webnovel

RETORIKA

***

Namaku Ryan Rangga, aku adalah seorang siswa sekolah menengah pertama biasa, yang saking biasanya, tak ada hal yang menarik yang dapat kau ingat dari diriku

Ya, itu adalah aku, setidaknya sampai tanggal 10 bulan Desember tahun 2015 lalu, tapi esoknya dari hari itu, aku menjadi seorang siswa sekolah menengah pertama yang bisa melihat, keburukanmu, kelemahanmu, kekuranganmu, kebohonganmu, dosamu, dan... Rahasiamu,

Segalanya tentang dirimu.

Hari ini adalah hari terakhir di sekolah, sebelum liburan tahun baru.

Juga, hari dibagikan nya hasil nilai ulangan semester para murid.

Tak terasa kita sudah berada di ujung dari periode menjadi seorang siswa kelas dua smp, mulai kelas tiga nanti, pasti banyak perubahan psikologis yang terjadi pada murid yang lain, termasuk diriku sendiri.

contohnya adalah tingkat kedewasaan, mungkin di dewasakan oleh rasa sakit dari luka ucapan atau tingkah laku lingkungannya dalam hidup,

ada juga yang di dewasakan dari kegagalannya sendiri, dalam mengambil keputusan, penyesalan atau kesalahan tindakan, memang begitu.

Seharusnya normalnya begitu,

bukan di dewasakan oleh kebencian dan rasa dendam, apalagi dendamnya kepada seorang Dewa.

Bising dari ramainya para siswa yang berdesakan di papan pengumuman hasil nilai ujian sekolah semester itu begitu merdu, saking merdunya berhasil membuat pendengaranku rusak sampai sampai aku ingin membeli telinga yang baru

Mungkin aku terlalu sensitif,

selama ini aku selalu berada di dalam kesendirian, dan satu satunya suara yang bising adalah suara pikiranku sendiri,

seperti hewan yang tumbuh besar di dalam gua

Ia tidak akan pernah mengerti betapa ramainya hutan dan gunung.

"Woah ini tidak mungkin kan!"

"Am. Apa? Se.. Serius??"

"Keyla Daveena? Kalah?"

"Seorang Key gagal di peringkat satu nilai ulangan semester ini?"

Suara suara itu berhasil terserap ke sepasang lubang telingaku

Sepertinya sesuatu yang menarik telah memberi bahan bakar dan memperparah kehebohan yang semakin berkobar membara di kerumunan ini.

Dan aku, sungguh tak perlu kau tanya ada di mana, tentu aku hanya memandanginya dari kejauhan

Aku akan menunggunya hingga kerumunan itu sepi, untuk melihat berapa besar nilai ku, meski itu berarti seribu tahun lamanya

Kalau semua berjalan seperti yang telah ku perkirakan, maka setidaknya aku berada di peringkat sepuluh besar kelasku, mengingat hasil jam belajarku yang buruk, dalam artian yang bagus

Salah satu teman sekelasku menoleh ke arahku

"Hei kawan kawan, itu dia si juara kelas yang baru!"

"Woahahaha iya hei rangga! kemarilah dan lihat ini!"

Siapa ya namanya? .. Ah Bagas kalau tidak salah,

Aku pun menghampirinya dan mencari apa yang menarik dari papan pengumuman ini.

"Tebak siapa peringkat satu!"

Orang ini, suaranya sungguh tidak nalar dalam kapasitas seorang manusia, gendang telingaku hampir dia ledakkan berkali kali olehnya

Setelah mataku meraba apa yang tertulis disitu, kini penyebabnya apa, aku tahu..

Aku lah si peringkat satu.

"Hei Rangga! Apa hatimu sudah mati rasa ya? Pencapaian sebesar ini bahkan belum mampu membuatmu meloncat saking senangnya? Maksudku, kau baru saja mengalahkan Keyla dalam hal nilai akademis dan aku tak melihat nampak raut kebahagiaan di wajahmu!"

Ucap Bagas yang selain menjadi siswa tertampan di kelas, bagiku dia juga menjadi siswa nomor satu dalam hal semangat dan paling berisik di kelas.

"Apa harga dari kebahagiaan benar-benar telah jatuh? Sampai sampai hal sekecil ini harus bisa membuat ku kegirangan?"

Gumanku

Aku hanya tersenyum kecil,lalu pergi meninggalkan Bagas dan kerumunan itu, yang padahal diriku belum  berada di luar dari jangkauan wilayah pendengaranku, tapi mereka sudah membicarakanku yang tentu bisa ku dengar dengan jelas, apa yang mereka katakan.

"Hei Gas, apa menurutmu dia menjadi sangat pintar sekarang?"

"Ah, ya, sepertinya mulai sekarang aku harus lebih berhati hati padanya"

"Sepertinya dia bukan lagi si pecundang yang dulu, dia sudah layak untuk mengancam posisimu hahahaha"

"Kau bercanda?"

"Peringkat Hasil Ulangan Semester"

1.Ryan Rangga

2.Keyla Daveena

3.Bagas Arjun Angkasa

4.Dara Dahlia

5.Sheila Amelia

Mataku masih menangkap nama nama siswa dengan nilai hasil ulangan semester berperingkat 5 besar di kelasku, fakta uniknya adalah, dari kelima orang itu, semuanya siswa netral yang tidak pernah membullyku dan Reno, tapi juga hanya diam dan bungkam melihat pembullyan itu, padahal aku berharap salah satu dari mereka terdapat nama orang orang yang membullyku

Lalu dua diantaranya yaitu Keyla dan Bagas adalah siswa yang bukan hanya populer di kelas tapi juga sangat populer dan di kenal di kalangan siswa siswa kelas lain.

Suara seorang perempuan yang ku kenali menyadarkan ku dari lamunan.

"Selamat ya Rangga! Kamu telah berhasil mematahkan dominasi peringkat satunya Keyla!"

Seorang gadis cantik dengan tubuh lebih pendek dari rata rata gadis kelas dua di smp ini, ciri khasnya adalah rambutnya yang sedikit ikal di ujungnya, dia, Sheila Amelia ya..

Coba kita lihat siapa dia sebenarnya..

"Oh.. Iya terima kasih"

Jawabku sembari asyik membaca privasinya menggunakan kemampuan mataku.

"Kau pantas mendapatkannya! Akhir akhir ini aku lihat kau sering belajar di kelas"

Balas siswi berperingkat 5 di hasil nilai ulangan semester ini.

Aku membaca semua tentangnya bukan tanpa alasan,aku mengumpulkan data data yang mungkin cukup penting di masa depan tentang bisa atau tidaknya dia kugunakan dalam rencana pembalasan dendamku.

"Oh ya?"

Sahut ku

"Ya gitu deh, tapi jangan senang dulu ya, di lain hari... Aku tidak akan kalah lagi olehmu! Bersiaplah Rangga, persaingan kita baru saja di mulai lho! "

"Kalau tidak ada yang mau kau sampaikan lagi, aku kawatir aku harus segera pergi, apa kau keberatan?"

"Ahnm.. Ehnmm, ti.. Tidak, ka.. Kalau  begitu sampai jumpa Rangga! Ohh iya kuharap liburanmu menyenangkan!"

"Oh, terima kasih, ku harap kau juga"

Setelah itu aku berjalan pergi menyusuri lorong sekolah yang padat oleh para siswa ini

Terkadang ku merasa sendirian di tengah keramaian sekolah ini, matahari memang menyinari seluruh permukaan kota ini tanpa terkecuali, tapi entah kenapa, bagiku hangatnya gagal mengenaiku, aku merasa gelap dan dingin sendiri

Kau tahu, mungkin benar apa yang pepatah dulu katakan,bukan hanya sekedar sajak bermajas paradoks, tapi memang seseorang yang terlalu lama berdiam di kegelapan akan membuatnya buta dan kehilangan penglihatannya.

Aku merasa percaya akan itu sekarang,karena aku mengalaminya

Dugaanku makin menguat setelah tanpa kusadari seorang siswi terjatuh di depan ku, entah siapa yang menabrak dan di tabrak duluan

Padahal aku memiliki mata yang bisa melihat segalanya.

Dia...

"Umm maaf,sepertinya aku menabrakmu apa kau tidak apa-apa?"

Tanyaku kepada Dara, Dara Dahlia si peringkat 4 yang terduduk di lantai setelah tubuh kami saling berbenturan

"Ti.. Tidak.. A.. Aku yang harusnya minta maaf.. Aku.. Aku.. Aku yang menabrakmu, jadi ma.. maafkan aku!"

Sepertinya gadis ini pemalu

Dia seorang siswi yang bagiku cukup cantik dengan caranya sendiri, dengan kaca mata dan rambut kuncirnya benar benar menampilkan kesan seorang gadis yang serius dan dewasa

"Mari kita kesampingkan itu, apa kau tak apa? Apa ada yang terluka, mari ku bantu kau bangun"

Aku bertingkah peduli seperti ini tentu saja bukan tanpa alasan, setelah membaca profil pribadinya,tak ku sangka aku menemukan hal yang menarik.

Yaitu, dia menganggap rahasia terbesar dalam hidupnya adalah pernah menyukai ku waktu kelas satu, tentu saja, bagaikan sebuah aib tersendiri apabila menyukai seorang korban bullying dan cowok terjelek seperti diriku, tapi apa penyebabnya sampai dia bisa dibutakan oleh cinta seperti itu?aku pun tidak tahu.

"Ahnn, te.. Terima kasih"

Sahut nya sambil meraih tangan yang ku ulurkan untuk membantunya berdiri

"Namamu.. Dara.. Kan ya?"

Tanpa mata dewa, hanya sedikit hal yang dapat ku ketahui darinya, karena dia benar-benar seperti aku dalam versi seorang gadis, penyendiri yang ulung.

"Ahh i.. Iya!"

Jawabnya tetap gagal menutupi ke gugupannya

Gadis Pendiam, tenang, berkaca mata, pemalu, sosok ini seperti rasanya benar benar telah ku kenali sejak lama.

"Ohh kalau begitu,apa ada lagi yang bisa ku bantu?"

"Ti.. Tidak.. Tidak ada, te.. Terima kasih!"

Cara dia menjawab setiap pertanyaanku, benar benar mirip seseorang teman kelasku di sekolah dasar dulu

Seorang yang memiliki predikat

Cinta pertamaku

"Baiklah, aku pergi dulu"

"Ummm"

Angguknya,

Dia benar-benar membuatku teringat pada seseorang dari masa laluku

Sama seperti Bagas dan Sheila, dia juga pasti mulai merasa tersaingi oleh diriku yang sekarang, tentu aku akan memasukkan namanya dalam daftar orang yang harus ku waspadai.

***

Langkah demi langkah terus ku tapaki

Menyusuri lorong panjang bak tak berujung ini

Dapat ku sadari bahwa orang-orang yang kulalui menatapku sinis penuh benci dan iri.

Kalau boleh jujur, pencapaianku dalam ulangan ini tidak sepenuhnya di dapat dari kekuatan mata dewa.

Serius,ini murni hasil kerja kerasku,

Seseorang pantas sombong apabila ia memiliki suatu hal yang dapat ia sombongkan.

Setidaknya itulah yang ada dalam pikiranku

Tak ku sangka akan mengalami kejadian ini,ya secepat ini, akhirnya sang bintang itu telah jatuh tepat di tempat orang jahat yang menjatuhkannya.

Kalau aku yang dulu mungkin aku akan gugup dan salah tingkah saat berada dalam situasi ini

Situasi dimana aku berpapasan dengan seorang Keyla Daveena yang ajaibnya nilainya ku kalahkan dalam ulangan, sekarang tengah menatapku, lalu dia memasang senyuman yang dulu pernah menjadi senyuman yang paling ku sukai dalam hidupku.

"Ummm hai Rangga, aku dengar kamu mengalahkanku dalam nilai ulangan semester kali ini, aku ucapkan selamat ya atas pencapaianmu!, tidak sia sia kamu sering menghabiskan waktu di perpustakaan akhir akhir ini"

Ucapnya terlihat penuh rasa syukur yang tulus,

BOHONG, KAU PEMBOHONG

PASTI KAU IRI DENGAN PENCAPAIANKU INI KAN?

"Ohh ya, sama sama, mungkin itu hanya kebetulan, kebetulan.. aku sedang ingin bersungguh sungguh"

Jawabku masih menatap matanya yang sesekali kudapati ia alihkan ke arah lain

"A...apa maksudmu, hei apa kau sedang menyombongkan dirimu?"

Balas Keyla sang ketua kelas, suaranya sedikit bergetar, apa dia akan menangis?

Tanya menyerbu kepalaku

"Tidak ada,apa ada lagi yang ingin kau bicarakan, nona ketua kelas?"

Mencoba mempersingkat pembicaraan aku katakan itu

"Kau kenapa tiba-tiba jadi berubah seperti ini Rangga?, kenapa kau benar-benar mencoba mengalahkanku?!"

Ucap Keyla dengan nada lirih sambil menunduk

"Oh ya? Mungkin hanya perasaanmu saja, hanya karena berhasil memiliki hasil yang mebih baik dalam nilai ulangan darimu, tidak pantas membuatku langsung berhenti menjadi seorang pecundang"

Jawabku akan pertanyaannya yang terkesan membuatnya terlihat makin besar kepala bahwa ia tidak dapat di kalahkan

"Rangga... kau bukan seperti Rangga yang dulu!!!"

Kali ini Keyla menatapku tajam, mengucapkannya dengan begitu tegas tanpa keraguan

"Jangan pernah berkata seolah olah kau mengenali aku dengan baik, nona ketua"

Lanjutku menutup percakapan yang tidak ada untungnya apabila ku lanjutkan

Di tengah perjalanan meninggalkan Keyla disana sendirian

Pikiranku kembali meracau

"Seseorang yang terlalu lama berada di tengah kesunyian, akan membuat pendengarannya lebih tajam dua kali lipat dari mereka yang sering berada di tengah keramaian, tapi seseorang yang terlalu lama berdiam di kegelapan akan kehilangan sinar dalam matanya, hingga

Tak ada cahaya seterang apapun yang berhasil menyilaukan penglihatannya"

Selama ini aku berada di tengah kesendirian hingga sepi adalah makanan sehari hariku, tapi, dengan begitu bising keramaian dan riuh suasana benar benar gagal menembusku, hingga, tidak seperti dulu, kini dengan kehilangan Reno,berhasil membentukku menjadi pribadi yang lebih tenang seperti ini

Mata Dewa? Keyla, Prestasi sekolah, Roh jahat, waktu kematian seseorang yang dapat ku lihat, persetan akan semua itu,

Kata siapa dengan kehilangan sesuatu yang penting dalam hidupmu, akan mempengaruhi kepribadianmu dan mengubahmu menjadi seseorang yang lain?

Itu hanya sebatas retorika belaka

Sebenarnya memang beginilah aku

Dengan atau tanpa Reno

Dengan atau tanpa Mata Dewa

Aku akan tetap terbentuk sesuai bagaimana bentuk cetakannya dari awal.

Seperti ayahku yang brengsek hanya memperalat ibuku dan menikmati kekayaannya, mungkin aku akan tumbuh juga sepertinya

Orang brengsek yang hanya mencari keuntungan dari orang lain.

Ku tatap langit

Hei bajingan, bersiaplah...

Pertarungan kita baru akan di mulai.

***

Author Note: Akhirnya kelar Vol 1 terima kasih telah menunggu dan membaca sampai sejauh ini,love u reader.