webnovel

1210

***

"Gelap fajar perlahan pergi

Terdesak cahaya pagi

Alam masih sepi

Langit belum lagi terisi"

Senin pagi, ini adalah minggu kedua dimana dengan kekuatan Mata kanan ku, aku bisa melihat sosok sosok makhluk dunia roh seperti Susy dan Camilla, banyak sekali hal yang mengganggu pikiranku dan minta dipikirkan, tapi aku simpan itu untuk nanti,

Karena sekarang saatnya kembali untuk menjalani hari seperti layaknya seorang murid smp biasa, tanpa kekuatan spesial apa apa,

Intinya hidupku sekarang adalah,

Balas Dendam..

Kalau aku gagal dalam menjalani hidupku dengan kutukan mata dewa ini, maka aku kalah, dan dewa bajingan itu yang akan menang

Yang dia inginkan hanyalah bersenang senang menikmati penderitaanku selama memiliki kutukan ini tapi

AKU SUDAH BERSUMPAH AKAN BERTAHAN.

Aku menatap langit yang perlahan gelap nya tersingkirkan oleh sinar mentari yang keemasan

Dapat kulihat pula pantulan diriku di kaca jendela

Aku merasa kini aku adalah orang yang sangat berbeda

Mungkinkah karena kutukan mata sialan ini?

Keluar dari lamunanku, ku sadari perlahan terbuka mata Camilla dengan bulu matanya yang lentik itu, sepertinya melihatku bangun jam segini membuat dia agak terkejut, padahal aku yakin dia telah memperhatikanku selama ini,contohnya tentang, jam berapa biasanya aku bangun dari tidurku, salah satunya

"Ehh kau sudah bangun? akhir akhir ini kulihat kau sering bangun lebih awal, jadi jangan jadikan alasan, setelah kau dapat melihatku, aku mengganggu jam tidur mu ya! Ohhh ya, selamat pagi!... Hoaaammmm"

Aku menatap hantu ini,entah kenapa dengan hatiku yang sekarang,aku tak dapat merasakan apapun, padahal seorang gadis yang amat cantik baru saja terbangun disampingku tiap pagi, dalam satu ranjang yang sama denganku, dan mengucapkan selamat pagi dengan begitu manisnya,

Mungkin kalau aku yang dulu mengalami ini, aku sudah berakhir pingsan dengan keadaan mimisan

"Ini.. Bacalah!"

Aku melempar sebuah buku kecil ke kasur tempat Camilla masih bermalas malasan di atasnya

"Ah, ini?"

Tentu dia pasti akan bertanya seperti itu dengan wajah yang heran

"Itu adalah rangkuman data yang aku dapatkan selama dua minggu ini tentangmu, mungkin disana ada beberapa informasi yang kau belum tahu"

"Benarkah? Contohnya?"

Tanya Camilla polos,

Bagiku ini lucu karena

Dia baru saja menanyakan hal itu tanpa menyadari bahwa seorang hantu sepertinya dapat memegang sebuah buku

"Contohnya adalah informasi kenapa penghuni dunia roh sepertimu bisa memegang objek di dunia manusia seperti buku yang kau genggam saat ini"

"EHHHHHH I.. IYA BA.. BAGAIMANA MUNGKIN INI BISA TERJADI"

Melihat reaksinya yang terlambat terkejut membuatku agak frustasi

"Setelah dua minggu penuh yang ku habiskan denganmu, mustahil rasanya kalau aku tidak dapat informasi apa apa soal tubuh roh mu, aku menyadari bahwa kau dapat menyentuh objek yang ku sentuh juga, durasinya berdasarkan berapa lama durasi aku menyentuh objek itu sebelum kau menyentuhnya"

*Brukk

Buku itu jatuh kelantai menembus tangan Camilla yang sedari tadi menggenggamnya

"Jadi, kalau kau menyentuh buku itu selama satu menit, maka aku hanya bisa menyentuh buku itu juga selama satu menit, begitu?"

Mendengar responnya seperti itu, aku bersyukur kalau dia dapat mengerti dengan cepat

"Tepat sekali"

Seperti yang dapat diharapkan dari siswi yang populer di sekolahnya

"Ba.. Bagaimana bisa kau tahu hal itu dalam waktu sesingkat ini?"

Aku menunjuk mata kananku

"Aku bisa menyadari hal sekecil apapun dengan ini"

Aku mulai menyadari tentang hal ini dari kisah horor yang pernah ku baca di Internet, tentang tempat angker dimana benda benda di dalamnya dapat bergerak sendiri, yang ternyata memang di gerakan oleh mereka para penghuninya yaitu hantu yang arwahnya penasaran, tapi aku belum tahu pasti bagaimana mekanismenya

Dan ngomong ngomong soal tempat angker yang di hantui roh gentayangan...

"Apa kau pernah keluar dari rumah ini?"

Tanyaku pada Camilla menyadarkan dirinya yang sedari tadi larut menatapku

Dengan tatapan kagum

"Eh?. .. umm kenapa kau tiba-tiba bertanya begitu?"

"Selama dua minggu ini, aku belum pernah melihatmu keluar rumah, yang kau lakukan selama ini, tidak mungkin hanyalah berdiam di rumah dan menungguku pulang kan? Sebenarnya aku yakin hantu sepertimu juga bisa merasakan bosan, jadi selama aku di luar, apa yang kau lakukan?"

Tentu setelah melihat banyak kemiripan dia dengan seorang gadis manusia biasa selama ini, aku yakin pasti dia juga masih memiliki sifat kemanusiawiannya, yaitu rasa bosan

"Ehh, benar juga aku baru menyadarinya, sebenarnya bahkan dari 85 tahun yang lalu kegiatan ku sebagai hantu hanyalah tidur, dan bangun tiap bulan purnama sempurna hanya untuk menakut-nakuti manusia, tapi setelah ada manusia yang dapat melihatku bahkan menyentuhku yaitu kau, Rangga, sekarang aku hanya tidur saat kau tidak ada di rumah, dan bangun tidur jam 4 sore karena aku tahu kau akan segera pulang"

Mendengar itu, entah kenapa sekarang, bagiku semuanya terlihat masuk akal

"Pantas saja kau tidak pernah merasa jenuh akan keseharianmu di rumah, ternyata selama ini hanya begitu ya keseharianmu.. "

"Ehhh apa itu terdengar aneh? Lagipula apa hubungannya pertanyaanmu dengan semua ini?"

Jawab Camilla dengan raut wajah penasaran,

Tentu saja, dia tidak memikirkan hal sedetail itu, karena dia tidak pernah merasakan rasanya memiliki mata yang bisa melihat segalanya

"Aku hanya ingin memastikan sesuatu... Kalau dugaanku benar maka... "

Setelah itu aku mulai menjelaskan tentang konsep tempat angker di mata manusia, dan mekanismenya, lalu

Aku memintanya untuk mencoba melakukan sesuatu

"EHHH A.. AKK.. AKU TIDAK BISA KELUAR?"

Teriakan heboh nan nyaringnya saat dia tidak bisa keluar dari pintu rumah yang sebenarnya terbuka itu

Seperti ada sebuah dinding transparan yang menghalanginya untuk keluar rumah, padahal selama dirumah, dia dapat menembus dinding, berpindah ke kamar satu ke kamar lain sesuka hatinya

"Tentu saja karena arwahmu penasaran nya hanya di lokasi dimana kejadian pembunuhanmu itu terjadi"

Tepat seperti apa dugaanku

"Huwaaaaaaaaaa padahal baru saja aku terbesit rencana ingin mengikutimu dan melihatmu bagaimana saat kau di sekolah secara diam diam!! , Rangggaaaaa! tolong cari cara supaya aku bisa bebas berpergian.. Ranggaaaaaaaaa!"

Rengeknya berlutut di lantai, menangis sambil memeluk lutut kakiku yang menempel dengan dadanya yang besar

Setelah mendengar rencananya untuk menguntit kehidupan pecundang ku di sekolah, entah kenapa aku jadi menyesal memberitahukannya soal ini

"Akan ku carikan, tapi aku tidak berjanji akan menemukannya dalam waktu sing.."

Belum juga aku selesai bicara,

Gagal aku menyelesaikan kata kataku, tentu saja siapa yang dapat bicara saat wajahmu di sumpal sepasang payudara besar wanita seperti milik Camilla ini

"Terima kasih, aku mencintaimu!"

Hantu ini... kalau bukan karena masa lalunya yang kelam, mungkin aku telah mengusirnya

Setelah aku menghabiskan sarapanku dan membawa bekal makan siangku, tidak, lebih tepatnya makan siang Rezan dan komplotannya, aku pun bergegas pergi

Ya, menjalani hari terakhir sekolah sebelum liburan tahun baru

"Ibu aku berangkat"

Teriakku, dan di tanggapi ucapan ibu, "Iya hati hati sayaang!" dari dalam rumah

Aku menarik nafasku panjang, dulu aku sering berdoa pada dewa untuk keselamatan hariku sebelum keluar dari pintu rumah,

Saat tanganku menggenggam kenop pintu untuk membukanya, suara yang tidak perlu ku pastikan milik siapa, memanggilku pelan

" Hey Rangga, mulai sekarang berdoalah pada dirimu sendiri ya!"

Ucap Camilla dengan senyum manisnya, seakan mengerti betapa bencinya aku pada sosok Dewa, sekarang ini.

Aku menatapnya sebentar

Menghembuskan nafasku pelan

Lalu memalingkan kembali pandanganku ke apa yang ada di depanku, ya.. pintu ini, gerbang menuju dunia luar yang akan terasa dua kali lebih keras, setelah mendapatkan kutukan yang bersemayam di mata kananku ini.

Aku berangkat, mencoba bertahan dari kejamnya waktu, yang mau tak mau aku harus mampu menjalaninya

Aku masih dapat melihat senyuman Camilla yang hilang perlahan, seraya pintu rumah yang ku tutup

Baru beberapa langkahku keluar rumah mataku berpapasan dengan seorang gadis berseragam sekolah menengah atas, tetangga ku, kak Reina,

Dan tentu saja, ia selalu cantik seperti biasanya

Untuk beberapa detik yang tidak ku tahu alasannya, kami saling menatap tak bersuara

Dia tersenyum padaku lalu memulai percakapan

"Heii umm selamat pagi Ryan!"

Ucapnya dengan nada manis khas kak Reina sambil melambaikan tangannya,

Dia adalah perempuan dengan tubuh tidak terlalu tinggi, dan rambut sebahu

Aku baru ingat, biasanya aku yang mengucapkan itu duluan, mungkin keheningan yang menyerang kami tadi adalah karena dia menunggu aku menyapanya duluan, seperti biasanya

Yang sering aku lakukan saat berpapasan dengan nya

"Pagi"

Jawabku singkat

Tentu saja aku harus mempercepat percakapan yang isinya tidak ada untungnya bagi ku, dalam rangka untuk membalas dendam dan melepas kutukan mata Dewa ini

"Umm oh iya,hei Ryan kau tahu, entah kenapa aku merasa, kau sekarang.. Kau tahu seperti. Umm.. sedikit... Berubah?"

Pertanyaan nya cukup membuatku terkejut, jadi menurutnya aku telah berubah?

"Begitukah?"

Jawabku sambil membaca baca rincian pribadi tentang dirinya dengan kekuatan mata dewa

"Umm begitulah"

Jawabnya dengan menaikan kedua bahunya

"Lalu apalagi?"

Tanyaku singkat, karena sibuk membaca informasi yang berguna tentang dirinya yang mungkin suatu hari nanti bisa ku manfaatkan

Tentu saja tidak pernah terlintas bagiku untuk mengetahui kapan dia mati.

Karena fitur itu terkunci

juga karena

dia berharga bagiku

Dan aku terlalu takut untuk tahu.

"Hmm ya seperti.. mungkin karena gaya rambutmu sekarang yang lebih keren, a... Atau karena kau tidak berkacamata? , tidak mungkin.. Sebenarnya aku merasa sekarang kau..tampan! ahh iya tentu, karena kau sedang mengalami pubertas!"

Ucap kak Reina tanpa keraguan,

Pubertas? Yang benar saja..

"Ohh ya?"

Jawabku masih sibuk membaca rincian pribadi kak Reina,

Aku menemukan sesuatu yang unik soal dirinya, yaitu Rahasianya, bahwa dia benci pria berkaca mata

"Ya begitulah!"

"Baiklah lalu apalagi yang ingin kau bicarakan kak?"

Tanyaku pada Kak Reina, si pembenci pria berkacamata... Seperti aku yang berkaca mata, dulu

"Umm... Nggak.. Gak ada.. Yaudah gih berangkat sana nanti telat"

"Ya, aku berangkat."

Ini menyakitkan, karena tahu, kebaikannya padaku selama ini hanya kepalsuan, tentu saja siapa yang bisa berbuat baik kepada tipe orang yang kau benci?

Di halte bus di tengah keramaian, yang ramai bukan hanya diisi oleh manusia saja

Tapi oleh ''sesuatu yang lain juga''

Yang tentunya hanya aku yang bisa melihatnya, ku coba berpura-pura seakan tak tahu apa apa,

Mencoba membunuh bosan dengan membaca artikel berita hangat di Internet pagi ini,

"Ah akhirnya beritanya muncul juga ya"

Woah tidak pernah ku kira akan jadi topik hangat di berita hari ini,

Contohnya salah satu artikel ini,

Disana tertulis judul

"TERUNGKAPNYA PEMBUNUHAN SEORANG SISWI SMA DI BUS SEKOLAH 4 TAHUN LALU"

(Pelakunya sang supir, pernah di curigai namun lolos setelah proses introgasi)

"Tentu saja karena si bajingan itu jago berakting"

Setelah membaca rincian hal yang sebenarnya telah ku ketahui lebih dulu dari orang yang menulis berita ini,

Aku tertarik pada sebuah video yang di utas di laman berita online tersebut

"Ah, video ini.. "

Aku pun segera menekan tombol play untuk menontonnya

"Ohh konsferensi pers kasusnya ya"

Si bajingan supir psikopat itu, pelaku pembunuhan Susy, Bambang, juga hadir, memakai pakaian tahanan dengan kedua lengan yang di borgol di belakang punggungnya, dan juga ketua inspektur departemen kepolisian kota ini?

Seorang wartawan bertanya padanya

"Pak Ketua! Siapakah sang pengirim email yang memecahkan kasus pembunuhan yang hampir di tutup ini pak?!"

*ckrak ckrak

Suara banyaknya kamera yang memotret sungguh mengganggu, juga riuh para orang orang disana terlalu berisik

Kalau tidak serius mendengarkannya

Maka aku tidak tahu apa yang dia katakan

"Ya, kami juga sedang melacak siapa  pengirim email itu, yang berhasil memecahkan kasus yang lama tidak terbongkar selama 4 tahun belakangan ini"

"Boleh tau rincian isi emailnya pak?"

"Ya dia memakai akun anonym tapi alamat emailnya yang di enkripsi adalah  matadewa1210@email.com entah bagaimana caranya dia berhasil membongkar kasus yang bahkan gagal kami bongkar 4 tahun lalu ini, akan tetapi rincian soal waktu, lokasi TKP dan reka adegan pembunuhannya, seperti cara apa dan bagaimana saat si pelaku menghabisi nyawa korban, sangat lengkap dan sama akurat seperti yang di akui pelaku, si MataDewa1210 juga memberi pesan pada pihak kepolisian

"Tolong hukum orang ini seberat mungkin, dengan caramu, karena kalau tidak, maka aku yang akan menghukum dia dengan caraku"

*Woahhh

*Ckrak ckrak

Semakin riuh suasana, mungkin ini semua terlalu mengherankan untuk menjadi nyata bagi mereka

"Lalu bagaimana cara pelaku bebas terdakwa kasus ini, dan berkeliaran bebas selama ini?"

"Ya ternyata si pelaku menyembunyikan jasad korban yang telah di mutilasi menjadi potongan kecil dalam rangka bus yang ia buat terpisah dan sedemikian rupa untuk di las dan menyatu dengan rangka bus, hingga akhirnya dulu jasadnya korban sulit ditemukan, memang benar.. laporan terakhir si korban menaiki bus yang di kemudikan oleh si pelaku ini sendirian di hari kejadian, tapi kami gagal membuktikan bahwa si pelaku bersalah karena tak memiliki bukti, tapi yang pasti sesuai pasal yang menjerat si pelaku, atas perbuatannya, pelaku dikenakan hukuman seringan ringannya penjara seumur hidup dan seberat beratnya hukuman mati,atas tuduhan pemerkosaan dan pembunuhan berencana"

*Woahhh

*ckrak ckrak ckrak

"Lalu tindakan apa yang bapak lakukan untuk orang yang beralamat email matadewa1210 itu pak?"

*ckrak ckrak

"Untuk saat ini kami akan berterima kasih padanya, tapi dia juga harus tetap kami ketahui siapa identitas sebenarnya untuk dimintai keterangan lebih lanjut"

"Bila saat ini sang MataDewa1210 menonton berita ini, apa pesan yang akan bapak sampaikan untuknya?"

"Ya, pertama.. Hei MataDewa1210, caramu dalam memecahkan kasus ini kurang logis untuk menjadi nyata bagi kami, sehingga kami akan menemuimu, untuk berterima kasih secara langsung dan menanyakan bagaimana caranya"

Aku segera menutup ponselku karena bus ku telah tiba

Tentu saja, pasti tidak akan pernah logis dan masuk di akal manusia biasa seperti kalian

Sayangnya kegiatan menonton berita yang trending hari ini karena email yang ku kirim, harus terhenti karena

Bus ku telah sampai di halte, dan segera ku menaikinya.

Karena kursi penumpang sudah terisi penuh terpaksa aku berdiri berdesak desakan dengan penumpang lain seperti biasa

Sesekali tertangkap oleh pendengaranku mereka sedang membicarakan sang MataDewa1210 yaitu aku.

"Kau tahu itu? Dia hebat kan?"

"Kudengar badan intel negara kita tertarik dengannya!"

"Keren! banyak ahli IT gagal membongkar identitas asli, siapa sebenarnya orang ini"

"Polisi bilang soal MataDewa1210, satu hal yang pasti, dia tidak ingin diketahui siapa sebenarnya dirinya!"

"Tapi kenapa namanya harus MataDewa ya, apa dia memiliki kekuatan super?"

"Banyak yang bilang dia orang dari masa lalu!"

"Whoaaa time traveler??"

"Apa kota kita akan terlahir superhero baru?"

"Hahaha"

Batin ku terkekeh mendengarnya..

Orang dari masa lalu?

Super hero?

Yang benar saja

Jangan pernah berpikir bahwa aku akan menggunakan kekuatan ini untuk kebaikan atau membantu polisi dalam menegakkan keadilan,

Aku... melakukan ini semata mata hanya karena ingin membalaskan dendam

Akan penderitaan Susy, hanya karena itu,

Tidak lebih...

Mungkin Susy menginginkan mata ku ini karena dia ingin menggunakan kekuatannya untuk balas dendam pada si supir bajingan yang telah merenggut nyawanya,

Mata kananku berkedut

Tapi ini tidak sakit

"Sekarang apa ya?"

Dalam benak ku bertanya

Ku menoleh ke arah jam tanganku

"pukul 06:00.. "

Tatapanku teralihkan oleh sesuatu

Dapat ku lihat di kursi penumpang paling belakang sana

Dia menghampiriku

Gadis berseragam SMA begitu cantik dengan rambut panjang tergerai

Memelukku dengan senyum lebar manisnya, dan air mata yang berderai

Wajahnya nampak bercahaya,dan menunjukkan raut wajah yang berterima kasih

Di bajunya dapat ku lihat tertulis nama

"Sussy Sulistiawaty"

***