webnovel

Chapter 7

"ehmm halooo.. ada yang bisa mendengarkanku?" seru Laguna melalui pikirannya. Hening, tidak ada yang membalas. Beberapa detik berlalu, lalu tiba tiba, "si..siapa kau? kau .. kau.. bukan kaum Mer, na..da..su.. suaramu berbeda" terdengar suara anak kecil membalas takut takut. Laguna terkejut, ia belum pernah mendengar kaum Mer, "apakah kamu kaum Mer? apakah kamu yang dikejar kejar oleh sekelompok orang yang sedang berkeliaran di hutan bakau?" tanya Laguna, tak lupa ia memberi isyarat pada kakek dan neneknya tentang apa yg dia dan si anak kecil bicarakan. Sumi dan Tarno saling berpandangan dan mengangkat bahu, mereka juga tidak pernah mendengar adanya kaum Mer. " I..iya, aku mau pulang ke laut, tetapi manusia menangkap adikku, aku tidak bisa mengikuti mereka ke darat dan sekarang adikku hilaang.. hiks..hiks.. apakah kau bisa membantuku, kau lihat adikku?" tanya si anak kecil sambil menangis. " kau bukan manusia?" tanya Laguna salah fokus. "Memangnya kau manusia? hiks..hiks..hiks.. . ayolah.. kau bisa bantu aku tidak? aku harus membawa adikku pulang, tolonglah.." kata si anak kecil itu memelas, " tentu saja aku manusia" kata Laguna sambil berpikir kenapa ia bisa mendengar kaum Mer berbicara, "aku akan berusaha menolong adikmu, sepertinya aku tahu kemana adikmu dibawa, namaku Laguna, bersama kakek dan nenekku, kami akan berusaha membantumu. Siapa namamu dan siapa nama adikmu?" tanya Laguna. "Namaku Juno, dan adikku Nivi. Benarkah kalian akan membantuku? bagaimana caranya?" tanya Juno. " Juno, kami akan membantumu, tetapi kau harus pergi dari hutan bakau itu dulu, tidak ada gunanya kalau kau ditangkap juga. Aku akan mencoba mengikuti adikmu, semoga bisa langsung kami tolong. Tetapi kau harus pergi dulu, besok pagi temui aku di karang yang berbentuk sirip hiu, kau tau dimana tempatnya?" perintah Laguna. Juno berpikir sebentar, " Baiklah, tolong bebaskan adikku, ..eehmmm.. tapi aku tidak bisa kemana mana karena orang orang ini mengepungku, kalau aku bergerak aku akan ketahuan." kata Juno. " Serahkan pada kami, begitu kau melihat kesempatan kabur, kau harus langsung kabur yaa.." kata Laguna. Laguna punya rencana, rencananya hanya melibatkan Tarno dan Laguna saja, sedangkan Sumi tetap bersembunyi sambil mengamati keadaan. Kalau terjadi sesuatu pada Laguna dan Tarno, Sumi harus kembali ke desa dan memanggil bantuan. Setelah menyusun rencana cepat dengan bahasa isyarat merekapun melaksanakan rencananya.

Laguna dan kakeknya berjalan beberapa langkah sebelum memasuki hutan bakau sebelum memulai sandiwaranya. " adddduuhh Laguna, kenapa kamu ceroboh sekali.. masa kunci toko bisa jatuh.. baru sadarnya sekarang.. ini sudah malam." Kata Tarno keras keras. Laguna juga terlihat mondar mandir seperti mencari sesuatu di sepanjang jalan dan merekapun memasuki hutan bakau. " Loh.. nak Satriyo, lagi apa malam malam begini? apa ada yang hilang? " panggil Tarno. Satriyo dan teman temannya langsung mengarahkan senter pada Tarno dan Laguna. " Juno, sekarang!!" kata Laguna dengan pikirannya. " siap.. sudahhh.. aku sudah di luar hutan bakau. Sampai bertemu besok Laguna. tolong adikku ya?" Juno melambaikan tangan dibelakang orang orang yang mencarinya yang saat ini sedang mengarahkan senter pada Laguna. Lalu Juno melompat kedalam air, dengan kecipakan kecil Juno menghilang dan hanya ekornya saja yang terlihat sebentar dan itupun langsung menghilang. Laguna terkejut, Tarno terkejut, Satriyo dan teman temannya yang mendengar suara kecipakan langsung mengarahkan senternya kearah suara tersebut. Tapi tentu saja Juno sudah menghilang. Satriyo mengumpat pelan, Tarno tidak dapat mendengarnya, tetapi Laguna mendengarnya. Laguna segera memegang lengan kakeknya yang hendak menunjuk ke arah Juno, Laguna tahu, kakeknya antara percaya dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sentuhan Laguna menyadarkan Tarno. " Kalian mencari penyu yang tersesat?" tanya Tarno melanjutkan sandiwara. " Aahh, Kakek Tarno pintar sekali, tapi sepertinya sudah bebas sendiri penyu itu seperti yang kakek lihat tadi. " kata Satriyo dengan nada lega. " Kalian sedang apa malam malam begini?" sambung Satriyo sambil berjalan ke arah Laguna dan kakeknya. Satriyo juga memberi tanda kepada orang orang disekitarnya untuk menyudahi pencarian mereka. " Ini.. ,Laguna kehilangan kuncinya. sepertinya jatuh saat kalian jalan sore tadi disekitar sini, tapi disini gelap sekali. Mungkin besok pagi saja kita lanjutkan Laguna, kalau matahari sudah terbit. " kata Tarno. Laguna mengangguk angguk lalu melambai ke Satriyo. " Oh begitu, kami juga akan kembali ke penangkaran karena penyu yang dicari tidak ada, sampai bertemu lagi kakek, Laguna" kata Satriyo lalu memasuki mobil bersama teman temannya. Laguna dan Kakeknya tetap diam dan memperhatikan mobil tersebut hingga menjauh dan hilang dari pandangan. Sumi datang berlari dan menyongsong Tarno dan Laguna. " Kalian.. kalian lihat.. Anak itu ... anak itu punya ekor ikan ... apa itu.. kalian lihat kan?" kata Sumi tidak percaya pada penglihatannya sendiri. " Iya Sum, aku juga lihat, aku juga tidak percaya awalnya.. tapi kalau kalian juga lihat, berarti mataku tidak salah." kata Tarno. ' sepertinya kaum Mer adalah duyung, entah putri atau putra duyung, sepertinya Juno laki-laki dan Nivi perempuan. Kasian sekali Kakak beradik itu. ' kata Laguna dengan bahasa isyarat. " Yang lebih mengherankan adalah kenapa hanya Laguna yang bisa mendengarkan mereka, bahkan berkomunikasi dengan mereka." kata Tarno sambil berpikir keras. Mendengar itu Sumi jadi teringat cerita Naira mengenai laki laki yang menghamilinya. Apakah benar yang menghamili Naira adalah dewa laut atau bukan, apakah Laguna adalah kaum Mer juga? Sumi menggeleng kan kepala tidak ingin memikirkan itu saat ini, ada masalah yang lebih penting. " Lalu sekarang bagaimana kita menolong adik Juno? kita ke penangkaran sekarang?" tanya Sumi. " Kita pulang ke rumah, aku akan ambil motor lalu kau Sumiii ol, kamu tetap di rumah, Laguna ikut kakek!" kata Tarno. " Aku juga mau ikut, kok aku ditinggal!" kata Sumi sewot. " Motornya cuma cukup dua orang Sum, lagian kalau ada apa apa harus ada yang lapor pak Kades." kata Tarno. " Tapi Laguna boleh ikut" kata Sumi sambil merajuk, Laguna hanya geleng geleng saja melihat neneknya yang merajuk manja pada kakeknya, Ia mengerti pasti neneknya kepingin melihat putri duyung lagi.

" Laguna harus ikut, kan cuma dia yang bisa bicara dengan putri duyungnya, aku kan tidak bisa!" kata Tarno sedikit tidak sabar dengan istrinya. " Sudahlah ayo cepat, sebelum orang lain curiga melihat kita" kata Tarno lagi. Merekapun buru buru pulang ke rumah. Sumi masih merajuk, tidak terima dirinya tidak diikut sertakan. ' nenek jangan marah ya, ini demi keamanan nenek juga. Kalau kami tidak kembali sampai pagi, nenek lapor pak Kades ya?' kata Laguna. " Ya Sum, lapor pak Kades tapi jangan bilang tentang putri duyung, nanti kamu disangka nenek gila. Bilang saja semalam Tarno dan Laguna mengikuti aktivitas mencurigakan orang orang penangkaran. harusnya pak kades akan mencari kami ke penangkaran." kata Tarno. Mendengar kemungkinan mereka akan tertangkap, Sumi menjadi khawatir, " Baiklah.. baiklah.. aku tinggal. Tapi kalian jangan sampai tertangkap ya.. pulang sebelum fajar menyingsing dan hindari petugas ronda malam supaya tidak menimbulkan pertanyaan. Hati hati!" kata Sumi sambil memeluk Laguna lalu memeluk suaminya. ' Baik nek' Kata Laguna. " Iya, kamu juga hati hati di rumah, Oya satu lagi Sum, jangan cerita apa apa, apalagi dengan tetangga sebelah biang gosip itu ya.!" kata Tarno mengingatkan. " Ya ampun Gusti, orangnya juga masih tidur. Ya sudah kalian hati hati ya.. motornya jangan dinyalakan dari sini, tunggu sampai dekat hutan bakau supaya tidak ada yang dengar, kalau sudah dekat penangkaran juga begitu, matikan motor bututmu!" kata Sumi lagi. Tarno hanya mengangguk saja dan mengacungkan jempol. Karena itu Laguna membantu kakeknya mendorong motor hingga tepi hutan bakau baru Tarno menyalakan motor dan Laguna meloncat ke boncengan motor dibelakang kakeknya. Dan mereka pun berangkat ke penangkaran.