webnovel

Pengobatan Warisan Maha Guru

"Paman?" Zuko menatap Patih Cakra yang tertunduk dan tak berbicara sedikitpun.

Patih Cakra menjawab dengan menggelengkan kelapa, matanya berkaca-kaca dan memerah menahan

Kesedian ini.

Zuko menempelkan tangannya di pundak Freya dan berusaha menenangkan kesedihannya. "Freya, mari kita berdoa kepada tuhan agar ayahmu cepat sembuh."

"Tuan Patih. Kita hanya bisa menunggu sampai Kaisar Argayasa sembuh atas ijin tuhan. Semoga saja apa yang di alami sang kaisar... " Belum sempat tabib itu melanjutkan pembicaraanya. Freya sudah memotong dengan pertanyaan tentang kondisi ayahnya.

"Sampai kapan ayah akan terbaring seperti ini? Apa Paman Tabib tidak mampu mengobatinya? Bukankah Paman Tabib adalah seorang tabib terhebat di negeri ini?" tanya Freya dengan tatapan kosong ke arah sang ayahnya.

Sang tabib menatap Freya dengan membawa perasaan yang terbaur kesedihan. "Tuan Puteri. Saat ini saya juga sudah berusaha semampu saya, tapi kita hanya bisa berdoa kepada tuhan agar Kaisar Argayasa cepat pulih kembali."

Dari pintu, Patih Kerta datang setelah membersihkan seluruh badannya karena beberapa hari pergi untuk menyelamatkan sang kaisar yang kini terbaring tidak sadarkan diri di tempat tidur.

"Bagaimana keadaan sang kaisar? Apa dia baik-baik saja?" tanya Patih Kerta dengan rasa khawatir yang berada di pikirannya.

Patih Cakra hanya terdiam tanpa berbicara sedikitpun, kerana melihat Freya yang tengah menangis. Ia menjawab dengan menggelengkan kepalanya sedikit, dan menepuk-nepuk pundak Patih Kerta.

"Paman. Sebenarnya apa yang terjadi dengan sang kaisar tadi? Tadi sang kaisar sepertinya pulang dengan keadaan baik-baik saja, tetapi entah kenapa tiba-tiba beliau tak sadarkan diri. Apa jangan-jangan.... ?" Zuko menghentikan ucapannya setelah menyadari ada sesuatu yang ganjil dari keadaan sang kaisar.

Di tangan sang kaisar yang tertutup oleh pakaian lengan panjangnya, terdapat sebuah luka yang terlihat cukup berbahaya. Zuko perlahan melihat keadaan luka itu dengan meraih tangan sang kaisar, luka itu berwarna hampir kebiru-biruan seperti terkena sebuah gigitan makhluk bertaring dan memiliki upas.

"Paman. Apa sang kaisar tergigit oleh para siluman serigala? Kenapa beliau bisa sampai mengalami luka seperti gigitan sampai separah ini?" Zuko memperlihatkan luka itu ke kedua maha patih yang berdiri didekatnya.

Patih Kerta kaget dengan itu, ia perlahan menyentuh tangan sang kaisar yang tengah mengalami luka seperti telah terinfeksi.

"Astaga. Saya dan para prajurit sama sekali tidak mengetahui jika sang kaisar tergigit oleh siluman harimau. Sepertinya luka ini sudah cukup lama," balas Patih Kerta.

Patih Cakra melihat lebih dekat luka itu, ia mengernyitkan dahi dan menghela napas panjang. "Jangan-jangan luka gigitan ini sudah ada sebelum Patih Kerta dan pada prajurit datang."

Zuko menatap Patih Cakra dengan seksama Dia juga berpikir demikian, karena tidak mungkin Patih Kerta sampai lengah dalam melindungi Kaisar Argayasa.

"Saya jadi ingat. Saat kami datang bersama para prajurit. Keadaan sang kaisar sudah sangat pucat dan lemas. Beliau sampai saya bawa lari untuk berlindung," ucap Patih Kerta.

"Paman Tabib. Bisakah anda mengobati sang kaisar? Apa ada obat yang harus dicari untuk menyembuhkan luka seperti ini?" Zuko mulai bertanya-tanya.

Baginya, jika sang kaisar membutuhkan obat yang sulit dicari pun, dia akan bersedia mencari kemanapun keberadaan obat yang mampu menyembuhkan sang kaisar.

"Selama ini. Jika ada seseorang yang terinfeksi akibat luka gigitan makhluk apapun, hanya tuan tabib lah yang mampu mengobatinya," ucap Patih Cakra.

Sang tabib mulai memberikan lagi ramuannya ke tubuh sang kaisar yang masih tak sadarkan diri sedari, beberapa lumuran yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan obat yang terpilih.

Freya kembali duduk di tempat tidur ayahnya, ia menatap dengan tatapan kosong. Beberapa kali Zuko menyentuhnya tangan gadis itu, namun tak di hiraukan sama sekali.

Zuko berdoa kepada tuhan agar sang kaisar kembali tersadar. Sang Patih Cakra dan Patih Kerta duduk diatas lantai dan ikut mendoakan.

"Biar aku bantu, Paman." Zuko membantu memberikan ramuan obat ke kaki dan tangan sang kaisar. Tubuh sang kaisar lama-lama terasa sangat dingin.

Zuko kembali teringat dengan kemampuannya yang mampu menyembuhkan seseorang yang tengah tak sadarkan diri seperti sang kaisar.

Tapi. Kemampuannya tentu saja bukan untuk mengobati seseorang yang pingsan karena luka infeksi seperti ini, melainkan untuk orang yang sakit karena musim penyakit.

Karena sang tabib hanya diam saja dan berdoa kepada tuhan. Zuko menutup kedua matanya dan mengeluarkan sebuah ilmu kekuatan pengobatan untuk kaisar Argayasa.

Kedua telapak tangannya berada di atas tubuh Kaisar Argayasa. Zuko memejamkan kedua matanya dan berkonsentrasi mengeluarkan kekuatan penyembuhan yang diajarkan dari gurunya.

"O Nature. give me your light to treat the Emperor Argayasa," sebuah jurus yang diajarkan oleh gurunya, ia ucapkan dari dalam hati dengan penuh konsentrasi tingkat tinggi.

Pikiran dan perasaannya tertuju kepada sang kaisar yang terbaring didepannya. Ia mengeluarkan kekuatannya dari doa yang diucapkan dalam hati tadi.

Seketika. Seberkas cahaya berwarna keemasan keluar dari telapak tangan Zuko yang tertuju pada tubuh sang kaisar. Cahaya keemasan itu memancar sampai memenuhi ruangan.

Patih Cakra dan Patih Kerta berdiri dari duduknya. Mereka kagum akan kekuatan yang dikeluarkan oleh Zuko dari tangannya. Seperti seorang dewa yang bereinkarnasi menjadi tabib. Sedangkan tabib kerajaan itu sendiri tidak mampu mengeluarkan kekuatan sehebat itu.

Freya menatap Zuko dengan penuh harapan. Air matanya berhenti mengalir seketika.

Seberkas cahaya berwarna keemasan terus dikeluarkan oleh Zuko melalui telapak tangannya. Tapi saat itu sang kaisar masih tak sadarkan diri.

"Semoga Tuan Zuko berhasil mengobati sang kaisar. Mari kita bantu dengan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar sang kaisar diberi kesembuhan," ucap sang tabib.

Freya ikut berdoa kepada tuhan, ia berdiri dibelakang Zuko seraya menyentuh pundak lekaki itu.

Patih Cakra dan Patih Kerta menunduk dan berdoa dengan khusyuk untuk kesembuhan kakak mereka, yaitu Kaisar Argayasa.

Meski mata Zuko terpejam dan konsentrasi dalam mengobati Kaisar Argayasa. Tetapi dirinya melihat ada sebuah makhluk yang mengikuti dan masuk ke tubuh Kaisar Argayasa.

"Kurang ajar. Akan kubuat makhluk itu menyesal," gumannya dalam hati.

Ia semakin mengeluarkan kekuatannya. Seluruh ruangan kamar Kaisar Argayasa kini berubah menjadi sinar yang berwarna keemasan. Sinar itu sama sekali tidak menyilaukan mata.

Kini, dia melihat makhluk yang berada di tubuh sang kaisar berwarna kehitaman seperti halnya para siluman serigala.

Ia menduga jika makhluk yang sedang merasuki sang kaisar adalah raja dari siluman serigala yang saat berperang kemarin, ia mampu memukul sampai terjatuh. Tapi dirinya kembali teringat jika raja siluman itu masih hidup.

Sinar yang berwarna keemasan itu, kini bercampur dengan sebuah asap yang keluar dari tubuh sang kaisar. Asap berwarna hitam yang keluar perlahan membuat semua orang yang melihat akan kejadian itu heran dan kaget.

Patih Kerta mendekati Zuko dan bersiap jika asap itu akan berubah menjadi makhluk jahat atau semacamnya.

"Tuan Zuko, berhati-hatilah," ucap Patih Cakra.