webnovel

Kitab Takdir

Tampaknya Freya kemasukan air sungai sampai pingsan, wajahnya terlihat pucat tapi untunglah masih bernapas.

Zuko berusaha mengeluarkan air dari dalam tubuh Freya. Sebenarnya dirinya sangat canggun melakukan itu, tapi ini dalam keadaan sangat darurat.

"Pyuukk..." Freya memuntahkan air yang begitu banyak dari dalam mulutnya, Napasnya terengah-engah dan terbatuk-batuk karena air dari dalam tubuhnya keluar begitu banyak.

Zuko membantu Freya yang berusaha terbangun dengan tubuh gemetaran, "syukurlah kamu sadar."

"Dimana kita?" Freya memandang disekelilingnya yang berupa hutan belantara gelap gulita, dengan sebuah sungai didekatnya.

"Sudah jangan diingat-ingat, yang terpenting saat ini kamu telah selamat," Zuko tanpa sengaja memeluk Freya yang masih gemetaran karena kedingianan.

Tapi Freya bukannya mengusir, rasa dingin ditubuhnya berangsur-angsur hilang berganti dengan sebuah kehangatan.

Malam hari di hutan itu sangat begitu gelap dan mencekam, terdapat suara hewan-hewan yang aneh didengar oleh telinga.

"Kenapa kamu pergi tanpa bilang kepadaku? Apa kamu membenciku?"

"Tidak. Aku hanya khawatir dengan ayahku yang belum juga pulang." ucap Freya dengan tubuh gemetaran.

"Kenapa kamu tidak memberi tahuku? Kalau kamu bilang, aku bisa menjagamu." Zuko melepaskan pelukan itu, padahal ia melakukan itu tanpa sengaja sedikitpun.

Ia duduk didepan Freya, melihat gadis didepannya tampak kedinginan karena baru saja jatuh ke sungi dengan air yang memang sangat dingin sekali, "Apa kamu kedinginan?"

"Aku tidak kedinginan, ayo kita pulang saja," Freya bangkit dari duduknya dibantu oleh Zuko.

Zuko menatap disekelilingnya yang berupa gundukan seperti gunung, sedangkan mereka berdua ada di sebuah lembah yang mustahil untuk bisa keluar dengan memanjat

sekalipun.

"Apa kita bisa keluar dari sini?" dengan tubuh gemetaran Freya berjalan pelan.

Zuko melepas kalung miliknya, dilemparkannya ke tanah. Seketika kalung itu mengeluarkan seberkas cahaya keemasan, kemudian muncullah seekor pegasus emas dihadapannya.

"Ayo kita naik." Zuko membantu Freya naik ke kuda itu.

Sedangkan dirinya menaiki dibelakang, untuk menjaga agar Freya tidak terjatuh jika saja takut ketinggian.

"Apa kamu takut ketinggian?"

"Tidak," jawab Freya sambil memandangi disekelilingnya yang tampak menakjubkan. Dia terbang bagaikan menunggangi seekor burung raksasa dengan sayap yang lebar.

Sampai dipermukaan. Ternyata kuda yang mereka pakai telah lenyap dibawa kabur para perampok.

Zuko membantu Freya turun dengan pelan agar tidak terjatuh. Karena kuda Pegasus miliknya lebih besar dari kuda jantan biasa.

"Bagaimana ini? Kuda kita hilang semua."

"Kuda hilang itu sudah biasa, ayahku tidak akan marah hanya karena telah menghilangkan dua ekor kuda," jawab Freya.

"Ternyata di Kerajaan manapun jika kehilangan beberapa ekor kuda sudah biasa, seperti halnya kerajaanku," gumamnya dalam hati seraya mengambil kalungnya.

Ia memandangi Freya yang berjalan seperti tidak memiliki tenaga, "jika kamu merasa lemas, aku gendong saja."

"Tidak usah, aku masih kuat," Freya berjalan sempoyongan sampai hampir terjatuh.

Saat itu Zuko langsung menggendong di punggungnya, "jangan dipaksakan,"

Ia berjalan pelan sambil menggendong Freya yang badannya tidak terlalu berat.

Mereka berdua berjalan melewati jalan setapak dengan disekeliling mereka berdua berupa hutan belantara yang ditumbuhi pohon besar menjulang tinggi.

"Kenapa kamu tiba-tiba pergi begitu saja?"

Freya hanya diam saja tidak menjawab pertanyaan itu, ia terlihat kembali menggigil kedinginan.

"Prukk-prukk-prukk," suara kuda berlari dengan cepatnya menghampiri perjalanan Zuko kembali ke kerajaan.

"Tuan Zuko," teriak Patih Cakra dari atas kudanya.

"Paman maafkan saya, kuda yang saya tunggangi kini hilang dibawa oleh para perampok."

Patih Cakra hanya menjawab dengan memberi anggukan dan tersenyum, "tuan Zuko, sebaiknya anda pulang secepatnya bersama tuan Puteri Freya."

Saat itu Patih Cakra memandangi Freya dengan rasa khawatir, karena gadis itu basah kuyuh dan menggigil.

Zuko menaikkan Freya ke kuda yang ditunggai oleh Patih Cakra. Dan saat itu Patih Cakra hampir saja turun dari kudanya, "paman saja yang membawa Freya kembali ke kerajaan, saya akan berjalan kaki saja."

"Tapi tuan, akankah lebih baik jika tuan Zuko saja yang membawa Puteri Freya."

Karena Patih Cakra melihat Freya dalam keadaan kedinginan dan menggigil, ia memutuskan untuk membawa Freya kembali ke kerajaan, sedangkan Zuko memilih untuk berjalan kaki saja.

Zuko berjalan sendirian dikegelapan malam yang sunyi dan mengerikan. Tiba-tiba ada suara aneh yang datang entah dari mana.

"Zuko, tugasmu masih belum selesai. Kamu akan menemukan jati dirimu sebagai Kesatria Pegasus."

Ia memandangi disekelilingnya yang sama sekali tidak ada manusia satupun. Tapi suara itu sangat jelas dan keras.

"Selesaikan tugasmu, dan takdir akan berkata indah bersama Sang Dewi Athena." suara itu kembali terdengar dengan keras.

Zuko sedikit paham dengan maksud perkataan itu, tapi apa benar jika Freya akan ditakdirkan bersamanya.

Ia menghentikan langkahnya ketika ada seorang kakek-kakek yang tiba-tiba muncul dihadapannya.

Kakek itu berambut putih dan jenggot panjangnya juga berwarna putih seperti termakan usia.

"Wahai Zuko, perlindunganmu terhadap sang Dewi Athena perlu kamu pahami."

"Apa maksudmu?" tanya Zuko yang berjalan mendekati kakek-kakek itu, dirinya sama sekali tidak merasakan takut sedikitpun.

"Kamu akan paham jika telah sampai pada waktunya, kamu menemukan kehidupan baru."

Zuko sama sekali tidak memahami perkataan kakek-kakek aneh yang berada didepannya, tapi ada yang sedikit ia pahami tentang kehidupan baru.

"Bilang saja apa maksud perkataanmu ini," ucap Zuko sambil berjalan meninggalkan kakek itu.

"Freya akan menjadi milikmu," ucap lelaku tua itu.

Zuko menghentikan langkahnya, ia mengernyitkan dahi heran dengan perkataan kakek-kakek yang seperti seorang peramal hebat, "jangan bercanda."

Ia menatap kakek itu dengan wajah yang sebenarnya kagum dengan ramalan tentang takdirnya bersama Freya.

Kakek itu berjalan membelakangi seraya berkata, "ramalanku tidak akan pernah meleset seperti halnya saat kamu gagal memanah Medusa. Ingatlah selalu untuk menjaga Freya dari Medusa."

Zuko lagi-lagi heran dengan perkataan kakek-kakek itu, seakan dia mengetahui segalanya.

"Siapa sebenarnya anda ini?" tanya Zuko.

"Itu tidak penting, tapi aku disini hanya menyampaikan sebuah takdir cinta di dalam kitab kehidupan," ucap kakek itu.

Seketika seberkas cahaya putih bersinar dengan terangnya dari kakek misterius itu. Beberapa saat kemudian, kakek itu menghilang tanpa jejak seperti termakan oleh angin.

Zuko menolehkan pandangannya mencari dimana sang kakek misterius yang menemuinya tadi.

Tapi ketika ia menatap dibawah, ada sebuah gelang yang berlambangkan gambar hewan-hewan yang menjadi zodiak rasi bintang.

Tangannya mengambil gelang itu, seakan itu adalah sebuah perlambang tentang tugasnya sebagai seorang pelindung Dewi Athena baru dimulai.

"Dua belas zodiak, apakah ini adalah bagian dari kunci mengambil jubah aitis?" gumamnya dalam hati sambil memandangi tiap-tiap gambar hewan yang membentuk lingkaran bersama gambar hewan lainnya.

Seberkas cahaya berwarna keemasan keluar dari lambang di gelang itu. Zuko sudah paham dengan arti cahaya itu, ini menandakan jika gelang itu bagian dari kunci untuk mengambil jubah aitis.