webnovel

YANG NAKAL

***

Esok hari menyeringai bengis menanti

Belum kering semua lebam pilu ini

Kerasnya kota yang tak pernah sunyi

Derap langkah kakinya masih terdengar, berbunyi

Kemarin tak ku sangka akan mendapatkan data soal kemampuan mata dewa sebanyak ini, salah satunya adalah melihat makhluk dari dunia lain

Ya, aku dapat melihat sosok yang tidak dapat dilihat oleh manusia biasa, dengan mata dewa, aku dapat melihat hantu dan juga dunia roh

Ya, salah satunya adalah nona hantu yang berwujud kakak kakak cantik ini, yang padahal baru bertemu denganku semalam, tapi sekarang dia sudah tidur seranjang denganku, dan memeluku di kasurku seperti gulingnya!

Kulit nya putih pucat seperti salju

Kalau dia manusia, mungkin dia seumuran anak sekolah menengah atas kelas 2, kenapa aku bisa bilang begitu? Karena aku membandingkannya dengan kak Reina tetanggaku yang sekarang menginjak kelas 3 SMA,ya aku benci mengakui ini tapi, dia memang jauh terlihat lebih cantik dari kak Reina

Semalam aku tak sempat berbicara banyak dengannya, karena yang dia lakukan hanyalah menangis dan aku ketiduran, dia semakin terlihat manis saat matanya terpejam..

Tapi ini aneh, wangi menyegarkan apa ini? Bunga?

Apa aku juga bisa mencium aroma tubuhnya?

Ada banyak hal yang ingin ku tanyakan padanya, oleh karena itu...

"KYAAAAAAAAAAA"

Teriakan nya berhasil membuatku tuli untuk sesaat,

Reaksinya sungguh berlebihan, untuk seseorang yang hanya ku remas payudaranya

"Dasar manusia nakal! Dasar anak nakal! Dasar mesum! mesum mesum mesum! Apa yang coba kau lakukan? Pada seorang gadis sepertiku!"

Teriaknya sambil menutupi dadanya dengan kedua lengan yang memeluknya,

Kalau suaranya memang dapat di dengar oleh orang lain selain diriku,

Pasti tetangga sudah menyiram kami

"Kenapa aku bisa menyentuhmu? Kau kan hantu?"

"Apa apaan sikap tidak sopan itu? Sebelumnya kau harus minta maaf atas perbuatanmu barusan padaku! A.. Aku tahu di.. Di usiamu yang menginjak remaja itu.. Saat tidur bersama kakak kakak secantik diriku.. Kau pasti.."

Hantu ini sungguh kepedean, itulah yang ada di pikiranku

"Jadi kau ini makhluk apa? Kau tidak pantas menyebut dirimu hantu kalau aku dapat menyentuhmu"

"Hmpph, baiklah aku akan mengaku... Sebenarnya aku ini seorang dewi.."

Sekarang dia mencoba menipuku, sayangnya sekarang satu satunya hal yang ku percayai di dunia ini hanyalah diriku sendiri.

"Berhenti omong kosongnya, mana ada dewi yang tidak berguna seperti dirimu!"

"Da..dasar ka..kamu jahat!"

Melihatnya kesal membuatku tersadar bahwa

Hantu ternyata bisa cemberut juga, ya?

"Ku mohon jangan menangis..."

"Hmpph"

Kesalnya memalingkan wajahnya dan menggembungkan satu pipinya dengan udara

"Oh iya, bukannya kau harusnya merasa malu, tidur dengan seseorang yang bahkan tidak kau kenal? Oleh karena itu ayo kenalan!"

Tentu saja hantu juga seharusnya punya tata krama, atau mungkin memang sudah sifat dia seenaknya saja seperti itu?

"EHH! , Aa.. Aku cu.. Cuma tidur disampingmu kok! So.. Soalnya entah kenapa,malam ini aku dapat merasakan kehangatan dari kulitmu"

"Tentu saja bukannya itu berarti sama saja? Baiklah namaku Ryan Rangga umur 14 tahun dan bulan depan akan menjadi 15, sekarang aku kelas dua SMP, dan aku seorang manusia"

Aku pun mengulurkan tanganku, mengajaknya bersalaman

"Na.. Namaku Camilla Ariana Spencer, umurku.. hummm aku tidak ingat berapa lama semenjak aku menjadi hantu, tapi waktu aku mati aku berusia 18 tahun"

Dia pun meraih tanganku dan mulai bersalaman, ternyata tangan hantu bisa sehalus ini, tapi kalimat terakhir yang keluar dari mulutnya, mengingatkanku pada Reno

"A.. aku... Arwahku mungkin penasaran, makannya aku bergentayangan dan jadi hantu"

Dapat ku lihat raut wajah penuh kesedihan darinya

"Kalau tidak mau menceritakannya, tidak apa apa kok!"

"Tentu saja aku tidak akan pernah lupa, bagaimana cara aku mati"

Sepasang matanya mulai berlinang oleh air mata

"Camila.."

Aku berusaha menghentikan ceritanya tapi dia memotong perkataanku

"Aku terlahir di keluarga Spencer pengusaha minyak bumi, yang kaya raya pada zamannya,

Syukurlah aku juga terlahir dengan paras yang cantik, setidaknya itulah yang mereka bilang, tapi aku tidak mau cepat puas dalam hidup, aku pun belajar giat dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas,aku selalu ranking satu di kelas, beberapa perlombaanpun sering ku juarai, entah itu lomba akademik maupun fisik, begini begini aku juara satu atletik tingkat kota lho!"

Dia bercerita tentang dirinya saat masih hidup, wajahnya terus menerus mencoba menahan rasa sakit itu, menutupinya dengan senyuman, ya dia tersenyum padahal air matanya mengalir deras

" Tentu saja banyak yang menyukaiku tapi tentu banyak pula yang membenciku, kebanyakan alasannya karena iri, dan salah satunya adalah kakakku, padahal sebagai seorang gadis dari keluarga Spencer, kakakku juga telah memiliki segalanya tapi.. ya..

Aku... Di bunuh oleh kakaku sendiri."

Saat ceritanya sampai disini

Dia pasti sadar kalau aku gagal menyembunyikan raut wajah penuh ketenangan ku, dan mengeluarkan ekspresi tercekat kaget.

"Waktu itu dia mengajak pacar dan teman teman nya merencanakan ini semua, dia bilang aku dan dengannya sudah jarang bermain bersama, dia mengajakku ke rumah pacarnya untuk berpesta"

"Hei tunggu jangan bilang rumah ini... Adalah... "

Sepertinya rasa takutku kembali muncul, rasa takut yang tercipta setelah tahu selama ini aku tidur di kamar yang dulunya adalah lokasi pembunuhan terencana,satu hal yang dapat ku simpulkan adalah

PARA BAJINGAN ITU SADIS

"Ya benar,dulu di rumah, dan di kamar inilah aku di bunuh, sebelum di bunuh mereka satu persatu memperkosaku, dan kakakku hanya menontonnya tanpa belas kasihan, seperti seseorang yang asik menonton pertunjukan sirkus"

"..."

Perasaan sakit yang sama saat kehilangan Reno muncul saat mendengarnya, ini kejam, terlalu kejam.

"Dia iri karena selalu dibandingkan dengan diriku yang berprestasi dan membanggakan kedua orang tua, setelah melakukan kejahatan itu,si pelaku pembunuhanku sekaligus pemilik rumah ini menjual rumah ini, lalu dibeli oleh pembeli yang menjual rumah ini ke Kakekmu, kira kira 80 tahunan yang lalu sebelum kau melihatku Rangga.. "

"...."

80 tahun yang lalu ya? Keluargaku saja baru pindah ke sini saat aku kelas 6 sekolah dasar itu berarti sekitar dua tahun yang lalu

Tapi Kakaknya Camilla...

ORANG BRENGSEK ITU, sungguh keterlaluan...

"Tapi Rangga, aku hanya bingung kepada Dewa!, padahal sebagai manusia dalam hidup aku selalu baik pada semua orang, aku tidak pernah sombong dan taat beribadah kepada Dewa, tapi mengapa takdirku seperti ini?"

"Cukup Camila"

Aku memeluknya,

Tak kuasa melihat penderitaannya lebih lama lagi saat ia bercerita,

Setelah air mata nya terus mengucur deras, dan darahku yang semakin mendidih, setiap  sel dalam tubuhku murka saat cerita itu di ceritakan

"Nghhh"

Suara refleks yang dia keluarkan

Dia pasti terkejut, saat seseorang yang lebih pantas menjadi adiknya ini tiba-tiba memeluknya seperti seorang kekasih

"Cukup."

"Lupakan itu semua, apalagi soal sosok bajingan yang kau anggap DEWA, ya.. Musuhmu yang sebenarnya adalah musuh yang sama denganku, Dewa sialan itu, yang malah memberi mu takdir yang sangat tidak adil padamu, sedangkan kakakmu, dia hidup dengan tenang sepanjang hidupnya dan kejahatannya tidak pernah terungkap.."

" Nghhhh. mmm..hiks.... Hikss... "

Tangisnya makin menggema di kamar ini

"Kalau kau mau.. Aku bisa membantumu menghilangkan rasa penasaranmu dan akhirnya kau bisa pergi dengan tenang, Camilla"

"Dengan cara?"

"Balas dendam."

"Ta.. Tta.. Tapi"

"Kita disini sama sama merasakan ketidakadilan itu, aku juga akan menceritakan semuanya padamu.. Tentang diriku."

Setelah mulutku berbusa karena menceritakan bagaimana kehidupan pecundangku dan bagaimana aku mendapatkan kekuatan mata ini

Camilla menceritakan sesuatu yang bagiku itu lucu

***

Ehh jadi begitu..

"HAHAHAHAHA"

Aku tak kuasa menahan tawaku karena sadar akan sesuatu

"EHH KENAPA KAU MALAH KETAWAA RANGGAAAA"

Tanya Camilla kebingungan

"Jadi.. Sudah banyak Keluarga yang tidak betah dan berhenti menyewa rumah kakekku, karena melihatmu di kamar ini setiap bulan purnama?"

"Ahummm"

Angguknya pelan

"Dan setiap kali kau mencoba menakutiku kau gagal, karena penglihatanku buruk, dan aku tidak dapat melihatmu, akhirnya kau kehabisan energi karena gagal memakan rasa takut manusia, jadinya kau tidak dapat terlihat lagi saat bulan purnama begitu?"

"Iyaaa Rangga ih!"

Teriaknya gagal menutupi rasa malu

"Hahaha konyol sekali"

"Kalau begitu percuma ku ceritakan semua tentang diriku, karena kau sudah mengetahui semuanya karena selama dua tahun ini kita sekamar kan?"

"Ehh tentu tidak, karena aku hanya bisa melihat kegiatanmu dikamar ini dan tidak dengan kegiatanmu di luar, seperti bagaimana kamu di sekolah, La.. Lagian ja.. Jangan berpikir karena ki..  kita sekamar a... A..aku senang me.. Melihatmu telanjang dan sering mengintip saat kau di kamar mandi yaa

K.. Kkau ini bagiku masih anak anak tahu!"

"Bukankah itu malah terdengar seperti sebuah pengakuan, lagipula, kalau begitu... "

"Kyaaaaaaa kenapa kau melepas bajumu, ngapain kau malah telanjang didepanku??"

"Bukannya kau sudah sering melihatku seperti ini?"

"Ta.. Tapi sekarang berbeda tahu! kau bisa melihatku dan menyentuhku juga.. Jadi.. Rasanya agak.."

"Oi apa yang sedang kau lihat? Apa bagian ini?"

"Kyaaaaaaa ja.. Jangan menyentuhnya dasar anak bodoh!"

***

Aku menyantap makan siang bersama ibu di hari sabtu yang cerah ini...

Tapi makhuk halus bernama Camilla ini, dia mengikutiku, melayang sampai ke meja makan dan memperhatikan setiap gerakanku, kalau aku yang dulu mungkin akan gugup saat diperhatikan oleh wanita cantik

"Apa kau lapar? Ini makanlah"

Dia menatapku sedari tadi saat makan, Mungkinkah dia lapar?

"Tentu saja aku tidak bisa memakan makanan manusia dasar bodoh!"

"Ah maaf. lalu apa yang kau makan sebagai makananmu?"

"Sebenarnya aku tidak memiliki rasa lapar, tapi aku bisa memakan rasa takut dari manusia, dan itu membuat energiku terisi dan dapat menunjukkan sosokku di tiap malam saat bulan purnama sempurna, tunggu,bukannya aku sudah ceritakan ini padamu? "

"Rangga? Ka.. Kamu kenapa bicara sendiri nak?"

Tanya Ibu tiba-tiba mengejutkanku

"Ah iya, ibu baru tahu ya? , ini memang kebiasaanku, bicara dengan diriku sendiri"

"A.. Apa itu normal?"

Tanyanya lagi, dengan wajah penuh ke kawatiran, tentu dia akan takut kalau anaknya mulai terlihat seperti orang gila

Yang berbicara sendiri.

"Tentu, memangnya apa itu terlihat tidak normal?"

Dapat ku lihat si nona hantu yang cantik jelita ini tertawa terbahak bahak melihat percakapanku dan ibu

***

Tak terasa gelap pun jatuh, meniban senja yang meredup di langit yang keruh

Camilla duduk memperhatikanku dari atas kasur sambil mengayun ayunkan kakinya

"Jadi zaman sekarang masih ada anak remaja yang suka membaca ya?"

Tanya nya dengan nada sedikit mengejek

"Jangan menggangguku saat aku sedang membaca"

"Padahal kebanyakan anak laki-laki seusiamu itu hanya suka bermain game lho"

Dapat ku lihat senyum kecil tersungging di wajahnya

"..."

Akhirnya Camila menghampiriku karena sedari tadi tak di hiraukan olehku yang sedang sibuk menulis data kemampuan mata ini

Dan juga membaca buku kumpulan puisi karya penyair kesukaanku

"Hei Rangga, apa yang kau tulis?"

"Penemuan data data baru soal mataku"

"infinity maksudnya apa itu?"

Baru kusadari

Ternyata hantu ada yang bawel juga ya

"Ya, biasanya tiba-tiba aku bisa melihat berapa sisa waktu seseorang hidup, tapi saat kemampuan itu aktif tanpa sengaja,aku melihat punyamu, dan kau infinity, dalam artian kau abadi, sama seperti dewa yang tanpa sengaja dapat coba kulihat batas sisa umurnya waktu itu"

"Benarkah?"

Terkadang aku melihat Camilla lebih seperti seorang bocah SD yang sedang banyak mau tahu

"Ya, Lagipula dari beberapa buku yang pernah ku baca, kalian para hantu baru akan mati saat kiamat bukan?"

"Ehh benarkah? Benarkah?"

"Ya dan bagaimana sosokmu... takkan berubah sama seperti manusia tiap kali bertambah umurnya, kalau waktu kau mati, kau berusia 18 tahun, maka kau akan terus seperti seorang gadis berusia 18 tahun"

"A.. Aku baru tahu.."

"Kamu memang telah hidup lebih lama dari daku, tapi jumlah buku yang telah saya baca lebih banyak dari kamu, jadinya akulah yang sedikit lebih tahu"

"Ehh kalimat itu rasanya aku pernah mendengarnya!"

"Ya itulah kutipan dari penyair lama kesukaanku, mungkin masa masa keemasannya di zaman dirimu"

"Entahlah aku lupa"

Aku menatap ke arah jam wekerku, tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 21:00, setelah aku mengerjakan semua tugas sekolahku, aku pun berniat tidur tapi...

"Hei Camilla?"

"Hunn?"

"Bisa kau menjauhkan dadamu dari wajahku? Aku kesulitan bernafas"

Bagaimana bisa aku tidur kalau begini!!!!

Sepertinya hari hari dalam hidupku mulai akan berubah setelah kehadirannya Camilla,

Soal akan menjadi lebih baik atau lebih buruknya

Aku tidak pernah mempedulikannya

Yang pasti, aku yakin Camilla dapat aku gunakan dalam beberapa hal,sebagai alat untuk rencana balas dendamku

Kepada Dewa bajingan itu.

***