webnovel

chapter 8

Laguna dan Tarno menuju penangkaran, ada banyak jalan menuju penangkaran, tetapi Tarno memilih jalan yang paling sepi dan tidak akan terlihat dari penangkaran kalau mereka sedang menuju kesana. Selain itu, jalan yang mereka lalui adalah jalan yang paling memungkinkan dilalui oleh mobil penculik adik Juno.

Akan menimbulkan pertanyaan bila mobil penangkaran lalu lalang di jalan desa sesudah jam penangkaran tutup, apalagi saat ini bukan saatnya penyu bertelur. Bila sudah musim bertelur pasti lebih banyak wisatawan yang hadir dan desa mereka akan semakin ramai.

Sepanjang jalan mereka tidak bertemu dengan manusia lain, mobil penangkaran sendiripun tidak terlihat.

Akhirnya mereka sampai dibelokan terakhir sebelum penangkaran terlihat. Laguna menepuk bahu kakeknya dan menyuruhnya berhenti. Tarno pun menepi, mematikan motornya dan dibantu oleh Laguna mendorong motornya pelan pelan.

Jalanan disini sepi dan gelap, karena jarang dilewati orang lain. Debur ombak di kejauhan mulai terdengar, walaupun sebenarnya laut di penangkaran relatif tenang, tetapi malam ini angin lumayan kencang dan ombak lumayan besar. Merekapun tiba di pagar belakang penangkaran. Mobil penangkaran yang tadi membawa Nivi terparkir di jalanan. Tidak ada satu orangpun terlihat dan bak air di belakangnya sudah tidak ada lagi. Semakin mendekati pagar penangkaran Laguna mendengar suara dengung rendah. Laguna langsung memberi isyarat pada kakeknya, 'pagarnya dialiri listrik, hati hati'

Kakeknya mengangguk tanda mengerti. Mereka berusaha melihat kedalam dan tidak melihat apa apa selain kabin kabin penangkaran penyu. Kolam anak penyu pun terlihat kosong, hanya terlihat beberapa penyu kecil berenang. ' mungkin Laguna harus memakai pikiran untuk memanggil Nivi' kata Laguna pada kakeknya. Tarno mengangguk.

" Niviii.. Niviiii... kau mendengarku? "

hening tidak ada balasan. Mungkin Nivi takut padaku, pikir Laguna, Ia teringat reaksi Juno yang ketakutan saat Laguna pertama kali mengarahkan pikirannya pada Juno.

" Niviii.. jangan takut, aku temannya Juno, Niviii" panggil Laguna kembali. Ia sangat berharap Nivi mau menjawab.

" I..i.. ini siapa? apakah kau benar temannya kakak?" kata Nivi pelan.

" Ya, aku Laguna. Apakah kamu dapat melihat sekarang kamu ada dimana? aku tahu kamu ada disekitar penangkaran penyu, tapi aku tidak dapat melihat dimana kamu berada." kata Laguna.

" Aku juga tidak tahu kak, hiks hiks.. aku takuutt.. disini gelap.. dan sempit.. huhuhuhu... tolong aku kak, aku mau pulang.. hiks hiks.. ibuuuu..ibu... " tangis Nivi.

Laguna semakin panik, ia menerjemahkan perkataan Nivi kepada kakeknya. Tarno geram dengan para penculik itu yang berani beraninya menyekap anak kecil sendirian. "sshh.. tenang adik kecil, aku disini menemanimu. Aku tidak akan pergi. Kalau kamu takut bicaralah padaku ." kata Laguna.

"janji ya aku tidak ditinggalkan?" tanya Nivi. "Janji" balas Laguna.

" kakak aku mengantuk, airnya terlalu tenang buatku. Aku sedikit pusing." kata Nivi. Laguna merasa tidak berdaya, ia menduga kalau Nivi disekap dalam suatu bak tertutup di salah satu kabin, tapi tidak tahu yang mana. Ia takut air bak yang ditempati Nivi tidak baik untuk kesehatannya karena anak itu biasa berenang di lautan bebas. "Tenang Niviii, kakak akan mencari jalan membebaskan mu." kata Laguna sambil mencari cari celah yang tidak dialiri listrik. sayangnya usahanya itu tidak berhasil. Laguna sudah hampir ikut menangis juga bersama Nivi. ' bagaimana ini kek?' tanya Laguna pada kakeknya yg saat ini menggunakan bahasa isyarat agar tidak terdengar orang lain. Tarno hanya tertunduk lesu, dia juga bingung bagaimana membebaskan Nivi. Semua jalan darat telah dikelilingi dengan pagar listrik, satu satunya jalan dari laut, tetapi kabin kabin penjaga penangkaran langsung menghadap kearah laut, dengan kata lain mereka akan langsung terlihat bila datang dari arah laut. masalah selanjutnya adalah, kalaupun mereka dapat menemukan Nivi, bagaimana caranya mereka bisa mengembalikan Nivi ke laut tanpa terlihat para penjaga. Tarno tidak punya mobil yang dapat mengangkut bak air asin seperti penangkaran punya. Nanti Akan diangkut dengan apa Nivi, dan apakah Nivi dapat hidup tanpa air? Tarno pusing tujuh keliling.

Ketika Tarno dan Laguna sedang kebingungan, tiba tiba ada suara lain di benak Laguna, " Laguna? ini benar Laguna si gadis bisu? Sudah kuduga kamu bukan manusia biasa, kamu pasti keturunan kaum Mer" kata suara perempuan tak dikenal. Laguna kaget, dan saking kagetnya ia terdiam, ia seperti mengenali suara itu. "Kamu bicara dengan siapa Laguna, ada Nivi di dekat sini? kamu belum tau cara mengarahkan pikiranmu hanya kepada satu orang saja ya? arahkan pikiranmu padaku, ini aku Safira!" kata suara perempuan yang ternyata adalah Safira. Laguna kaget, ia berusaha memikirkan Safira dan berusaha berbicara hanya dengan Safira saja, " Kak Safira?!?!? bukankah 5 tahun lalu kakak hilang di laut? " tanya Laguna. " Aku tidak hilang, hhh... panjang ceritanya Laguna, jawab pertanyaanku, Nivi ada dimana, dia anakku!" kata Safira. " anakmu? jadi selama ini ibu yang dicari cari Juno adalah kakak? " tanya Laguna lagi makin bingung, semua urusan kaum Mer ini membuat dia agak sulit menerima dengan nalar, apalagi tiba tiba Safira muncul saat semua orang tahu Safira telah tiada sejak 5 tahun lalu. "Kau juga bertemu Juno, apa yang terjadi? dimana mereka?" tanya Safira. " Juno tadinya bersembunyi di hutan bakau, Nivi berusaha mengajak Juno pergi tetapi Juni tidak mau, saat itu aku mendengar argumentasi mereka, aku sedang bersama kak Satriyo saat itu, dan aku menanyakan apakah ia mendengar juga, tetapi Satriyo tidak mendengarnya. Tetapi pada saat malam hari Aku dan kakek nenek melewati hutan bakau, kami melihat Satriyo sedang mencari sesuatu di hutan bakau, dan melihat sebuah mobil penangkaran berjalan pergi diiringi dengan jeritan minta tolong Nivi, makanya kami mengikuti kesini. Untungnya Juno tidak ikut tertangkap. " kata Laguna meringkas petualangan mereka malam itu. " Tapi Nivi dalam bahaya, sepertinya ia tidak bisa terus berada di bak air asin. katanya airnya terlalu tenang dan ia merasa pusing. Kak Safira ada dimana? bisakah kakak menolong Nivi?" tanya Laguna penuh harap. " Satriyoooo.. ini semua gara gara aku Laguna .. hiks hiks hiks.. Aku terlalu mencintainya, setiap hari selama 5 tahun ini aku sangat merindukannya. " kata Safira. " Kalau kau mencintainya kenapa kau pergi?" tanya Laguna tidak mengerti, sudah pergi meninggalkan suami, lalu punya nak dengan orang lain pula, dimana cinta dan rindunya? pikir Laguna. " Kau tidak mengerti Laguna, kau hidup di dunia manusia dengan hukum hukum manusia, kaum Mer walaupun hidup di lautan tetapi hidup kami tetap dipenuhi dengan intrik dan politik untuk meraih posisi dan kekuasaan tertinggi. Aku adalah putri penguasa Lautan di kepulauan ini. seharusnya aku menikah dengan Jenderal terbaik Ayahku, tetapi saat itu aku menolong seorang peselancar muda yang sangat tampan, iya peselancar itu adalah Satriyo. Ia tenggelam tergulung ombak, tetapi aku menyelamatkannya dan membawanya ke pantai. Aku langsung jatuh cinta padanya. Aku berusaha menjadi manusia, dan aku menemukan seorang penyihir di lautan dalam yang dapat mengubahku menjadi manusia. Syaratnya adalah aku jangan sampai hamil. Kalau aku hamil aku dan anakku akan berubah menjadi duyung kembali. 5 tahun lalu aku hamil, begitu tahu hamil, aku tahu waktuku di dunia manusia sudah habis. Akhirnya aku memutuskan kembali ke laut sebelum semuanya terlambat dan aku berubah di dunia manusia. Dan benar, ketika aku melahirkan Juno, iya juga adalah seorang kaum Mer, bukan bayi manusia." kata Safira sambil terisak. " Aku kembali ke ayahku dan tetap dinikahkan dengan Jenderal Ayahku, dan aku akhirnya mempunyai Nivi dari pernikahan ini. Aku tidak mencintai suami keduaku, tetapi aku sangat menyayangi anak anakku. Beberapa Minggu lalu aku mengumpulkan keberanian untuk melihat Satriyo dari kejauhan, aku sangat merindukannya dan tidak terasa semakin hari aku semakin dekat, dan suatu hari aku tertangkap di kamera cctv mereka, dan mereka menjebak lalu menangkapku." kata Safira. Laguna tertegun, kisah Safira seperti kisah dongeng, tetapi sekarang Laguna terseret didalamnya dan mereka masih harus menolong Nivi. " Lalu bagaimana sekarang kita menolong Nivi, kak Safira maaf ya aku bertanya ini, sekarang kakak dalam wujud berkaki dua atau berekor dan ada dimana?" tanya Laguna. " Aku tidak bisa kembali menjadi manusia lagi, aku dalam bentuk duyungku. Saat ini aku ada di kolam arus di dalam penangkaran bersama dengan Satriyo, dia tidak tahu kalau aku sedang bicara denganmu. Aku akan bicara dengan Satriyo agar Nivi bisa bersamaku. Kami membutuhkan air yang mengalir dan kaya oksigen. Kami pasti akan pusing dan mati kalau di kolam yang tidak ada aliran dan oksigen." kata Safira. " Kakak bisa bicara dengan Kak Satriyo, bukan dengan bahasa isyarat?" sekali Lagi Laguna salah fokus. "Bisa Laguna, kau juga bisa asal kau mengarahkan pikiranmu kepada orang yang mau kau ajak bicara. Kalau kau hanya bicara saja tanpa mengarahkan pada seseorang maka semua orang bisa mendengar, maksudku semua kaum Mer, manusia tidak dapat mendengar dan manusia tidak dapat membalas dengan pikiran juga, mereka harus tetap menggunakan mulut mereka untuk bicara. " kata Safira menjelaskan, " baiklah aku akan berbicara dengan Satriyo, kau tunggu dulu ya.. jangan kemana mana." kata Safira lagi. " baik kak" kata Laguna. Lalu Laguna menoleh pada kakeknya sambil nyengir, kakeknya juga membalas cengiran Laguna, lalu Laguna berusaha memanggil kakeknya dengan pikiran. " tes.. tes.. kakek.. kakek.. ini Laguna kek" Laguna mencoba. " Kakek dengar Laguna, jelas sekali.. suaramu merdu Laguna!" kata Tarno senang dan terharu. Saking senangnya ia lupa memelankan suaranya. Laguna langsung menempelkan jemarinya ke mulut. "Sst Kek, jangan keras keras .. waahh aku bisa bisa bicara dengan kakek dan nenek sekarang!" seru Laguna senang. Dan merekapun berbincang bincang dengan Laguna yang memakai pikirannya dan Tarno tetap dengan bahasa isyarat agar tidak ada yang mendengar. Dan merekapun menunggu seperti yang dikatakan Safira. Laguna sekali kali mengecek keadaan Nivi, gadis kecil itu terdengar makin lemah. Laguna cemas dan berharap semoga apa yang dilakukan Safira akan cepat.