webnovel

Bangkai Siluman Yang Membusuk

"Baiklah kalau Tuan Zuko memang tidak apa-apa. Tidur saja di sini, kalau masih terasa tidak enakan badan bilang saja dengan tabib."

"Iya, Paman. Terimakasih."

Zuko berusaha bangun kembali, matanya samar-samar mulai melihat Freya dengan jernih dan jelas.

Patih Cakra bilang kalau dirinya ada beberapa keperluan saat itu, sehingga ia tidak bisa lama-lama berada di tempat itu.

"Tunggu, Paman."

Patih Cakra menghentikan langkahnya ketika ada panggilan dari Zuko. "Iya. Ada apa, Tuan Zuko?"

Zuko bangkit dari tidurnya berjalan mendekati Patih Cakra. "Bagaimana dengan keadaan kaisar Argayasa? Apakah beliau sudah siuman?"

Patih Cakra menggelengkan kepalanya yang memberikan isyarat bahwa sang kaisar masih belum tersadar dari ketidak sadarkan diri.

Beberapa saat setelah berdiri dan menanyakan itu, Zuko teringat dengan raja siluman yang tadi seperti sudah dia bunuh, tapi ia masih belum yakin apakah makhluk serigala itu sudah mati atau belum.

"Lalu bagaimana dengan makhluk serigala yang kubunug tadi, Paman?"

Patih Cakra menganggukkan kepala tersenyum. "Mereka semua telah lenyap ketika samurai yang dibawa Zuko menggores ususnya yang terurai."

Seketika perutnya ingin sekali memuntahkan sesuatu ketika mengingat usus makhluk siluman serigala yang mengeluarkan isi menjijikkan.

"Kamu kenapa?" Freya menyentuhkan tangannya ke wajah Zuko yang seketika pucat.

"Aku hanya teringat dengan isi usus raja siluman yang sangat menjijikkan, aku sampai ingin muntah," jawabnya sambil menutup mulut dengan kedua tangannya.

Freya bernapas lega lantaran lelaki yang di cintai tidak apa-apa, melainkan hanya sebatas jijik jika mengingat raja siluman yang mati terkapar dengan susu terburai.

"Jika tuan Zuko ingin melihat jasad raja siluman, jasadnya masih berada di depan kerajaan dan akan kami kirim ke semua anak buahnya agar mereka takut dengan kita," ucap Patih Cakra meyakinkan.

Mendengar ucapan Patih Cakra yang ingin Menakut-nakuti anak buah para siluman dengan menggunakan jasad pemimpin mereka, Zuko jadi takut jika saja akan menimbulkan malapetaka yang lebih besar lagi.

"Menurut saya, lebih baik paman jangan melakukan hal seperti itu. Lebih baik kita pendam saja jasad raja siluman," tolak Zuko dengan alasan yang masih belum dia sebutkan.

Freya mendengar antara ucapan Patih Cakra dan Zuko yang berbeda pendapat, ia hanya diam dan mendengar keputusan yang terbaik.

Dalam pikirannya masih memikirkan ayahnya yang masih belum juga siuman, dia bingung apakah ayahnya akan tersadar lagi.

"Paman. Bagaimana dengan ayahku yang saat ini belum tersadar? Apa yang harus kita lakukan agar ayah kembali sadar? Freya tidak mau diam ketika sudah menyangkut ayahnya yang masih belum tersadar.

Zuko menenangkan Freya dengan mengusap-usapa rambut di kepala gadis itu, halus dan sangat wangi. "Tenanglah, Freya. Aku akan berusaha membantu agar kaisar segera sembuh dan tersadar."

Freya menempelkan kepalanya di tubuh Zuko, merasakan kasih sayang seorang lelaki yang sangat baik dan menyayanginya. Begitu juga dengan Zuko yang semakin sayang dan cinta dengan Freya. Tapi keduanya tidak ada yang mau mengatakan isi hatinya, karena ada rasa canggun.

Patih Cakra tersenyum melihat kemesraan Zuko dengan seorang puteri kaisar yang ia lindungi. "Kalian sepertinya berjodoh."

Zuko geragapan dan sedikit menjauh dari Freya. "T-tidak, Paman."

"Maaf, Zuko. Aku tidak sengaja," ucap Freya dengan malu-malu.

Zuko tersenyum dan kembali menyentuh kepala Freya seperti layaknya Freya adalah anak kecil.

Tinggi Freya hanya sebatas bahu Zuko. Dengan tinggi yang seperti itu, membuat Zuko telihat gagah layaknya seorang pengeran di negeri itu.

Padahal dirinya bukan siapa-siapa di kerajaan Lavender. Tapi di kerajaan Syailendra, dia adalah seorang putera mahkota sekaligus pendekar pemanah terhebat di negerinya.

Melihat Freya di hadapannya membuat hati Zuko terasa bahagia dan tenang, tapi ketenangannya masih bercampur aduk dengan masalah dalam kehidupannya.

"Tuan Zuko, apa anda jadi ingin melihat mayat raja siluman?"

Zuko yang masih melamun dengan tatapan mata kesong, tersadar ketika Freya mencubit pipinya.

"I-iya, Paman." jawabnya.

***********

Patih Cakra menunjukan ke arah sebuah bangkai makhluk berwarna hitam yang sangat bau sekali, letaknya tepat di depan kerajaan Lavender.

"Astaga," Ia tekejut melihat bangka raja siluman yang penuh dengan darah berwarna hitam kental.

Yang lebih mengejutkan lagi adalah, puluhan burung gagak hinggap dan memakan daging busuk dari tubuh raja siluman.

Seekor burung gagak tengah berusaha mengambil usus yang sangat menjijikkan dengan paruhnya, sedangkan lainnya ada yang hinggap di bagian kepala sampai ke kaki.

Zuko berdiri bersama Freya dan Patih Cakra tepat di depan bagian pintu gerbang kerajaan, karena tidak tahan dengan baunya.

"Apa yang membuat tuan Zuko tidak memperbolehkan saya mengirim jasad ini ke hutan Flores? Bukankah dengan ini, para pasukan raja siluman di hutan Flores pasti akan ketakutan!" tanya patih Cakra.

"Aku dulu sempat mendengar jika ada komplotan siluman barongsai, apakah itu adalah bagian dari raja siluman?" tanya Zuko ketika mengingat perkataan Patih Cakra dulu.

Patih Cakra mengatakan semua tentang hutan Forest. "Hutan Flores adalah tempat dimana ada sebuah kerajaan milik raja siluman, di kerajaan itu di pimpin oleh raja siluman terbunuh oleh tuan Zuko tadi. Dan kini masih ada makhluk yang lebih kuat dari makhluk yang Anda bunuh tadi." Patih Cakra menunjuk ke arah bangkai raja siluman.

"Siapa makhluk itu, Paman?" tanya Zuko yang masih penasaran.

Patih Cakra menatap bangkai raja siluaman seraya mengucapkan. "Dia adalah makhluk yang telah menculik sang kaisar Argayasa. Sang siluman barongsai singa putih."

Zuko menelan ludah ketika mendengar jawaban dari patih Cakra. Kenapa di antara para siluman serigala ada siluman singa putih? Aneh, dia masih heran.

"Bagaimana bisa seekor singa bersekutu dengan serigala? Bukankah itu aneh, Paman?"

"Memang kedengarannya sangat aneh, tetapi pada kenyataannya memang begitu. Sang siluman barongsai diibaratkan adalah seorang pendekar sepertimu di kerajaan siluman serigala," ucap patih Cakra.

Zuko mulai berpikir jika patih Cakra tadi mengirimkan mayat sang raja siluman, entah apa yang akan terjadi pada kerajaan Lavender jika sang siluman barongsai mengamuk karena pemimpinnya terbunuh oleh Zuko.

"Untunglah paman tadi ku beritahu jangan gegabah dalam mengambil keputusan."

"Keputusan yang mana, Tuan?"

"Paman tadi hampir saja akan mengirimkan mayat sang raja siluman ke kerajaannya di hutan Flores, bukankah itu sangat berbahaya jika sampai siluman barongsai mengamuk dan membalas dendam," jawab Zuko dengan memberi penjelasan dari logikanya.

"Saya sampai lupa. Untunglah tuan Zuko mencegah saya sebelum berangkat ke sana," ucap Patih Cakra.

Di amatinya bangka yang kian berbau busuk yang menyengat ketika terkena angin. "Bagimana dengan bangkai itu?"

"Biarkan para prajurit yang membuangnya jauh dari tempat ini."

Zuko menganggukkan kepala setuju. Ketika menolehkan pandangannya ke arah Freya, dia terkejut karena gadis tadi sudah tidak ada di sampingnya.

Ia menoleh ke halaman kerajaan, tampak lalu lalang beberapa prajurit dan pelayan kerajaan dengan urusan masing-masing.

"Freya tadi dimana?"

"Mungkin masuk ke dalam menemani sang kaisar."

Zuko berjalan menuju ke kamar sang kaisar untuk menjenguk keadaannya sekaligus memastikan apakah Freya ada disana atau tidak.