webnovel

Kita dan Waktu

Dimas, seorang cowok sederhana dengan kedai kopi miliknya yang dibuat jatuh hati oleh seorang gadis. Ada banyak kejutan yang Dimas temui. Bukan soal kopi, pelanggan dan pembeli tapi soal hati. Sebuah hubungan percintaan tak melulu soal kemesraan, sayang-sayangan tapi juga resiko patah hati. Entah disakiti atau menyakiti, namun Dimas tidak berada pada keduanya. Ia adalah seorang yang terlalu dalam namun diam. Membisu dalam teriakkan dan mamaksa berdamai dengan kenyataan. Gadis itu ialah Riri, sosok yang penyendiri dengan seribu cerita di kepala. Riri enggan berbagi perihal dendam yang dipendam. Dimas dan Riri, dua orang asing dengan tragedi usang masing-masing. Dirangkul oleh ego, luka batin, kesabaran dan menyembuhkan.

_cidayuu98_ · Realistic
Not enough ratings
5 Chs

Keributan di Kedai

Bising knalpot Wisnu mengerang garang membuatku bangun. Ku lihat jam dinding tepat pukul 7 pagi. Rasanya aku baru terlelap saat jejak fajar nampak.

"Mas, aku duluan yak " teriak Wisnu sambil memasang sepatu

"Riri ?" seketika aku baranjak dari lantai

"Riri udah pulang" sahut Wisnu

"Riri pulang? " tanyaku

"Iya barusan"

"Serius?"

"Serius lah. Aku pergi duluan. Keburu siang" Wisnu melaju dengan motornya

Aku tertegun di teras rumahku. Riri pulang?

Seharian di kedai aku tidak fokus. Semua kerjaan ku alihkan ke Wisnu. Pikiranku terganggu oleh sesuatu yang tidak dapat ku jabarkan. Duduk di kursi kasir dengan secangkir kopi tubruk dan filter membuat isi kepala terisi namun ada khawatir yang getir dalam hati.

Jam berdetak dengan detik yang terasa lamban. Pelanggan datang dan pergi. Ku lihat sosok Riri turun dari ojek online.

"Riri?" kataku dalam hati

"Hai Wis" Riri menyapa Wisnu yang sedang menghantarkan minuman

"Hai Ri" balas Wisnu

Mereka berbincang sambil menuju Bar

"Hai Mas" sapa Riri kepadaku

"Eh Riri" sahutku

"Boleh ngobrol bentar?" pinta Riri

"Oh boleh. Di taman belakang aja" kataku

Ku lihat pipi Riri seperti lebam namun samar tertutup blush on.

Aku dan Riri duduk di taman belakang kedai. Riri meminta maaf karena tidak memberitahu saat pulang tadi pagi. Kami ngobrol dengan bahasan biasa saja.

Tiba-tiba seorang cowok menarik lengan ku dan menyeretku ke belakang. Mengepalkan tangannya di bagian dadaku. Sontak aku kesakitan dan memegang dadaku.

"Oh ini" ia melayangkan lagi tinjunya

"Bangsat" aku menendang tubuhnya hingga terpental dan melayangkan tinju ke wajahnya berkali-kali

"Udah Mas, udah" Riri menangis

Wisnu datang dan menarikku. "Udah Mas, astagaaaa".

"Apa-apaan sih?!" hardik Wisnu

"Temen lu ini bro! Bajingan!" cowok itu menunjukku

"Sialan. Salah apa gue? Hah!" kulihat beberapa pelanggan menyaksikan keributan itu

"Riri ayo pulang" Cowok itu menarik tangan Riri yang sedari tadi menangis dengan menutup wajahnya

"Ga mau Za!" Riri menolak paksa

Ternyata ini Reza. Pacar Riri yang ia ceritakan. Aku tidak terlalu mengenali wajahnya, saat kejadian semalam wajah Reza tidak terlalu jelas.

"Cewek sialan!" cowok itu melayangkan pukulan ke wajah Riri

"Usah maen kasar lu" cegahku

"banci lu!" Wisnu langsung menekuk pundak cowok itu . "Pergi lu sana!" tambah Wisnu dengan menyeret Reza

Reza pun pergi dengan mobil Honda Jazz putih setelah terlihat cekcok dengan Wisnu. Ku lihat raut wajah Wisnu begitu panas.

Aku menyuruh Riri duduk saat ia mencoba memegang pundakku. Bukan karena apa-apa, aku merasa tidak enak dengan pelanggan.

Wisnu dan beberapa pelanggan duduk di dekat bar entah berbicara apa. Aku hanya duduk diam dan merasa bahwa "ini bukan masalahku".

"Ri, aku antar pulang yuk?" aku memegang bahu Riri karena ku lihat ia diam dengan sesekali air matanya yang terbendung itu jatuh.

"Mas, aku minta maaf" Riri menyeka air matanya dan memegangi bahuku

"Iya, aku antar pulang ya" aku menegaskan

"Aku pulang sendiri aja Mas" Riri berdiri dan langsung berlari

Aku ingin mengejar Riri. Namun, aku masih tidak habis pikir dengan kejadian tadi. Pelanggan, Reza, Riri astagaa..

Aku memutuskan untuk pergi tapi enggan untuk pulang. Menghubungi salah satu teman barista ku, Leo. Meminjam kamar kostnya untuk merebahkan diri.

Di kost Leo aku langsung tertidur tanpa basa-basi. Leo sedang kerja, ia membuka usaha kopling (kopi keliling) dengan vespa dan mangkal di salah satu taman di kota ini.

Aku mendengar kedatangan Leo. Ku lihat ponselku dengan missed call dari Wisnu. Ku lanjutkan tidurku, untuk memuaskan diri dan menenangkan otak.

Seorang menguncang tubuhku , ternyata Wisnu

"Mas. Sialan" kata Wisnu

"Ei Wis" dengan membalikkan badan dan melihat badan gempal Wisnu sedang menyuapkan gorengan ke mulutnya.

"Si abang jago Wis" ejek Leo

"Si bajingan, aku ditinggal sendiri Yo. Mana rame" Wisnu mengejekku lagi

"Bangun Mas" Leo melemparkan sebungkus rokok kepadaku

Aku menggosok mata. Dadaku terasa sakit saat mencoba untuk bangun. Arghh pikirku.

"Riri itu temen ku Mas" Leo membuka cerita

Ya, Leo ternyata berteman dengan Riri. Teman sekampus Leo di salah satu ptn di kota Pontianak. Riri adalah mahasiswi Hukum, sama seperti Leo dan sedang mengerjakan tugas akhir. Reza yang merupakan pacar Riri adalah adik tingkat satu tahun dari angkatan mereka, namun sudah dua semester tidak pernah lagi ke kampus. Leo bercerita banyak perihal Riri.

Malam itu dengan segala kejadian yang terjadi, Wisnu dan Leo menemaniku. 5 botol amer menjadi penghantar curhat masing-masing.