webnovel

Bussines Trip

Bagaimana rasanya melakukan perjalanan bisnis dengan kekasih dan juga mantan suami?

Alana tidak pernah menyangka akan ada dalam situasi seperti itu.

Sudah menjadi hal yang biasa jika Alana melakukan perjalanan bisnis bersama dengan Dirga, tapi untuk kali ini melakukan perjalanan bisnis dengan Jefri rasanya tak pernah ada di dalam bayangannya. Bertemu dengan pria itu pun tak pernah dia bayangkan.

Setelah perceraian keduanya, Alana lebih memilih untuk kembali fokus membesarkan putrinya dan menutup masa lalunya rapat-rapat.

Terkadang Alana merasa semesta sedang bergurau dengannya, bagaimana bisa Jefri yang dulunya menjadi sang suami sekarang menjadi sang atasan? meskipun Alana sudah tak memiliki rasa apapun padanya tapi rasanya sungguh aneh.

Jika bukan karena Alana yang memerlukan uang untuk membiayai hidupnya dan juga anaknya, mungkin dia tak akan sebingung ini dan lebih memilih untuk resign dari pekerjaannya lalu mencari pekerjaan yang lain.

Sudah seringkali Dirga mengajaknya untuk menikah dan memintanya untuk berhenti bekerja. Bukannya Alana tak mau hanya saja dirinya belum siap jika Dirga akan bertengkar dengan keluarga besarnya.

Apalagi saat mereka tahu bahwa Alana adalah mantan istri dari sepupu Dirga sendiri. Hidup itu sungguh lucu. Calon suaminya adalah sepupu dari mantan suaminya.

Jika dipikir kenapa Jefri memintanya untuk menemaninya? sedang masih ada karyawan lain yang sudah sepatutnya menemani Jefri? contohnya, Teandra ataupun Tama. Mereka lebih dibutuhkan Jefri dibanding Alana.

Merasakan tangan Dirga yang menggenggam tangannya dan menariknya untuk duduk di sebelah pria itu, buru-buru Jefri menahan lengan Alana yang menganggur setelah menyadari pergerakan Dirga.

"Dia di sini sebagai sekretaris saya dan sudah terlihat jelas number seat pada tiket miliknya." ucap Jefri santai sedangkan Dirga berusaha untuk menahan kecemburuannya.

"Kenapa kita harus pakai kereta api? kenapa bukan dengan pesawat?" bisiknya.

"Kamu lupa kita hanya ke Bandung mas?" Balas Alana tak kalah berbisik.

"Alana, kamu duduk di sebelah saya, jadi saya tidak perlu bersusah payah untuk bertanya padamu nanti." ujar Jefri, pria itu kemudian berjalan terlebih dahulu.

Alana menahan lengan Dirga yang ingin mengejar Jefri, "Hanya beberapa jam, jangan berlebihan. Kamu percaya aku kan mas?"

Laki-laki yang sangat dicintainya itu terlihat pasrah, lagipula ada sekretaris Dirga yang berada tak jauh dari tempat mereka berdiri.

Gadis itu terlihat sangat cantik dan pintar, lalu mengapa Dirga selalu bertindak berlebihan ketika sedang bersama dengannya?

"Jaga sikapmu." tegas Dirga, senyum Alana terukir. Dia tahu jika saat ini kekasihnya sedang risau.

"Harusnya aku juga berkata seperti itu, rekan perjalanan bisnis kamu itu sangat cantik." kata Alana menatap ke arah wanita itu.

"Jangan terlalu kesal padanya, bisa aja hatimu akan tertarik dengannya. Who knows?"

"Bicara apa kamu?"

"Mas, nggak ada yang tahu kapan hati ini akan menetap. Tuhan Maha membolak-balikan hati...."

"Jadi maksudmu kamu berencana untuk meninggalkanku dan kembali bersamanya? begitu?" ucapnya garang. Dirga menguhunus mata Alana dengan tatapan tajam miliknya.

"Ssstt. Kecilin volume suara kamu. Nanti dia bisa dengar, kalau dia memberitahu kepada yang lain bagaimana?"

"Mengalihkan pembicaraan ya? apa maksud dari ucapanmu tadi?"

Hanya senyuman singkat yang Alana berikan pada Dirga. Meladeni pria itu tidak akan pernah ada habisnya jika dia dalam mode cemburu seperti ini.

Alana tertawa geli saat meninggalkannya yang sedang berdiri mematung. Dengan cekatan wanita itu mengetikkan sesuatu dan mengirimi pesan kepada Dirga.

To : Mas Dirga

Kamu bisa percaya penuh kepadaku mas

Jaga sikapmu

jgn biarkan dia menaruh rasa padamu

Aku mencintaimu, sayang....

Alana membalikkan tubuhnya ketika dirasa pesannya sudah terkirim dan menatap Dirga yang sedang membaca pesan darinya.

Seulas senyum terbit dari bibir pria itu, detik selanjutnya Dirga menatapnya dari jarak dua meter. "I Love you too." ucapnya tanpa suara.

•••

"Untuk apa dia kemari? haruskah dia kemari untuk menumpang mandi? apa dia lupa hotel kita berbintang 5? kenapa dia nggak ke kamarku? atau meminta pihak hotel untuk membetulkan air di kamarnya yang rusak."

Alana menatap jengah ke arah Dirga yang sedang menggerutu sejak tadi.

"Dia udah pergi sejak 10 menit yang lalu mas, kenapa nggak menanyakan hal itu kepadanya sejak tadi? aku mana tahu alasannya kemari selain karena air di kamarnya yang nggak bisa mengalir." balasnya acuh.

Alana Memilih untuk meninggalkannya ke arah lemari es guna mendinginkan kepalanya.

Mereka baru saja sampai 30 menit yang lalu tapi Dirga sudah mendatangi kamarnya, ditambah sang kekasih melihat Jefri keluar dari kamarnya saat mereka berpapasan tadi.

"Kalau begitu jawab pertanyaanku." Alana terkejut saat Dirga sudah ada di belakangnya, hampir saja dia terjatuh kalau saja Dirga tidak menarik tubuhnya.

"Kamu itu, ngagetin aku tau nggak." protes Alana sedikit kesal.

"Kenapa kamu nggak menolaknya tadi? bisa aja dia khilaf dan melakukan hal yang iya-iya sama kamu. Who knows?"

"Hey, jaga bicaramu mas. Aku tahu kamu lagi cemburu tapi jauhkan pikiran negatifmu itu. Buktinya dia nggak melakukan apapun padaku kan? dia hanya menumpang mandi. Kalau kamu tanya alasan aku nggak bisa menolaknya, jawabannya karena dia atasanku. Kamu mau aku dilaporin ke ayahmu karena aku yang nggak becus mengemban tugas?"

"Mana ada tugas yang semacam itu? kayak anak kecil aja, mana mungkin dia melaporkan kamu cuma karena kamu yang melarangnya untuk menumpang mandi."

"Tetap aja mas, yang namanya atasan itu selalu benar. Kamu juga selalu mengancamku saat aku menjadi anak buahmu."

"Itu berbeda sayang..." sahut Dirga tak terima.

"Apa bedanya? tetap aja kamu memaksa aku kan?" tandas Alana kemudian berjalan pelan ke arah sofa di sudut ruangan, membiarkan Dirga yang masih berdiri di sudut lemari.

Alana tidak marah sungguh, hanya saja dia masih lelah mengingat mereka yang baru saja sampai. Rasanya dia ingin beristirahat sejenak sebelum rapat di mulai 30 menit lagi.

"Kamu marah?" tanya Dirga.

Pria itu menghampiri sang kekasih, tangannya mengelus surai rambut Alana lembut, turun menuju kening wanita itu, lalu mengelus pipinya pelan. Kedua mata Alana terpejam menikmati sentuhannya.

"Nggak, aku cuma lelah." ungkap Alana jujur.

"Aku akan meminta mereka untuk menunda waktu rapat, kamu bisa tidur sebentar."

"Jangan berlebihan. Aku cuma butuh istirahat dan berendam sebentar, lebih baik kamu kembali ke kamarmu. Kurangi sifat emosionalmu itu mas."

Tak ada suara dari Dirga, Alana pikir pria itu sudah beranjak akan pergi namun sebuah pelukan hangat yang dia terima membuat Alana terkejut.

Tak biasanya Dirga melakukan itu saat Alana memintanya untuk menahan emosinya, biasanya Dirga memilih untuk pergi meninggalkan Alana seperti sebelum-sebelumnya.

"Aku cuma takut... takut kalau pada akhirnya kamu yang akan meninggalkan aku dan kembali kepadanya."

"Kamu tahu aku udah nggak memiliki rasa apapun untuknya, lalu untuk apa kamu takut?" tanya Alana, seraya menunggu jawaban dari sang kekasih.

"Kamu nggak sadar, dia masih memiliki perasaan itu Al, bisa aja dia yang akan menarikmu kembali bersama dengan Elena, iya kan..."

Jemari Alana tergerak untuk mengelus lembut surai tebal milik Dirga, menyalurkan rasa sayangnya kepada laki-laki yang sedang memeluk erat tubuhnya. "Kamu yang selalu memintaku untuk nggak berpikir secara berlebihan, ada apa denganmu mas? rasa takutmu bisa menguasai dirimu nanti. Cukup percaya kepadaku maka aku nggak akan meninggalkan kamu."

Sejak tempo hari Alana dibuat semakin tak mengerti dengan perubahan sikap Dirga. Dirga yang semakin menaruh rasa curiga kepadanya padahal Alana sama sekali tidak melakukan apapun.

Perihal Jefri pun Alana hanya melakukan tugasnya sebagai bawahan, tidak lebih. Statusnya saat ini yang memiliki kekasih membuatnya sadar diri, meskipun Alana tahu ada hal yang tak biasa dari Jefri.

Jangan dikira Alana tak menyadari sikap ayah dari anaknya akhir-akhir ini, yang selalu meminta Alana untuk melakukan ini dan itu lalu dengan mudahnya mengancam Alana dengan jabatannya.

Tenang, Alana merasa sikap Jefri masih wajar maka dari itu dia berusaha bersikap profesional. Alana mencintai Dirga dan akan terus seperti itu, berharap semoga semesta tidak mengkhianati cinta keduanya.