webnovel

PENGGANGGU

Srrrassshhh.....

(Suara hujan yang sangat deras)

Aku berlari menuju halte bus.

"Yahh.. Basah semua..", dengan wajahku yang memelas.

Di sekitarku, selalu banyak yang berdatangan. Dengan rupa yang bermacam-macam. Kali ini mereka mempunyai satu badan dengan tiga wajah. Mereka berbicara padaku.

".....Apa..kamu..bisa..melihat..kuu..??"

Aku selalu mengelak dan membiarkannya berbicara.

".....Apa..kamu..bisa..melihat..kuu..??"

Aku berpura-pura, "Oh iya, aku belum ngecek chat ya.", kataku sambil mengambil handphone dari dalam tas. Dalam hati, "Oh Tuhan!! Aku sangat takut!! Kenapa aku bisa melihat mereka!!"

Tak lama hujan berhenti, aku melangkah dengan cepat untuk segera pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, aku segera mandi dan mengganti pakaianku. Saat aku sedang sikat gigi, mereka menampakan dirinya di belakangku dengan kepalanya yang bengkok patah ke belakang. Aku selalu berekspresi datar seakan-akan aku tidak melihat apapun. "Ah, mataku kelilipan.", aku menyiram mataku dengan sedikit air dari wastafel. "Ada lagi! Ada lagi! Kenapa mereka terus datang!", kataku dalam hati takut.

Aku mengambil semangkuk garam dan menaruhnya di kamar, tapi garam tidak berfungsi untuk penghalang apapun. "Aku kira ini berguna.", gumamku datar.

Saat aku mau tidur, dari dalam selimutku mereka muncul lagi dan mengajak

"..Mari kita bermain..hi..hi....hi..", yang satu ini tidak punya mata. Aku berpura-pura lagi tidak mendengarkan dan melihatnya. Aku terus bergumam dalam hati, "Sampai kapan aku harus begini...Ya Tuhaan...", rasanya aku ingin menangis.

Pukul tiga malam aku terbangun, dari sisi kanan jendela kamarku ada yang mengetuk.

Tok..Tok..Tok..

Tok..Tok..Tok..

Mengetuk hingga beberapa kali. Aku hanya bisa menutup telingaku. Sesekali mataku terbuka, mereka tidak tidur dan terus mengawasiku hingga pagi menjelang.

Hari-hari yang aku lalui selalu sama seperti itu. Kadang aku tertekan dan kesulitan. Saat mandi mereka juga muncul dari dalam bath tub. Mengerikan lagi jika mereka selalu beranggapan bahwa aku bisa menolong mereka.

Setiap hari yang aku jalani juga, di sepanjang jalan mereka selalu menghampiriku, meminta pertolongan. Aku lelah dengan mereka. Kadang, aku tidak bisa membedakan mereka itu apa.

Temanku yang juga sahabatku. Namanya Lily. Kami selalu pergi ke sekolah bersama. Rumahnya hanya beberapa blok dari rumahku.

Lily periang dan sangat menyukai binatang.

"Jia, lihat-lihat! Ada anak kucing disitu!"

Kami berjalan menghampiri anak kucing yang berada di dalam kotak dekat taman. Aku dan Lily melihat anak kucing itu. Lily menggendongnya. Aku bersyukur karena pagi ini aku tidak melihat apapun. Tetapi, baru saja aku bersyukur ternyata ada kepala wanita di dalam kotak kucing itu. Wajah Lily senang tapi tidak denganku.

"Lucu banget ya..! Aku mau pelilhara, tapi orang tuaku pasti gak bolehin. Apa kita foto aja, share di sosmed?", tanyanya.

"Haha. Iya.", kataku datar.

"Nah! Sudah! Semoga ada yang adopsi! Kasian kan kalau di biarkan disini?"

Aku hanya memberikan senyum padanya yang masih saja menggendong anak kucing itu.

Dari bawah kursi panjang yang kami duduki, tiba-tiba ada arwah pria yang merangkak keluar dan berdiri di samping Lily.

"Apalagi ini....Ugh..", aku merasakan hal yang mengerikan. Aku mual.

Tak lama datanglah wanita cantik menghampiri kami, dia juga sepertinya ramah. Oh, tapi ternyata itu hanya sampulnya saja.

"Hai! Kalian yang nge-share di sosmed pencari adopsi kucing?", kata wanita itu dengan senyum yang lebar. Sekilas aku melihat di sekelilingnya banyak bayangan hitam mengikutinya. Lalu aku berbisik pada Lily, "Maaf, kami sudah menemukan yang adopsi. Kau jawab seperti itu ya.", kataku padanya.

"Hah? Gak apa-apa? Dia nanya itu pasti mau adopsi kan? Kok kita tolak?", bisik Lily padaku.

"Bilang aja begitu padanya.", sahutku.

"Baiklah..","Maaf, Nyonya. Kami sudah mendapatkan yang ingin adopsi..", kata Lily kepada wanita itu.

"Benarkah?", dia menampakkan wajah yang kecewa. Arwah penasaran yang tadi merangkak dan berdiri disamping Lily mengikuti wanita tersebut. (Kok aku ngerasa serem sendiri¿)

Lily bertanya lagi padaku, "Jia, apa gak apa-apa? Dia ramah dan sepertinya penyuka kucing juga."

"Iya, gak apa-apa.", jawabku tegas. Sambil memperhatikan wanita itu pergi bersama bayangan hitam di sekelilingnya.

Setelah beberapa saat, datang seorang pria dengan aura yang berbeda dari wanita itu.

"Permisi, apa kalian pencari adopsi kucing?", katanya.

"Jia, ini yang tadi nanya di sosmed deh. Aku cek dulu.", tanya Lily padaku.

"Anda yang mau adopsi ya? Yang menanyakan di sosmed?.", kataku.

"Iya.. Itu saya..","Kucingnya yang di gendong sama temannya itu ya?", tanyanya.

"Iya..", kataku lagi mengiyakan.

"Iya, ini silakan. Tolong di jaga dan di rawat dengan baik ya..", Lily memberikan kucingnya pada pria yang akan mengadopsi.

"Iya.. Terima kasih..", dia mengambil dan menggendong anak kucing dari Lily.

Wajah Lily yang bahagia dan kami pun berjalan kembali ke sekolah.

"Jia, aku heran sama kamu. Pria itu mukanya sangar banget deh. Seremmm.."

Aku cuma memberikannya senyum. Lily yang terus bercerita tentang aktivitasnya pagi ini membuatku tak merasakan lelah di sepanjang perjalanan ke sekolah.

Setibanya di sekolah, aku merasakan keramaian dari hari biasanya. Kali ini ada yang menyapaku.

"...selamat pagii..", ujarnya yang memakai seragam wanita yang lusuh dengan bibir yang robek dan wajah yang tertutup rambut.

"Jia! Nanti pulang sekolah temani aku ke toko buku ya! Ada diskon lima puluh persen!"

Aku menoleh menatap ke Lily. Dan ya, yang memakai seragam wanita itu mengikuti arah kepalaku. "Walah mak! Kita tatapan mata!", kataku dalam hati.

"Apa kau melihatku???","..Selamat pagi..", ujarnya lagi bergentayangan menembus dinding. Aku hanya memasang wajah masam.

"Heiii!! Kamu sakit, Jia? Bisa temani aku kan??", kata Lily lalu aku menjawabnya,"Iya...", aku menghela nafas yang aku rasakan berat sejak semalam.

Teng..Teng..!!

Suara lonceng kelas pun berbunyi. "Semoga gak ada lagi ya.. Hah... ", gumamku. Tapi, ternyata tidak. Terus terang saja, di depanku sekarang ada arwah wanita yang menjulang tinggi hampir menyentuh langit-langit plafon ruang kelas. Ia memandangiku, sesekali Ia tersenyum dengan riasan darah di sepanjang jalur bibirnya yang terjahit benang hitam. Aku melihatnya dengan jelas sekali. Aku pura-pura lagi tidak melihatnya. Aku menoleh ke arah Lily. "Ly....", aku berdiri dan mendorong mejaku.

Brakkk!!!

"Ada apa Jia!!???", kata guruku yang terkaget.

"Jia???", tanya Lily padaku. Dahiku mengernyit.

"Bu, saya pusing..", kataku.

"Hm? Kamu sakit, Jia?","Lily temani Jia ke UKS.", sahut guruku.

"I..i..yaa, Bu..", Lily yang bingung meraih tanganku dan mengantarku ke UKS.

"Jia?? Kamu kalau sakit izin aja. Aku temani pulang ya??"

"Hahh.. Gak.. Ke UKS aja ya."

"..Oh..Okee..","Tapi kamu kenapa tiba-tiba mendorong meja?"

Aku mengernyitkan dahi lagi, "Lily... Aku sakit perut..."

"Oh?! Kamu mau BAB? Atau lagi PMS?"

"Gak."

Ya, aku terus di ganggu oleh makhluk yang ada di sekelilingmu, mengawasimu dan sering MELIHATMU.

Bagaimana menurut kalian?

Yang sering memperhatikanmu mempunyai banyak wajah, rupa dan bentuk.

Apa kalian tahu kalau sekarang dia berada di sampingmu?

Sedang.. MELIHATMU.

rocketmarycreators' thoughts