webnovel

Kotak Hitam

Kehancuran membuatnya terpaksa keluar, menghirup udara segar, dan memenuhi takdirnya. Membantu orang yang patah arang, mengisi ambisi yang kehilangan, memenuhi hasrat para bedebah, dan mewujudkan mimpi bagi yang terlelap. Bagi yang beruntung, dia akan datang menghampiri, membantumu berdiri, dan memberi koleksi yang tak ternilai. Hanya istimewa yang terlihat, hanya letupan ambisi dan gemuruh amarah yang terdengar, dan hanya dengki yang lalu-lalang dalam penciuman. Tunggu dia, di lorong-lorong panjang, di bayang-bayang malam, bahkan di cermin-cermin tak bersisa.

Sejuan_Lee · Fantasy
Not enough ratings
156 Chs

Hasrat [Kekalahan Telak]

Awan mendung terlihat mengerubuni Kota Jerahak, lapisan bening yang tidak bisa diukur ketebalannya itu memerlihatkan keadaan langit luar yang berwarna lebih gelap dari biasanya. Jerahak adalah kota utama, pusat pemerintahan berdiri disini. Tidak ada kota lain di Negara Dikara selain Jerahak.

Negara Dikara hanya terdiri dari satu kota, yaitu Jerahak. Kota Jerahak berada di dalam kubah dengan pelapis super tebal dan transparan. Akses masuk-keluar hanya berada di ujung barat dan timur, setiap akses dijaga ketat dan hanya pihak dengan kasta tinggi yang boleh memasuki Kota Jerahak.

Kasta di Negara Dikara di atur oleh pemerintah, pembedanya adalah warna jubah yang merah gunakan. Tempat tertinggi diduduki petinggi pemerintahan dengan jubah silver, selanjutnya ada keturunan Azmata dengan jubah merah darah yang melenggenda.

Di barisan ketiga diambil oleh para Suri, jubah mereka berwarna putih bersih. Dan selanjutnya ada orang-orang berjubah coklat yang biasanya adalah para pesohor yang beradadi industri hiburan. Di angka lima ada jubah biru, biasanya orang yang memakai jubah biru adalah keturunan Daerah Perisai. Dan terakhir ada jubah abu gelap, mereka adalah para orang terpandang yang mendominasi Kota Jerahak lantaran kekayaannya.

Hanya enam golongan itu yang boleh mendiami Kota Jerahak, selebihnya akan diusir paksa atau jika tetap memaksa akan masuk ke arena putih. Namun berdirinya Sekolah Menengah Kosong membuat pemerintah harus membenahi kebijakan-kebijakan yang mereka buat.

Setiap tahunnnya atau saat hari seleksi masuk Sekolah Menengah Kosong, gerbang timur dan barat akan dibuka bagi penduduk kalangan menengah sampai rendah. Dua hari akses keluar-masuk dibuka untuk para penduduk yang ingin mengikuti ujian, bertaruh nasib dan berharap akan bisa lolos seleksi. Karena setiap anak yang lolos seleksi, keluarga mereka berhak tinggal di Kota Jerahak.

Asak tidak terlalu ingin tinggal disini, teknologi kelewat canggih kadang membuat tangannya alergi. Dia lebih suka dengan buku yang berisi ribuan kertas daripada buku hologram yang cahaya menyilaukan mata, semua yang berlebihan itu tidak baik.

Bukan berarti teknologi di luar kubah kuno, setiap daerah memiliki terknologi yang canggih juga. Ini sudah jaman modern, semua berbasis hologram akan memudahkan mereka untuk melakukan kegiatan.

Ujian hari kedua adalah tes kekuatan, para peserta akan di uji kekuatan kosong oleh para pembimbing. Nilai di bawah delapan akan gugur, dan ini yang membuat Asak sangat gelisah. Tangannya sedikit bergetar, dia sudah berlatih selama satu tahun lebih untuk ini.

"Nomor 2.668!" teriak pembimbing keras.

Tidak ada satupun orang yang maju ke arena pertarungan, situasi yang riuh berubah menjadi hening. Pembimbing kembali menyemutkan nomor peserta, tapi lagi-lagi tidak ada orang yang maju ke arena.

"Lima menit atau gugur!" teriak pembimbing.

Arena pertarungan biasa disebut dengan arena kuning, arena kuning memiliki peraturan yang megikat para petarung agar tidak terjadi hal buruk. Namun kini arena kuning diubah menjadi lapangan bebas berisi para peserta. Tiga robot dengan besar lima kali lipat dari manusia berjejer rapih, menghadap kerumunan.

Para peserta harus melumpuhkan robot itu dengan tendangan dan pukulan kosong, yang sama saja berarti bahwa tidak ada senjata. Robot itu tidak bergerak aktif, hanya sesekali merengsek maju saat peserta terdiam karena terlalu lama mengambil tindakan.

Robot itu bisa menilai kekuatan pukulan dan tendangan, menghitung seberapa cepat gerakan dan nilai kekuatan akan muncul di tali berbentuk persegi panjang yang melingkari pergelangan tangan. Sudah empat menit berlalu, peserta nomor 2668 tidak kunjung muncul.

"2668!"

"Aku disini!" pekik seorang pemuda dengan rambut coklat muda, dia berlari kencang hingga beberapa helaian rambutnya ikut memantul. "Maaf, Pembimbing. Saya mendapat masalah tadi." Pemuda iitu menunduk sopan, merasa bersalah karena terlambat.

Pembimbing memberi kode dengan matanya, mempersilahkan peserat itu untuk memasang kuda-kuda. Robot itu menyala, matanya bercahaya, dan suara benda itu seperti angin ribut tengah malam.

Dengan cepat pemuda berkulit madu itu memperbaiki kuda-kuda, kedua tangannya mengepal sampai kuku-kukunya memutih. Bum, satu pukulan kosong menerpa bagian perut robot. Bum, dia langsung mengeluarkan dua pukulan telak. Robot merengsek mundur, terhuyung kebelakang dan akhirnya kehilangan keseimbangan.

Asak berdecak kagum, walau pukulan kosong milik pemuda itu tidak sebanding dengan peserta lain, tapi kemampuan peserta yang satu itu boleh juga. Asak menghela napas lega, akhirnya setelah berdiri lebih dari tiga jam dia mendapat giliran.

Saat Asak berjalan melewat kerumunan, peserta lain mulai berbisik-bisik. Satu-dua bertanya-tanya mengapa Asak menggunakan jubah merah darah khas Azmata tetapi surai pemuda itu berwarna pirang seperti orang dari Daerah Perisai, hal unik dan aneh.

"Azmata?" tanya pembimbing kala Asak melewatinya, senyuman orang yang Asak kira berumur empat puluh tahun itu terlihat meledek, meremahkan dirinya.

Pemuda itu mengangguk singkat, dia paling tidak suka diremehkan. Asak tahu persis jika dia tidak seperti Azmata yang lain, dia tidak memiliki surai biru gelap, dia juga tidak memiliki mata sewarna darah, dan dia tidak beruntung.

Dengan penuh kekesalan Asak berjalan menghampiri robot itu, menatap nyalang benda tak berdosa dan membayangkan benda itu adalah pembimbing tadi. BUM, satu pukulan keras menghantam robot hingga terpelanting lima meter ke belakang. Asak membola, peserta lain membuka mulutnya, bahkan pembimbing tadi tersentak.

Sejak kapan dia bisa melakukan pukulan sekeras ini, dia ingat betul bahwa satu minggu yang lalu dia dimarahi Ayah karena tidak bisa meretakan dinding dengan pukulan kosong miliknya. Tapi sekarang dai berhasil merobohkan robot yang kerasnya berkali-kali lipat dari dinding.

Ting, bunyi kecil itu membuat Asak melirik tali yang melingkari pergelangan tangan kanannya. Sembilan, dia mendapatkan nilai yang hampir sempurna. Keheningan tak bertahan lama, keadaan tiba-tiba ricuh, teriakan saling beradu.

"Ada apa ini?"