webnovel

keluarga baru

ratih adalah gadis cantik berambut panjang yang tinggal bersama keluarga barunya. dia pun harus menerima takdir bersekolah di sekolah saudara tirinya, sekolah yang tak dia sangka membawanya menuju kenyataan yang rumit. ditemani banyak lelaki dari berbagai latar belakang yang setia mendukung ratih menjelajahi hidupnya.

ochintya_sharma · Teen
Not enough ratings
8 Chs

III. mereka

Ketika sampai di lantai tiga aku tidak melihat akra di ruang tengah, ada 2 kamar utama disini dan satu kamar tamu yang luasnya sama dengan kamar utama dan beberapa kamar kecil untuk teman kami jika ingin menginap. Nah, kamar tamu tadi itulah kamarku. Ayah dan bunda menyerahkannya padaku. Kamarku ini berhadapan langsung dengan kamar akra sementara kamar kak gilang berbatasan dengan ruang tengah dengan kamar akra, di samping kamarku ada meja dapur sederhana dan meja makannya. Sedang di samping kamar kak gilang ada kamar kamar kecil yang berjajar, di depan kamarnya adalah ruang musik milik akra, yaps dia suka sekali bermusik. Nah, lorong depan kamar kak gilang itu bisa digunakan menuju ke teras jika ingin bersantai sambil memandangi suasana kota secara 180°. Ada pojok bersantai disana yang ditanami rumput dan diberi kursi gantung, untuk menangkal panas matahari disana di beri paranet dengan tanaman anggur merambat, disamping kursi gantung di beri kolam ikan kecil berisi beberapa ikan koki yang masih kecil. Sedang di sudut yang lain ada 3 sofa lengkap dengan mejanya untuk bersantai, di beri fasilitas speaker untuk mendengarkan musik. Karena tidak melihat siapapun aku segera mengobrak abrik isi tas mencari kunci kamar, dan ketika sudah menemukannya tepat berada di depan kamarku, aku melihat kamar arka dengan pintunya tidak tertutup rapat, ada niatan untuk mengintip kamarnya sekali saja dalam benakku. Tapi aku segera mengurungkan hal itu, karena takut ketahuan orangnya aku buru buru memasukkan kunci ke selot pintu dan berhasil membukanya. Masuk lalu segera melempar badan seutuhnya ke kasur yang sangat luas dan nyaman tanpa melepas seragam atau tas terlebih dahulu.

Aku menikmati tidur sore itu sampai melewatkan jam makan malam keluarga karena aku terbangun akibat seorang pelayan mengetuk pintu kamarku puluhan kali. Ketika ku buka ruas ruas jari si pelayan ini sudah memar.

"Makan malamnya non" sambil menyerahkan nampan berisi sepiring nasi goreng, sepiring buah siap makan, segelas susu, segelas jus jeruk, segelas air putih, dan semangkuk snack.

Melihat tangannya bergetar aku segera meraih nampan dan menemukan ruas ruas jari tangan kanannya yang merah.

"Mbak namanya siapa?" Tanyaku pertama

"Yuli non" jawabnya kemudian

Aku memang tidak pernah menghafal belasan nama pembantu dirumah ini. Saking banyaknya sampai setiap kali bertemu pembantu aku selalu menanyai nama mereka dahulu. Tak ada sama sekali yang ku ingat namanya sejak sebulan yang lalu aku pindah ke rumah ini.

"Itu tangannya kenapa merah?" Tanyaku selanjutnya

"Ngetuk pintu nona putri terlalu lama" jawabnya sedikit ketakutan

"Astaga, maaf ya mbak saya ketiduran, apa mau saya obatin dulu? masuk dulu ya mbak" tawarku kemudian sambil merasa bersalah.

"Tidak non, jangan. takut dimarahi tuan yang mulia besar. Ya sudah saya pamit, nanti kalau sudah selesai non putri pencet belnya ya" katanya kemudian buru buru pergi terlihat ketakutan.

Aku baru akan menutup pintu kamar tapi suara itu lebih dulu sampai ke telingaku sebelum pintu berhasil ku tutup rapat.

"Sok jadi putri istana sampai makan malam minta diantarkan, sampai seragam tidak mau lepas. Apa di kira seragam sekali pakai!"

Akra lagi lagi melempar suara pedasnya padaku, anak satu ini jika tidak ada ayah bunda dan kak gilang selalu begini, menghujatku seolah dia begitu benci padaku. Jauh berbeda ketika ada keluarga yang lain maka dia akan bersikap manis seperti kakak lelakinya padaku.

Malam ini seperti biasa ku manfaatkan untuk membuka komputer sambil menelfon Maya, seorang teman lama di kampung yang karenanya aku tadi pagi ketinggalan bajaj. Saat ini ia tinggal dengan kakaknya di Malaysia, ia sama halnya denganku yang broken home hanya saja ibunya meninggal bunuh diri usai mengetahui ayahnya menikah lagi, sedang ayahnya masih belum di karuniai anak di pernikahan keduanya ini.

maya tak menjawab teleponku jadi aku memutuskam untuk menunggu ia menelfonku balik saja, disamping menunggu maya menelfon aku membuka jendela agar angin dingin kota bisa masuk ke kamar. Aku duduk di kasur sambil membiarkan komputer memutar musiknya dari YouTube. Ku raih semangkuk snack yang ada dan kemudian handphone ku berdering, buru buru aku mengangkatnya ku kira maya ternyata kak ridho yang menelfonku.

"Hallo" jawabku malas sekali

"Hai, kamu lagi apa?" Ridho mulai berbicara

"Tidak ada kak"

"Kenapa tidak belajar?" Tanyanya lagi

"Iya mau belajar"

"Baiklah selamat belajar ya" kemudian aku menutup telfonnya.

Sungguh aku benci lelaki seperti ridho ini, yang sok baik mencoba mencari topik pembicaraan denganku, mengetahui hal itu aku semakin cuek padanya agar telfon segera bisa berakhir.

Baru ku letakkan handphone di meja tidur pintu kamarku di ketuk lagi. Segera saja aku membukanya dan menemukan seorang pelayan berdiri di depan pintu.

"Apa mbak?" Tanyaku to the point

"Maaf nona putri di minta berkumpul di lantai dua sama tuan yang mulia besar" kata si pelayan ini

Aku mendesah dalam hati meskipun aku mengangguk supaya ia bisa segera pergi, aku menutup pintu kamar dan melihat seorang pelayan lelaki menuju kamar akra, mengetuk pintunya, aku menduga dia juga diminta berkumpul.

Baiklah ketika aku sudah berdiri di lantai dua, ayah bunda dan kak gilang sudah duduk berkumpul di sofa. Tradisi keluarga ini adalah jika sedang berkumpul dilarang membawa gadget atau benda pribadi yang menghalangi komunikasi keluarga.

Aku duduk di sofa dekat kak gilang dan dia langsung menyambutku dengan pelukan hangat di campuri senyum manisnya, badannya dingin pasti baru saja mandi karena selain dingin badannya juga wangi dan rambutnya sedikit basah. Kak gilang ini berusia 23 tahun sekarang, dan seperti dugaanku dia memiliki banyak sekali perempuan yang mengincar harta keluarga kaya selain itu untuk soal calon istri dia sama sekali tidak memiliki. Tak berapa lama saat aku dan kak gilang masih bergandengan arka turun dan langsung duduk memeluk bunda. Bagiku tradisi keluarga ini sungguh menyebalkan, akra yang bersikap sok manis didepan keluarga besar dan kak gilang yang bersikap sok perhatian padaku. Walaupun aku menyambut baik kehangatan mereka tetap saja hati kecilku seakan tak mau dibohongi. Kebodohan seperti apa yang harus aku tunjukkan? Usia 17 tahun bukankah sudah cukup mampu mengenali mana yang tulus dan mana yang tidak. Menganggap orang lain sebagai keluarga secara tiba-tiba memang sangat sulit dan menunjukkan sikap baik adalah kebohongan. Aku hanya dapat melihat cinta yang tumbuh dalam keluarga ini yaitu antara ayah dan bunda dan cinta mereka adalah suatu kebenaran. Entah apakah ayah tiri itu benar benar mencintaiku dan menganggapku sebagai keluarganya dengan setulus hati atau tidak aku juga tidak tahu. Sebaik-baiknya yang bisa aku lakukan hanyalah mendukung apapun yang ingin bundaku lakukan. Berbakti kepadanya dengan cara seperti itu dan menuruti semua yang dia inginkan dariku. Karena meskipun tinggal dengan ayah kandungku semua juga sama saja.

"Yang satu langsung pacaran sama kakaknya, yang satu begitu duduk langsung manja sama bundanya. Terus ayah sama siapa coba?" Celetuk ayah

"Bikin adek kembar yah biar rame" sahut arka

"Iya, terus nanti kak gilang nggak bisa kerja karena harus bantu bunda jagain dedeknya" kak gilang menimpali

"Kan ada ayah" jawabku coba ikut bergabung

"Kan ayah bakal kabur pura pura banyak kerjaan biar gak bantuin bunda" jawab kak gilang

Bunda pun tertawa diikuti ayah dan semua. Kemudian seorang pelayan datang membawa nampan berisi camilan yang langsung di rebut oleh ayah sambil memasang bibir tikusnya ia berkata.