webnovel

Membunuh Raja Siluman Serigala

Membunuh raja siluman

raja siluman mengeluarkan kekuatan perlahan dari tubuhnya dengan diam tanpa bergerak sedikit.

"Wolf Storm," kekuatan mirip bola hitam berasap membesar seakan bertambahnya energi yang keluar perlahan.

Bersamaan dengan Zuko yang melesatkan kekuatannya, raja siluman menahan dengan kekuatannya.

"Wussshhhhhh," pertemuan dua kekuatan maha dahsyat dari Zuko dan raja siluman mengakibatkan angin kencang yang berhembus mengenai para prajurit yang tengah berdiri di beteng kerajaan menyaksikan pertempuran.

"Zuko. Matilah kamu hari ini," dengus raja siluman, bulu-bulu serigala di tubuhnya bergerak terhempas angin. Matanya melotot tajam dan mulutnya menyeringai mengeluarkan energi untuk menahan dan mendorong.

Dengan sekuat tenaga dan demi melindungi Freya. Zuko tidak akan menyerah hanya kepada raja siluman. Pada Medusa sekalipun dirinya tidak akan pernah mundur, walaupun kekuatannya tidak ada apa-apanya dari Medusa.

"Itu tidak akan mungkin selama aku masih hidup," bantah Zuko dengan sekuat tenaga tidak akan menyerah. Rambut panjangnya bergerak terhempas angin.

Sebuah kekuatan api berwarna merah dengan kekuatan hitam dari raja siluman menyatu saling mengalahkan satu sama lain. Di sela-sela itu ada kilatan yang menyala-nyala seperti api berwarna ungu hasil dari imbangnya kekuatan mereka yang saling memusnahkan.

Mata sang raja serigala semakin melotot tajam, tubuhnya kian membesar diiringi dorongan yang semakin kuat.

Zuko hampir kewalahan menghadapi kekuatan ini. Tangan kekarnya sudah tidak kuat lagi menahan, tapi dirinya tetap tidak mau kalau. Dipejamkan matanya perlahan berkonsentrasi mengeluarkan kekuatan jati dirinya.

"Rasakan ini," gertak raja siluman seraya semakin mendorong. Dari kekuatannya, keluar angin dahsyat yang semakin kencang.

Beberapa prajurit kerajaan yang sedang menyaksikan pertempuran dahsyat di depannya, berlindung di balik beteng kerajaan, dikarenakan mereka bisa terhempas oleh angin itu jika tidak berlindung.

"Aku tidak akan kalah...." teriak Zuko, dengan sekuat tenaga dirinya mendorongkan tubuhnya untuk mengakhiri pertempuran ini.

Seketika cahaya berwarna putih membesar dan menyilaukan mata yang muncul dari dorongan kedua kekuatan itu.

"Duummmm," sebuah ledakan dahsyat dari pertempuran Zuko mengakibatkan sedikit gempa bumi di wilayah itu.

Beberapa orang yang berada di dalam kerajaan termasuk maha patih ikut keluar menyaksikan apa yang terjadi di tempat itu.

"Tuan Patih. Anda jangan mendekat, ini sangat berbahaya," seorang prajurit melarang Patih Cakra dan Patih Kerta yang akan mendekati sebuah gumpalan asap.

"Dimana Zuko? Apa dia baik-baik saja," tanya Freya yang berlari mendekati Patih Kerta.

Kedua patih hanya terdiam dan hanya menggelangkan kepala. Patih Cakra menunjuk ke arah gumpalan asap yang berada di depan mereka beberapa meter.

"Tuan Zuko ada di asap itu," ucap seorang prajurit seraya menunjuk kearah sebuah asap yang menggumpal di tempat.

"Lalu dimana raja siluman tadi?" tanya Patih Cakra.

Seorang prajurit itu mengatakan jika Zuko dan raja siluman menghilang dibalik gumpalan asap dari ledakan kekuatan mereka.

Gumpalan asap gelap kini semakin membesar diiringi dengan seperti kilatan kobaran api berwarna ungu bercampur merah. Kilatan itu adalah bagian dari kekuatan Zuko yang masih bertahan dari kekuatan raja siluman.

"Crreeettttt...Crreeettttt.... " cahaya petir berwarna putih cerah kini semakin terlihat di antara kobaran kekuatan Zuko.

"Duummmmm," sang raja siluman terdorong dari gumpalan asap itu dan terjatuh ke tanah sampai menghasilkan sedikit gempa lagi.

Dengan tubuh sempoyongan, Zuko bangkit dan berjalan keluar dari gumpalan asap. Tubuhnya tampak membara api kemarahan dari dalam dirinya.

Rambut Zuko yang panjangnya sebahu bergerak terhempas oleh api amarah dari dalam dirinya.

Napasnya terengah-engah dengan keringat bercucuran. Ia berdiri sejenak untuk mengatur napas setelah melihat sang raja siluman bangkit dengan sempoyongan.

"Pergilah dari sini sebelum aku mengirimmu ke alam kematian untuk selama-lamanya," ucap Zuko. Ia menghadap ke arah sang siluman yang berada beberapa meter dari dirinya.

"Jangan banyak bicara. Aku masih kuat untuk menyingkirkanmu," bantah raja siluman.

Dari belakang, seorang prajurit melemparkan sebuah samurai. "Tuan Zuko, pakailah pedang ini."

Dengan cepat, Zuko menangkap pedang itu. "Terimakasih. Paman," jawabnya.

Raja siluman menatap Zuko seperti merencanakan sesuatu. Dia berpikir jika Freya berada di tangannya saat ini, mungkin ini akan menjadi kelemahan Zuko lagi.

"Baiklah. Aku akan pergi dari sini, tapi serahkan Freya kepadaku sekarang juga. Karena yang kubutuhkan hanya darah Freya," teriak raja siluman sampai terdengar semua orang di dalam kerajaan.

"Dasar makhluk bejat dan tidak tau diri. Aku tidak akan membiarkan anda menyentuh Freya kapanpun," gertak Zuko. Amarahnya semakin tak terbendung dengan kilatan merah dari bola matanya.

"Cukup menarik jika aku melakukan ini," raja siluman berlari dengan cepat layaknya sebuah angin, dia mencoba mengambil Freya lagi.

Tapi tentu saja tidak akan semudah yang dibayangkan oleh raja siluman. Zuko jauh sudah mengerti jalan pikirannya dan pergerakan apa yang akan dilakukan.

Dengan kecepatan angin. Zuko berlari dan menendang perut raja siluman sebelum menyentuh tangan Freya.

Tak hanya satu tendangan saja, melainkan beberapa tendangan dan tinju maut dari tangannya serta sebuah tebasan pedang samurai melukai perut sang raja siluman.

Pergerakan Zuko sangatlah cepat bagaikan angin kencang. Tubuh raja siluman seakan berhenti ketika menerima tendangan, pukulan, dan tebasan pedang samurai yang melukai perut raja siluman.

Dengan sekuat tenaga, Zuko menendangkan lakinya ke perut raja siluman yang terluka dan sobek.

"Brruuuaakkkk," tubuh raja siluman terhempas jatuh menggulung-gulung setelah melayang di udara.

Darah berwarna hitam kental berceceran di tanah keluar dari perut raja siluman bersamaan dengan raungan keras karena kesakitan.

Semua orang yang menyaksikan raungan raja siluman, bergidik merinding dan takut. Mereka memundurkan langkah masuk ke kerajaan, termasuk Freya dan dua patihnya.

"Duuaarrrr... Duuaarrrr.... " Ledakan petir menyambar-nyambar dengan awan yang kini semakin gelap.

Zuko menatap ke atas menyaksikan alam yang seakan memberikan batas akhir pertempuran dirinya dengan raja siluman.

Gumpalan awan hitam bergerak menyatu bersama gumpalan awan gelap lainnya. Angin Berhembus dengan kencangnya diiringi dedaunan kering yang terbang melayang. Debu-debu kecil ikut terhempas terbang tanpa arah. Zuko sedikit menyipitkan matanya agar tidak terkena debu maupun benda kecil lainnya.

Raja siluman yang dari tadi meraung kesakitan, kini lemas setelah darahnya keluar menggenang membasahi tubuh dan perutnya yang sobek.

Zuko melihat pedang yang dia pakai saat menebas perut raja siluman, tampak ada darah berwarna hitam kental yang menempel dengan bau yang sangat amis dan tidak sedap.

Ketika melihat perut raja siluman yang sobek, ia merasa jijik karena usus keluar melalui perut.

"Astaga.... Aku ingin muntah," ucapnya dengan ekspresi jijik.

Ditaruhnya pedang yang ia pakai. Karena keadaan dirasa sudah aman, dan raja siluman seperti sudah mati. Zuko berjalan pelan kembali masuk ke pintu gerbang kerajaan.

Tapi siapa sangka, ternyata raja siluman masih hidup, dia bangun dengan sempoyongan. Ususnya keluar terurai, dan sepertinya pertempuran ini masih belum selesai.

"Kamu kira aku sudah mati? Aku adalah sang raja keabadian yang tidak akan pernah mati," ucap raja siluman beserta tawa menggelegar yang tak karuan dan menakutkan.

Zuko kembali menolehkan pandangannya ke arah sang raja siluman. "Maka dari itu, aku disini untuk menghentikan keabadianmu."