webnovel

Puteri Negeri Samurai

Freya tersenyum melihat kalung Pegasus milik Zuko, ada rasa tertarik dengan kalung Pegasus yang unik dan hebat.

"Tok-tok-tok," tiba-tiba ada suara ketukan pintu kamar mereka duduk.

Seorang prajurit samurai mendatangi ruangan kamar itu dengan menundukkan badan hormat, "permisi tuan, apakah anda ingin ikut berlatih pedang samurai bersama kami?"

Ketika mendengar tentang samurai, Zuko langsung tertarik dan berdiri dari duduknya, "iya, saya akan ikut latihan."

"Baiklah, kami tunggu di lapangan," ucap prajurit itu seraya berjalan mundur dengan badan masih menunduk.

Tiba-tiba saja gadis itu khawatir dengan dengan dirinya, "Zuko, sebaiknya kamu beristirahat saja."

"Eh... Kamu menyimpan busur panahku dimana?" tanya Zuko ketika berjalan hampir keluar dari kamarnya.

Freya menunjuk ke arah lemari kayu, "aku letakkan seminggu yang lalu disana."

"Baiklah, trimakasih," Zuko berjalan menuju lemari kayu yang ditunjuk oleh Freya, dibukanya pintu itu.

"Kenapa kamu bungkus dengan kain?" tanya Zuko ketika mengambil busur itu dari dalam lemari, dengan terbungkus kain berwarna putih.

Freya beranjak dari duduknya berjalan menuju Zuko berdiri yang berada didekatnya, "yang memberi bungkus kain ini adalah ayahku, dia bilang senjata ini mirip senjata para Dewa yang mampu melawan iblis seperti Medusa, sehingga harus dirawat dengan baik."

"Tapi ini memang senjata yang dibuat oleh Dewa."

"Bagaimana Dewa Zeus bisa mengenalmu, sampai menjadikan kamu sebagai pelindungku?"

Zuko menatap gadis itu seraya meletakkan kembali busur panahnya di lemari, "tentu saja karena Dewa Zeus sayang dengan puterinya."

Padahal Freya sama sekali tidak merasa kalau dirinya dulu adalah Dewi Athena, puteri kesayangan Dewa Zeus.

"Kamu bisa mengantarku ke lapangan?" Zuko memegang telapak tangan Freya yang sangat halus dan lembut.

"I... Iya," Freya berjalan mengantarkan ke lapangan, hatinya merasakan hal aneh ketika Zuko menyentuh telapak tangannya.

"Apa masih jauh tempatnya?"

"Tidak, hanya beberapa langkah lagi,"

Suara gemuruh para prajurit berlatih pedang sungguh luar biasa dari kejauhan, Zuko sudah tidak sabar ingin mencoba berlatih menggunakan pedang samurai.

Dari dulu, di Kerajaannya jarang ada latihan samurai seperti di Kerajaan ini, hanya para maha Patih dan para pasukan khusus pedang saja yang berlatih di halaman Kerajaan Syailendra, sedangkan lainnya hanya menggunakan panah biasa, itulah penyebab Kerajaannya disebut dengan Negeri Pemanah.

Sebuah pintu besar dan menjulang tinggi dibuka oleh Freya perlahan, itu adalah pintu keluar menuju lapangan latihan samurai.

"Ayo kuantar kesana," ucap Freya seraya mengandeng Zuko tanpa sengaja.

"Iya, trimakasih," Zuko mengikuti gadis itu menuju Sang Guru Besar ahli samurai di Kerajaan Lavender.

"Paman Kerta, tolong ajari Zuko berlatih samurai," ucap Freya kepada seorang ahli samurai dengan badan tinggi, besar dan berotot kekar.

"Baik...puteri Freya," Patih Kerta mengambil sebilah pedang samurai di tempat sebuah rak.

Zuko mendekati Sang Ahli samurai itu, dilihat banyak sekali samurai yang sangat tajam dan berkilau.

"Tuan, berhati-hatilah dalam menggunakan pedang ini," ucap Patih Kerta seraya memberikan sebilah pedang samurai.

Zuko dengan senang hati menerima pedang itu, seumur hidupnya sebagai seorang pengeran, dia belum pernah bermain pedang samurai sekalipun, "terimakasih paman."

"Ayo kita mulai latihan bersama prajurit disana," Patih Kerta berjalan mengajak Zuko ke arah para prajurit yang tengah fokus berlatih samurai.

"Berhenti," Patih Kerta menghentikan sementara latihan para prajurit.

"Kenapa berhenti Patih Kerta? Kita masih lbelum cukup latihannya," tanya seorang prajurit.

Zuko melirik ke arah lelaki bertubuh kekar didekatnya, ternyata dia adalah seorang Mahapatih kerajaan Lavender.

"Kita kedatangan anggota baru. Dia adalah kesatria Pegasus, seorang Putra Mahkota Kerajaan Syailendra," ucap Patih Kerta kepada para prajurit-prajurit samurai.

Zuko membungkukkan badan hormat dengan para prajurit yang terlihat berwibawa dan ampuh dalam memainkan samurai.

Seorang ketua prajurit menghampiri Zuko dengan wajah penuh bahagia dan tersenyum, "saya percaya tuan muda ini adalah kesatria terhebat yang pernah ada di dunia ini."

Zuko ikut tersenyum dan menundukkan kepala sopan, "saya disini bukan apa-apa, tidak lebih dari seorang prajurit yang pandai memainkan pedang samurainya."

Patih Kerta menepuk-nepuk pundak Zuko, "tapi kami percaya dengan kemampuan pangeran yang hebat ketika melawan Medusa, itu sudah cukup untuk menghabiskan prajurit samurai seisi kerajaan ini."

"Terimakasih paman, saya juga ingin sekali mempelajari pedang samurai seperti prajurit lainnya."

"Kalau begitu mari kita mulai," ajak ketua prajurit seraya menghimpun semua pasukan untuk memulai latihan lagi.

"Pengeran, saya pamit kembali kesana," ucap Patih Kerta.

"Jangan panggil aku Pangeran, tapi panggil saja Zuko."

"Baik tuan Zuko," Patih Kerta berjalan kembali ke tempat dia duduk tadi, di sebuah kursi khusus untuk para Mahapatih.

Sedangkan Freya, terlihat duduk bersama Patih Kerta memandangi Zuko yang berlatih pedang samurai bersama semua prajurit samurai.

"Tuan Zuko, peganglah pedang anda seperti ini," ketua prajurit itu mengajari cara memegang perang samurai.

Zuko meniru cara memegang apa yang dikatakan oleh ketua prajurit itu, kemudian mengikuti gerakan para prajurit yang tengah berlatih dengan cepat.

"Jangan terlalu cepat tuan, itu berbahaya," ucap ketua prajurit itu seraya mengajak Zuko untuk agak mundur.

Akhirnya Zuko berlatih menggerakkan samurai yang dibimbing oleh ketua prajurit itu, baginya berlatih samurai itu lebih menyenangkan dari pada memanah sesuatu yang bisa saja meleset salah perkiraan.

"Sseetttttt... Sseetttt....." gerakan pedang samurai tajam diayunkan oleh seorang Kesatria Pegasus dengan pelan dan membentuk gerakan seperti seorang pendekar.

Kini semua pasukan yang tengah berlatih, kemudian memisah dan membentuk kelompok yang terdiri dari dua orang, mereka saling mengayunkan samurai sehingga mirip dengan perkelahian kesatria samurai.

"Criiiiingg.... Criiiing... Criiinng," suara sahutan tangkisan pedang samurai antara prajurit satu dengan yang satunya lagi, mereka berlatih memberi serangan dan tangkisan serangan balik.

Ketika tengah berlatih pedang samurai, tiba-tiba seorang prajurit yang bertugas menjaga pintu gerbang istana menemui Patih Kerta sembari memberikan sebuah surat.

Sang Patih berdiri dari duduknya ketika membaca isi surat itu, "kurang ajar," gertaknya dengan nada marah.

Zuko berlari menghampiri Patih Kerta, "ada apa paman? Apa ada masalah lagi?"

"Kaisar Argayasa diculik oleh komplotan siluman di hutan Flores, dan surat ini memberitahukan agar kerajaan Lavender menyerahkan sepeti emas untuk menyelamatkan Kaisar Argayasa," Patih Kerta tampak marah karena dengan isi surat itu.

"Paman, bukankah tadi Sang Kaisar baru saja menemui tamunya?" tanya Zuko dengan heran.

"Siluman barongsai sangatlah hebat dalam membawa kabur targetnya, aku sendiri juga kaget dengan kabar ini," jawab Patih Kerta, dia menatap halaman pagar yang terlihat ada makhluk yang melompat dengan cepatnya lalu menghilang ketika sudah sampai didalam.

"Bagaimana ini paman?" Freya tampak khawatir dengan keadaan ayahnya yang tengah disekap oleh siluman.

"Puteri Freya, berlindunglah ke dalam," ucap Patih Kerta seraya mengambil sebilah pedang di rak.

Zuko mengajak masuk Freya kedalam kerajaan. Dalam firasatnya merasakan ada aura mahkluk astral yang memasuki area istana, "ayo Freya, kita masuk kedalam."