webnovel

MATANYA TERJATUH

- You have reached your destination - , kata suara dari handphone genggamku.

Aku dan Lily selalu hangout setiap hari sabtu. Kali ini kami tidak ke mall ataupun bioskop. Melainkan menonton layar tancap di pegunungan. Ya, itu sesuai dengan destinasi yang kami pilih. Kami mengambil brosur yang berada di tempat makan biasa kami singgahi.

-Route guidance complete-

"Bener di sini, Jia?", tanya Lila.

"Kata giggle mapsnya sih gitu.", jawabku.

Dengan nafas kami yang terengah-engah menaiki kurang lebih seribu anak tangga, kami telah sampai di depan pintu gerbang. Dengan papan di atasnya yang bertuliskan "We're Closed". Artinya, TUTUP.

"Please deh.. Sudah jauh-jauh jalan kaki malah tutup.", keluhku.

"Yauda, Jia.. Mau gimana lagi. Haha.", sahut Lily.

"Bukannya ini mirip vihara??", kataku lagi menunjuk bangunan tua yang berada tak jauh tepat di depan kami.

"Heemmm..??"

Mata kami berdua tertuju pada bangunan tua tersebut.

"Heee. Jia ini bagus buat galery blogku. Yuk kita foto Jia?! >.<"

"Gak."

"Yah.. Fotoin aku aja ya?? Mau ya??", bujuk Lily padaku.

Sedari tadi aku merinding. Di belakangku berdiri seorang lelaki tua dengan tulang belakang yang bungkuk membawa lentera. Aku melirik ke arahnya. Dengan wajahku yang datar, lelaki tua itu tersenyum lebar hingga mencapai pelipis pipinya. Aku memalingkan wajah.

Aku beranjak dan mendatangi Lily.

"Sini. Fotoin aku disini Jia!", pinta Lily.

"Iya. Sabar."

Cekrek.

(Suara kamera pocket milik Lily)

"Nyalakan flashnya dong.. Kan gak keliatan. Gak bisa jadi fotographer lu.. Wkwk"

"Bodo amat, Lil."

"Hehe. Fotoin lagi dong."

"Iye.."

Cekrek!

Cekrek!

Cekrek!

"Sudah ya. Aku pegel."

"Okay. Thanks Jia."

"Anytime.."

"Kita keliling yuk. Mumpung masih disini. Belum jam sembilan juga."

Pikirku tidak apa. Karena masih jam delapan malam. Pemandangan dari atas sini sangat indah. Kami di temani dengan cahaya dari bola bola lampu lampion yang tergantung. Karena keasikan mengelilingi lingkungan disini, tiba-tiba atmosfernya berubah suram dan menakutkan. Tengkuk leherku merinding. Seperti ada yang meniup.

Fuuuhhhhh....

"Duh mati aku..!", degupan jantungku melonjak bergema.

Deg-Deg..

Deg.

Deg-Deg..

Deg.

Begitu terus hingga sesaat aku melihat wanita berambut panjang berdiri di antara batang pohon. Bahkan ada mahluk lain juga yang berada di dalam vihara. Halnya siluman. Wajahnya mirip babi tapi badannya mirip anjing. Aku takut. Banget. Gumamku dalam hati.

"Jia."

"Hem?"

"Ada toilet gak ya kira-kira disini? Aku kebelet."

"Lily!"

"Gimana dong..Hiks..."

"Ugh... Kalau begini kita turun daritadi dong. Ga harus muter-muter dulu. Baru juga duduk."

"Yasudah. Aku cari tempat buat *pee* dulu ya..."

"Iya, hati-hati."

"Wait."

Lily berlari menuju belakang vihara. Aku duduk di dekat kursi santai dekat gerbang sambil meniliknya berlari untuk menemukan toilet.

"Sudah ketemu kah Toiletnyaaa??", teriakku padanya.

Ia hanya menjawabku dengan tawa "Hahaha."

Setengah jam berlalu, Aku berteriak lagi sambil jalan untuk menyusul ke arahnya.

"Lily?? Masih lama kah??", sambil menyusuri tempatnya tadi berlari-lari.

Karena aku mulai takut. Merindingku makin hebat.

Aku melihatnya, sedang berdiri menghadap toilet.

"Lil??", tanyaku berjalan kearahnya dan menyentuh pundaknya.

Lily menoleh. Tatapannya kosong.

Aku diam seribu bahasa.

Ssswooosshhhh....

Terdengar suara angin dari belakangku. Lagi-lagi pundakku merinding. Saat aku menoleh, aku melihat bayangan putih merangkak di semak semak.

"eh.. ", wajahku mulai pucat ingin menangis.

Aku membalikkan pandanganku ke arah Lily. Tapi, yang kulihat bukan dirinya. Melainkan wanita yang badannya tiba-tiba membesar meninggi kira-kira dua meter lebih. Aku mundur. Dan melihat Lily berdiri di dekat kursi santai gerbang sedang berbicara dengan seorang wanita.

Perasaanku campur aduk berlari sekuat tenaga. "Lilyy!"

"Kamu kenapa? Kok lari-lari?"

"Engg..a.. Ayo kita turun.. Ayooo...!!"

Aku menariknya segera turun dan meninggalkan tempat ini.

"Apa sih Jia! Seperti abis liat hantu aja. Wkwkwk"

"Ah bodo amat ayok!"

"Yaiya!","Makasih ya mbak, permisi."

"Heee. Kamu kenapa sih?? Pelan-pelan aja kenapa. Nanti kita jatuh."

"Huwaaaa... Jangan banyak tanya... Hikss.. Huuu.."

"Loh nangis, wkwkwk"

Wanita yang di ajak ngobrol dengan Lily, bukanlah manusia. Kami sampai di bawah dari turunan anak tangga. "Lily! Please jangan ngobrol dengan sembarang orang."

"Hah?? Ngobrol? Oh sama mbak yang tadi? Dia kan yang punya vihara."

"Apa?! Serius?!"

"Iya. Selow aja. Dia baik kok. Tadi aku di kasih..i..nii..."

Brakkk!!

"Lil!!! Ya Tuhan apalagi ini...!!!"

"Astaga, batre hape mati. Mampus!"

"Lil.. Lilyy.. Bangun dong... Huuu.. Lily...!"

Suara bising dari arah vihara, suara tangisan dan suara suara lainnya terdengar. Sepintas ada mahluk lain yang mengintai kami.

Sssh...

Ssshh..

(Suara menyeret kaki dari tangga-tangga)

"Lilyyyy... Ayo bangun dong...", Aku tidak berani melihat dan menatap kearah itu. Aku mulai berkeringat banyak dan mengeluarkan air mata. Wajahku sudah mulai berantakan tak karuan. Dari sampingku ada wanita lain lagi yang menampakan wajahnya.

"Apa..k.a..mu...mel..ih...atk..u..?"

"M..a...t..a..mu.. in..da..h.."

"Hi..hi..hii...hii...."

Hantu yang berada di sampingku ini sangat mengejutkanku. Bola matanya keluar dari cangkang matanya. Mulutnya mengeluarkan darah hitam. Dan.. Ya. Ia berbau dupa yang menyengat. Pakaiannya yang kusam, wajahnya yang terlihat datar dengan bola mata yang keluar lalu terjatuh!

Aku hanya diam tak menghiraukan. Dalam hatiku "Ya Tuhan.. tolong aku... tolong singkirkan mereka yang terus mengintai kami.. Tuhaan...",

Bruumm bruumm..

(Suara motor dari kejauhan terdengar)

"Ada orang lewat!", Aku mencegat di tengah jalan, "Pak! Tolong berhenti! Teman saya pingsan!"

Ckiit!

"Walah neng.. Kok bisa? Nengnya ngapain malam-malam main disini?"

Aku menceritakan semua kejadian dari pertama menerima brosur hingga kami jauh-jauh pergi dari rumah untuk datang ke sini.

Tapi tidak dengan wanita yang mengobrol dengan Lily. Aku tidak menceritakan apa saja yang aku lihat. Wanita tanpa kaki tidak menyentuh tanah, adalah sosok mahluk yang sebelumnya aku liat di belakang vihara. Lily membuka pemberian dari mahluk tersebut. Tak disangka, Lily pingsan saat itu juga. Bungkusan yang Ia pegang berisi belatung yang berbau busuk.

Kami di bawa ke rumah warga di dekat situ untuk beristirahat. Bapak yang bermotor itu memanggil rekannya untuk membawa kami berdua.

"Neng, jangan main kesitu lagi ya."

"Kenapa pak?"

"Di situ berbahaya."

"Kalau layar tancap gitu biasa sampai sore saja, jam empat pasti sudah selesai. Adegan yang di tampilkan juga bukan untuk di tiru."

"Oh baik pak.. Maafkan kami.. Karena kami tidak tahu ada larangan memotret.", kataku.

"Baik, kalian rumahnya dimana? Akan saya antarkan."

"Tidak pak, kami sudah banyak merepotkan. Terima kasih."

"Ini juga sudah malam, lebih baik besok saja kalian pulang.", kata Ibu pemilik rumah.

"Lily bagaimana?"

"Terserah aja.."

Lily yang shock dan masih kebingungan melihat kamera pocketnya. Foto yang telah ku ambil semua berubah menjadi wajahku.