webnovel

Darah Kehidupan Zuko

"Buktikan saja kalau kamu bisa membunuhku. aku ditakdirkan oleh dewa sebagai raja keabadian di dunia ini, jika ada yang akan membunuhku, berarti dia telah melawan dewa," teriak raja siluman dengan bangganya akan kehebatan dirinya.

"Tetapi aku disini diutus oleh dewa untuk memberantas kejahatan yang akan membunuh Freya. sang dewa lebih bijaksana dan cerdas dari pada siluman menjijikkan seperti dirimu," jawab Zuko seraya mengambil pedangnya dan berjalan ke arah raja siluman.

Sang raja siluman mengeluarkan kekuatan petir yang kemudian berubah menjadi sebuah senjata kapak raksasa seukuran tubuh manusia, sangat besar dan terlihat tajam sekali.

Zuko menghentikan langkahnya dan menelan ludah. dalam benaknya berpikir jika kapak milik sang siluman mengenai dirinya, maka selesai sudah hidupnya.

Sang raja siluman berdiri dengan membawa kapak raksasa miliknya. perutnya yang sobek terbuka lebar dengan ususnya yang sedikit terurai dan darah berwarna hitam menetes.

Zuko sempat merasa jijik melihat usus milik raja siluman yang terurai dan berwarna hitam kecoklatan, dengan darah berwarna hitam kental yang sangat menjijikkan.

"Walaupun aku sudah seperti ini, tapi aku masih mampu hidup dan akan membunuhmu," teriak raja siluman. seketika sebuah sambaran petir menggelegar dengan dahsyat.

Awan semakin gelap dan mengerikan walaupun hari belum berubah menjadi malam. mungkin ini adalah kekuatan sang raja siluman yang belum dikeluarkan.

"Majulah kesini. akan kubelah dirimu menjadi dua," sang raja siluman tertawa kembali.

Zuko hanya tersenyum dan memutar pedangnya. "jangan congkak. siluman sepertimu pasti akan mati di tanganku."

"Dasar anak bodoh. akan kubuat dirimu mati sekarang," ucap sang raja siluman seraya berlari dan mengibas-ngibaskan kapaknya.

"Dasar makhluk congkak. akan kubuat anda terbakar," Zuko memberikan kekuatan api ke pedang samurainya. seketika pedang itu berubah menjadi samurai api yang berkobar menyala-nyala seperti terbakar. tapi itu bukan terbakar, melainkan mengandung kekuatan api.

"Criinnnggg," suara bertemunya antara pedang samurai api milik Zuko dengan kapak raksasa milik raja siluman memberikan efek butiran api yang melayang dari benturan ketajaman kedua senjata.

Zuko menahan samurainya melawan dorongan kapak raksasa, ia berusaha mendorong sekuat tenaga untuk menyelesaikan pertarungan ini.

Tenaganya juga hampir habis kelelahan. namun tidak untuk sang raja serigala, dia tetap kuat dan sama sekali tidak terlihat lelah sedikitpun.

Pertempuran hebat pun terjadi saling mengayunkan senjatanya masing-masing yang bercampur dengan kekuatan dahsyat di masing-masing senjata.

Zuko mengayunkan pedangnya dengan cepat, beberapa kali pedangnya tepat mengenai bagian-bagian tubuh sang raja siluman sampai luka dan mengeluarkan darah yang mulai berceceran lagi.

"Matilah kau," teriak Zuko seraya menebaskan pedangnya ke arah usus siluman yang tampak terurai. seketika raja siluman berteriak dan meraung kesakitan ketika ususnya pecah terkena ganasnya samurai milik Zuko.

Sang raja siluman terkapar bergulung-gulung kesakitan, dari ususnya keluar seperti lendir yang menjijikkan dan sangat berbau busuk sekali.

Zuko mundur menjauh dan melempar pedangnya karena tidak tahan dengan bau yang menempel di samurai yang digunakannya tadi.

Sedangkan dari usus di perut raja siluman, mengeluarkan lendir yang semakin banyak dan baunya membuat siapa saja akan pingsan tidak tahan.

Zuko berjalan menjauh dan memuntahkan sesuatu dari tubuhnya. saat itu tidak ada seorangpun yang melihat dirinya memuntahkan darah dari dalam tubuhnya.

ia merasa sangat khawatir dengan kehidupannya yang tidak akan lama lagi. sang dewa zeus mengatakan jika dirinya terlalu sering memuntahkan darah ketika berperang, itu akan mengurangi umurnya. ia sudah pasrah jika umurnya tidak akan lama lagi.

Tetapi ia tetap akan menjaga Freya sebelum meninggalkan dunia ini. walaupun nyawanya menjadi taruhan, ia tidak akan meninggalkan Freya.

Baginya Freya sudah bagian dari hidupnya yang harus ia jaga. bukan hanya seperti seorang puteri dan pengawalnya, namun ia sudahMenganggap Freya sebagai bagian dari kehidupannya.

Percikan darah yang ia keluarkan membuat dirinya tidak bisa melihat dengan jernih. matanya remang-remang berkabur dan akhirnya ia lemas tergeletak tidak sadarkan diri dengan mulut masih mengeluarkan darah yang menetes perlahan.

"Zuko. jika kamu mengeluarkan darah melebihi dari darah di tubuhmu, kamu akan mati dan meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya," terdengar dari telinganya samar-samar. matanya sudah tertutup pingsan dan tidak sadarkan diri. tapi dalam pingsannya, ia merasa tengah berbicara dengan seorang lelaki tua.

"Aku sudah tidak memperdulikan hidupku lagi. aku akan tetap berjuang melindungi freya sampai tetes darah penghabisanku, karena freya sudah menjadi bagian dari hidupku," jawab Zuko kepada lelaki tua itu.

Ia merasa tengah berdiri di sebuah tempat seperti kabut yang penuh dengan warna putih dan seakan dirinya berdiri mengambang. dihadapannya ada seorang lelaki tua yang sudah menjadi seorang kakek-kakek tua, Zuko mengenali kakek itu, dia adalah ruh sebuah kitab takdir dirinya.

Ketika Zuko mengucapkan itu, sang kakek hanya tersenyum dan menganggukkan kepala bangga.

"Akan ada suatu saatnya kamu hidup kembali ketika sang reinkarnasi dewi Athena menangis menyayangimu," ucap sang kakek. beberapa saat kemudian kakek itu menghilang seperti terbawa angin.

"Apa maksud kakek? kenapa aku hidup kembali?" tanya Zuko terlambat ketika sang kakek tiba-tiba hilang secara misterius.

**********

Ia terbangun dari pingsannya ketika seorang tabib menaburkan air ke wajahnya. dilihatnya Freya menatap dengan cemas dan khawatir.

"Syukurlah kamu cepat sadar. kami sangat mengkhawatirkanmu," ucap Freya. ia mengambil segelas air untuk diminumkan ke zuko yang mencoba bangun.

Zuko meminum segelas air putih dibantu oleh Freya. kepalanya terasa masih sakit dan pandangannya masih sedikit remang-remang.

Ia menyentuh kepalanya yang terasa sakit, dan kembali terbaring karena merasa lemas. "kepalaku sakit sekali."

"Kamu tidur dulu saja, jangan dipaksakan bangun jika masih sakit," Freya membantu Zuko kembali membaringkan tubuh di tempat tidur.

Patih Cakra datang dan membawakan sebuah ramuan. "tuan Zuko. minumlah ini terlebih dahulu, agar tubuh anda tidak lemas lagi."

Perlahan Zuko meminum ramuan pemberian dari patih cakra, ramuan itu rasanya sangat pahit sekali.

Patih Cakra duduk disebelah Freya. dia saling pandang-pandangan dengan Freya, seperti akan membicarakan sesuatu tapi dirasa tidak tepat.

"Zuko. apa kamu merasa sakit di tubuhmu?" tanya freya yang penuh perhatian dengan suara lembut.

Zuko menjawab dengan menggelengkan kepala dan tersenyum biasa.

"Apa kamu tadi muntah darah?" tanyanya lagi.

Mendengar pertanyaan Freya. Zuko hanya terdiam tidak menjawab, ia tidak ingin jika Freya sampai cemas dan khawatir memikirkan keadaannya.

"Jujur saja. aku sebagai temanmu sangat khawatir denganmu," ucap Freya.

"Teman? Freya ternyata hanya menganggapku sebagai seorang teman saja," ucapnya dalam hati.

Zuko menatap Freya dengan memberi senyuman. "aku tidak apa-apa. jangan terlalu memikirkan diriku, karena aku disini datang untuk menjagamu dan memperhatikanmu, bukan kamu yang memperhatikanku," jawab Zuko.

"Tuan Zuko. tapi kami tidak ingin anda sakit parah, atau lainnya," ucap patih Cakra.

Zuko kembali teringat akan takdirnya yang akan meninggalkan dunia ini ketika ia sering mengeluarkan darah dan energi dari dalam tubuhnya.

"Aku akan baik-baik saja."