webnovel

chapter 6

Hari berlalu dengan sibuk, tidak terasa sudah hampir jam 5 sore. Laguna masih ingin menyelesaikan kerajinan berbentuk burung merak yang ada di depannya, tetapi sebentar lagi Satriyo menjemput dan ia memutuskan untuk menyelesaikannya dirumah saja. Lalu ia mengambil tas kain yang besar dan meletakan kerajinannya dengan hati hati didalamnya dan memasukan beberapa peralatan yang ia butuhkan untuk merangkai nanti. Tak lama kemudian Satriyo sudah muncul. " Halo Laguna, selamat sore.. sudah siap?" tanyanya begitu memasuki sudah. Laguna mengangguk lalu membawa tas nya," sini biar aku yang bawakan, kamu kunci saja tokomu dulu." tawar Satriyo. Laguna mengangguk dan tersenyum. Satriyo masih tetap baik seperti dahulu dan selalu perhatian.

Selesai mengunci pintu Laguna berbalik dan mengisyaratkan dirinya sudah siap. "Baiklah, kau tidak keberatan aku tidak membawa kendaraan kan? aku ingin kita menikmati sore ini sambil berjalan di pantai? atau mau makan malam dulu?" tanya Satriyo memberi Laguna pilihan. Gadis itu berpikir sejenak, ' ayo jalan jalan di pantai, tetapi tidak untuk makan malamnya, kakek dan nenek pasti sudah menunggu di rumah.' jawab Laguna. " baik, ayo ke pantai" Satriyo mengulurkan tangan ke arah Laguna, Laguna kaget " berpegangan tangan? secepat itu? jalan jalan berdua saja sudah pasti menimbulkan kehebohan di dunia pergosipan mbok Arti, bagaimana kalau berpegangan tangan, bisa bisa besok sudah terpasang pelaminan" kata Laguna dalam hati. Satriyo yang melihat Laguna tertegun sambil menatap uluran tangannya akhirnya menarik tangannya kembali dan memasukannya ke kantong celana. " terlalu cepat ya, baiklah kita berjalan bersama saja hehehe.. namanya juga usaha heheheh" kata Satriyo sambil terkekeh. Laguna hanya tersipu, pipinya memerah, ia belum pernah didekati terang terangan seperti ini. Dulu sikap Satriyo lebih ke kakak adik pendekatannya. Tetapi ini lain, ada rasa senang yang aneh dalam hati Laguna.

Merekapun berjalan bersisian di tepi pantai, menikmati waktu sore hari sambil melihat pemandangan matahari tenggelam. Suasana sore itu sangat indah, bahkan cenderung romantis. Satriyo berjalan disamping Laguna di sisi yang melindungi Laguna dari pejalan kaki yang lain, Satriyo bahkan melindungi Laguna dari anak anak yang berlari lari dipantai dan hampir menabrak mereka. semua dilakukannya sambil tetap berbincang bincang dengan Laguna, tetapi Laguna tetap memperhatikan tindakan tindakan kecil tersebut. Laguna merasa tersanjung. Selama ini ia sangat mandiri, senang juga rasanya ada yang memperhatikan seperti ini.

Matahari akhirnya tenggelam. Suasana semakin remang remang. Orang orang mulai mengosongkan pantai, anak anak berlari pulang ke rumahnya. pantai mulai sepi. " kita pulang sekarang? sudah gelap" kata Satriyo yang dibalas anggukan Laguna, mereka meninggalkan pantai dan berjalan di sepanjang trotoar menuju hutan bakau. Ketika sudah dekat hutan bakau, tiba tiba Laguna mendengar "Kakak kau bersembunyi dimana, ayo keluar! sudah mulai gelap, ayo kita pulang!" suara anak kecil itu terdengar lagi di telinga Laguna, rasanya dekat sekali. Langkah Laguna terhenti, ia menoleh ke kanan dan kekiri, saat ini hanya ada mereka berdua saja. Tidak ada orang lain apalagi anak anak. " kau duluan saja, aku masih mau disini, aku mau ibu yang menjemputku!" seru seorang anak kecil lain lagi. Laguna semakin bingung, percakapannya terdengar jelas sekali tetapi tidak terlihat satu orangpun. " ada apa Laguna?" tanya Satriyo. Laguna menyuruh Satriyo untuk diam dan kembali mendengarkan. " Ibu kan sedang tidak ada kak entah kemana ibu pergi sudah hampir 2 minggu tidak pulang, ayo pulanglah.. ini sudah gelap ayo pulanglah bersamaku, nanti aku tersasar" rengek anak kecil yang pertama. " haduh siapa suruh kau mengikutiku.. tunggu saja disini bersamaku kalau tidak mau pulang!" hardik kakaknya. Laguna mengisyaratkan pada Satriyo untuk membuka telinganya ikut mendengarkan, tetapi Satriyo malah berkata," dengar apa? tidak ada apa apa hanya debur ombak". Laguna bingung, ' suara anak kecil, disekitar sini.Suaranya dekat sekali' kata Laguna. Merekapun mencari asal suara itu tetapi tidak menemukannya. Satriyo yang kebetulan membawa senter menyorotkan senternya ke hutan bakau, tetapi tidak melihat apa apa. Ia menyorotkan senternya kearah lautan dan tidak terlihat apa apa, selain itu senternya juga tidak terlalu kuat untuk memberi penerangan sampai sejauh itu. Ia mengerutkan kening, dan melihat Laguna masih kebingungan. " masih terdengar suaranya?" tanya Satriyo. 'tidak, tidak ada apa apa lagi' jawab Laguna sambil memperhatikan tepi laut di hutan bakau ini. iya merasa melihat sekelebat bayangan ekor ikan tetapi tidak yakin apa yang dilihatnya. merasa tidak yakin ia memilih untuk tidak mengatakan apa apa pada Satriyo. Satriyo memandangi Laguna, " kamu sering mendengar seseorang memanggilmu seperti itu?" tanya Satrio dengan pandangan menyelidik. " aku kan tidak bilang anak kecilnya sedang memanggil aku, mengapa Satriyo menanyakan itu ya? " kata Laguna dalam hati. Ia langsung menggeleng pada Satriyo, tidak mau memberitahu bahwa ini adalah kali ketiga ia mendengar suara anak kecil. Satriyo menatap Laguna dalam hingga gadis itu salah tingkah, tiba tiba Satriyo mengulurkan tangan dan menyibak rambut yang menutupi leher Laguna. Ini Luka yang kaudapat saat sempat hilang dilautan waktu bayi ya. Sepertinya lukanya memanjang ya? waktu kamu kecil tidak sepanjang ini? Apakah Sakit?" kata Satrio sambil mengelus bekas luka seperti goresan tiga kuku tajam di leher Laguna. Laguna langsung mundur dan menepis tangan Satriyo, 'tidak sakit, dan tidak bertambah besar kok.. biasa saja' kata Laguna, tiba tiba ia merasa tidak nyaman bersama dengan Satriyo. Lalu ia mengisyaratkan agar Satriyo mengantarnya sampai sini saja, rumahnya sudah dekat, lagipula rumah Satriyo berlawanan dengan ajakan ke rumahnya, jadi Laguna memutuskan akan pulang sendiri. Anehnya Satriyo tidak membantah, ia mengizinkan Laguna pulang sendiri, memberikan tas yang berisi kerajinan tangan Laguna yang masih setengah jadi kepada Laguna untuk dibawa pulang. sikapnya benar benar bertentangan dengan beberapa saat lalu di pantai yang penuh dengan perhatian. Laguna bergidik, cepat cepat berbalik dan berjalan menjauhi Satriyo. Karena pendengarannya yang sangat baik, Laguna mendengar Satriyo menelepon seseorang dengan ponselnya," bawa mobil dengan bak air laut dibelakangnya ke ujung hutan bakau, aku tunggu." ujar Satriyo. Laguna semakin bingung dan bertanya tanya. Ia tidak berani berbalik dan bertanya karena takut ketahuan kalau Laguna mendengar apa yang dikatakan Satriyo.

Tak lama kemudian ia sampai di rumahnya, seperti biasa disambut oleh Kakek dan Neneknya. "Loh, katanya mau diantar Satriyo, kemana dia?" tanya Tarno diiringi tatapan penasaran Sumi. 'Sempat diantar sampai hutan bakau, tapi setelah itu Laguna minta tidak usah diantar saja kek, Laguna merasa tidak nyaman.' kata Laguna dengan jarinya. "Tidak nyaman bagaimana maksudnya Laguna, apa Satriyo bersikap tidak sopan padamu?" tanya Sumi sambil menuntun Laguna masuk ke rumah. ' Tidak, bukan itu, Laguna hanya merasa tidak nyaman saja, ada sesuatu yang aneh dengan Satriyo, dan Laguna tidak tahu apa, jadi Laguna minta tidak diantar sampai rumah saja. Satriyo juga tidak marah, langsung mengiyakan, ya sudah Laguna pulang.' jelas Laguna. Sumi dan Tarno berpandangan makin tidak mengerti, sebab kabar bahwa Laguna dan Satriyo terlihat akrab sore ini saat menikmati pemandangan matahari tenggelam sudah tersebar sampai ke pelosok desa, tentu saja berkat mbok Arti.

" Ya sudah cuci tangan dulu sana, nenekmu sudah menyiapkan makanan, tadinya kami pikir Satriyo akan ikut makan juga, tapi tidak apa apa, ayo kita makan saja." ucap Tarno. 'maaf ya nek' kata Laguna. "tidak apa apa, sudah ayo cepat taruh barang -barangmu lalu cuci tangan dan kita makan " kata Sumi. Laguna pun melakukan apa yang dikatakan neneknya. Sambil makan, Tarno dan Sumi melihat Laguna seperti orang bingung. "ada apa Laguna, kamu terlihat seperti sedang bingung." tanya Sumi. ' Nenek, kakek, pernah tidak mendengar suara suara anak kecil di hutan bakau, padahal saat itu sedang tidak ada siapa siapa.' kata Laguna yang bukannya menjawab malah balas bertanya. Sumi dan Tarno sama sama menjawab " tidak pernah".

" Anak anak sudah diberitahu tidak boleh main main disana, nanti celaka, setahu kakek, tidak ada anak anak yang main kesana" kata Tarno. " Nenek juga tidak pernah dengar, memangnya Laguna mendengar?" tanya Sumi. Laguna mengangguk. ' Sudah tiga kali Laguna dengar, termasuk barusan bersama Satriyo, awalnya Laguna pikir Laguna salah dengar, tapi kalau sampai tiga kali rasanya tidak salah, karena itu Laguna bertanya pada Satriyo. Ternyata Pertanyaan Laguna membuat sikap Satriyo berubah 180 derajat, tadinya Satriyo bersikap sangat baik dan manis sekali, tiba tiba berubah, memegang leher Laguna sambil menanyakan bekas luka, Laguna jadi takut dan memutuskan pulang sendiri saja.' cerita Laguna. " Apa.. dia memegang lehermu? apa maksudnya anak itu? Kakek mau bicara dulu sama dia, kakek akan pergi ke rumah pak Suban sekarang!" kata Tarno marah. Sumi langsung menahan Tarno dan menyuruhnya bersabar. 'tapi sepertinya Satriyo tidak berada di rumah kek, tadi Laguna sempat dengar Satriyo menelepon seseorang untuk membawakan mobil bak berisi air asin ke hutan bakau, Laguna juga tidak tahu untuk apa.' kata Laguna kembali. Tarno terdiam dan berpikir keras, " ada yang aneh, sepertinya Satriyo punya maksud lain mendekatimu Laguna. Aku akan melihat ke hutan bakau, apakah mereka masih disana atau tidak. Kakek harus tahu apa yang mereka cari. " kata Tarno. Sumi langsung keberatan, " jangan Kek, sudah malam, dan sepertinya aktifitas mereka bukan aktifitas yang legal. kalau Kakek tertangkap bagaimana?" kata Sumi.

'Biar Laguna ikut Kakek' kata Laguna. " Tidak usah, kalian di rumah saja" kata Tarno. " begini saja, kita bertiga pergi semua" cetus Sumi tiba tiba. Karena tidak ada pilihan lain akhirnya semuanya berangkat. Ketika mendekati hutan bakau mereka melihat di kejauhan lampu lampu senter hilir mudik diantara pohon pohon bakau dan akar bakau. "mulai dari sini kita komunikasi dengan bahasa isyarat saja" kata Tarno yg disambut anggukan istrinya dan cucunya. Mereka mengendap-endap mendekati hutan. " ibuuuu.. ibuu tolong.. mereka mengambil adik.. ibuuuuuu" terdengar jeritan anak kecil kembali. Laguna mengisyaratkan kepada Kakek neneknya bahwa suara anak kecil terdengar kembali, tetapi kakek dan neneknya tidak mendengar apa apa. "kakak... ibuuu... tolong akuu... aku dikurung di dalam bak kotor ini.. kakak... baknya bergerak kakak!!! toloonggg" jerit seorang anak kecil lagi, lalu Laguna melihat sebuah truk pick up berisi bak air dibelakangnya, truk itu melaju menjauh dari mereka. Laguna cepat memberi isyarat pada kakek dan neneknya bahwa ada anak kecil diculik didalam bak itu. Kakek neneknya bingung karena tidak mendengar apa apa, tetapi memutuskan untuk mempercayai Laguna. ' sepertinya pick up milik penangkaran penyu tempat Satriyo bekerja ' kata Tarno dengan bahasa isyarat. Sumi menunjuk lampu lampu senter yang masih hilir mudik dihutan bakau, 'sepertinya masih ada yang dicari' kata Sumi. ' memang masih ada satu anak lagi, atau begitulah sepertinya kedengarannya, yang ditangkap tadi adiknya, sedang kakaknya sepertinya masih bersembunyi di hutan bakau. tapi kenapa kakek dan nenek tidak bisa mendengarnya?' Laguna menjelaskan sekaligus bertanya-tanya. Lalu Laguna mencoba berbicara melalui pikirannya kepada anak tersebut, instingnya mengatakan hanya itu cara berkomunikasi dengan mereka.