub pukul tiga subuh. Aku pulang bersama pacarku. Kami menggerakan kendaraan roda dua untuk segera ke warung makan termasuk si dancer yang bersama temannya. Dalam perjalanan, aku hanya diam dan memainkan beberapa drama. Tapi, aku mengalami muntah yang tidak bisa berhenti.

Akhirnya, aku bersama pacarku tiba di warung makan yang sudah di padati orang subuh itu.

Ya.

Ada dancernya di situ duduk memandangi kami. Dan kami semeja! Bayangkan perasaan yang terus meringkuk dan merintih. Wkwk.

Aku memesan makan yang banyak, tapi tidak aku makan. Dancer itu terus melihatku yang sinis padanya. Mungkin merasa bersalah atau tidak sama sekali?

Di dalam perjalanan pulang, aku meronta dan menangis. Marah, kesal, penuh caci maki yang kutujukan padanya. Malahan, saat aku marah Ia mengambil handphonenya lalu menghubungi selingkuhannya. Hahaha. Konyol tapi disitu aku lampiaskan rasa marahku.

Aku memukulnya keras. Ke motornya dan gitar bassnya. Itu sangat keras. Spion motor kanannya pecah dan motornya lecet akibat aku yang tidak bisa mengendalikan emosi.

Un-stabilized~

Ia mencoba menenangkanku, aku hanya menganggapnya angin ribut. Aku meminta putus dan tidak ingin kabar apapun tentangnya. Ia meminta maaf terus menerus, cukup lama. Hingga masuk kedalam gang rumahku.

Rumahku masuk kedalam gang yang cukup jauh dari jangkauan jalan raya. Tapi, tidak jauh juga sebenarnya. Cuma cukup lelah kalau berjalan sambil ngesot.

What the heck!

Pengalaman untuk pertama kalinya. Aku memintanya untuk mengantarku sampai depan gang saja. Tapi, Ia memaksa untuk mengantar hingga ke rumahku.

Aku turun dari motornya.

Ia masih melihatku.

Pelan aku berjalan.

Aku lihat di depan mataku.

Di depan mataku.

Kuntilanak.

Setinggi kira-kira tiga, empat meter. Yang bermain dengan dasternya. Mengkibarkan tangannya ke depan, dengan rambut yang tertutup hingga ke kakinya yang tidak menyentuh tanah. Kepalanya juga tertutup dedaunan pohon yang rimbun.

Aku mundur teratur, langkahku yang pelan menghampiri pacarku lagi.

"Anterin aku sampai rumah!"

Aku membisikkan di telinganya, "Di situ ada Kuntilanak."

Sampai depan rumahku, aku hanya bisa menakutinya. "Aku tetap minta putus. Semoga kamu bahagia ya sama dia." Aku hanya senyum sesekali melemparkan kata-kata "Disitu kuntilanak nungguin kamu."

Ya, wajahnya dia takut dan itu sangat menyeramkan.

-End-

Ilusi, delusi, or ?

rocketmarycreators' thoughts