webnovel

Kau Milik Kami Bertiga

Dewasa 21++ Bagaimana jika kalian menjadi Azura? Awalnya dia memiliki kehidupan biasa seperti orang-orang kebanyakan. Tapi siapa yang akan menyangka tersesatnya dia pada malam itu membuat kehidupannya berubah. Dia jadi bisa melihat apa yang tidak bisa orang lain lihat, dan malah membawanya menjadi tawanan 3 orang lelaki yang tak biasa. Mereka bertiga sangat tampan dan dingin. Kaya raya dan terkenal. Tapi siapapun tidak tau siapa mereka sebenarnya kecuali Azura. Mereka seperti iblis, yang hidup membutuhkan energi makhluk hidup dan tubuh seorang wanita. Mereka memakan energi dan cairan tubuh wanita. Mereka seperti monster yang menyiksa Azura dengan lidah nakal mereka setiap hari. Mereka ternyata.. Tak hanya itu, tersesatnya pada malam itu membuatnya bisa masuk ke organisasi rahasia besar, yang ternyata semua anggotanya adalah... NB : DILARANG KERAS PLAGIAT CERITA!! Cerita ini mengandung efek ketagihan, kalau tidak percaya, buktikan :)

Poppy_N_Zu · Urban
Not enough ratings
20 Chs

Bab 8

Zura menghembuskan nafas berkali-kali ketika dirinya terserang penyakit malas yang akut secara mendadak. Hari sudah malam tapi dia belum pulang ke kos-nya.

Tenggorakannya terasa sangat kering, ia ingin minum tapi air mineral yang diletakkan di nakas membuatnya mengurungkan niat untuk minum karna sangking malasnya dia mengambil air itu.

"Andai gelas itu bisa datang padaku." Keluhnya sambil menghembuskan nafas berat.

Tiba-tiba cahaya hijau keluar dari tangannya, membentuk menjadi tangan untuk mengambil gelas itu. Zura yang melihat itu langsung terperanjat kaget dan refleks menjauh. Gelas itu melayang ke arahnya, ketika ia menghindar gelas itu mengikutinya sampai ia mengambilnya. Setelah itu cahaya hijau itu masuk kembali ke tangannya melalui kuku-kuku jari tangannya.

"Apa ini?" Tanyanya bingung dan sangat syok.

Dia menoleh ke arah tas-nya. "Ambilkan tas itu untukku." Ucapnya sambil menggerakkan tangan ke depan. Cahaya hijau tadi keluar dan mengambilkan tas itu untuk Zura, setelah itu cahaya hijau itu masuk kembali ke tangannya.

Dia menoleh kearah jendela. "Buka jendela itu." Hal yang samapun terjadi, jendela terbuka dengan sendirinya.

"Wah... kekuatan super apa ini?" Ucapnya berbinar di sela kebingungannya, setidaknya apa yang dia miliki sekarang akan membantunya. Dia baru sadar saat jam pelajaran tadi semua listrik mati bukan karena kebetulan tapi karna dia mengucapkannya.

Zura teringat malam dimana dia menemukan botol kaca saat ia dan Essi tersesat, sejak saat itu matanya berubah, dia bisa melihat apa yang tidak bisa ia lihat sebelumnya, dan itu membawanya bertemu Kin, Neo, dan mungkin saja bertemu Ael bukan suatu kebetulan.

Berbicara tentang Ael, bagaimana kabar lelaki itu? Zura berjalan ke arah jendela lalu langsung melihat ke arah pemandangan halaman rumah Ael yang sangat indah dihiasi berbagai macam lampu-lampu taman.

"Dia menanam banyak pohon dan merawatnya dengan sepenuh hati, tapi ketika ditanya dia tidak suka tanaman melainkan membutuhkannya. Apa maksudnya itu?" Tanya zura pada angin yang berhembus pelan.

Misya tiba-tiba muncul dari belakang dan itu berhasil membuat Zura terkejut, tapi keterkejutannya itu ia sembunyikan karna ia masih kesal sama Misya.

"Dia membutuhkan tanaman itu untuk makan." Ucap Misya. Ucapannya itu membuat Zura meliriknya sebentar.

"Maksudmu?" Tanya Zura tanpa menoleh, tapi sebenarnya dia sangat penasaran.

"Aku hanya tau itu, dia mengambil energi pohon itu untuk hidupnya. Dia harus banyak menanam pohon karna setiap pohon yang diambil energinya butuh waktu 8 hari baru bisa di isap kembali karna kalau tidak pohon itu akan mati. Dia menanam Bonsai karna batang Bonsai memiliki energi yang enak menurutnya."

"Kenapa dia tidak mengambil energi Manusia?" 

"Karna dia anti wanita."

****

Zura berjalan dikeheningan malam sambil menenteng beberapa kantung belanjaan, dia membeli beberapa keperluan makanan karna kebetulan bahan-bahan keperluannya sudah banyak yang habis. Tadi setelah mengerjakan tugas di apartemen Essi dia langsung bergegas untuk ke supermaket, lalu memilih pulang dengan jalan kaki melewati jalan motong sepi yang sering ia lalui. Dia sudah sering melakukannya karna kos dia dan apartemen keluarga Essi tidak terlalu jauh jadi tidak ada rasa takut lagi.

Saat ia melewati gedung hotel yang mengalami pemeberhentian pengerjaan sejak 10 tahun yang lalu ia merasa mendengar suara keributan yang terdengar sayup-sayup dari dalam bangunan. Zura mencoba fokus mendengarkan, takutnya yang ia dengar adalah suara hantu bukan Manusia.

Zura melihat sekeliling, ia melihat dua orang pengamen laki-laki dan perempuan yang tampaknya hendak pulang, ia langsung memanggilnya. Dua pengamen itu datang menghampirinya.

"Ada apa kak?" Tanya pengamen perempuan.

"Apa kalian mendengar suara keributan? Dari dalam gedung." Ucap Zura sambil mengisyaratkan agar fokus mendengarkan suara keributan yang semakin lama semakin jelas terdengar di telinganya.

Dua pengamen itu menggeleng polos untuk menjawab pertanyaan Zura, mereka memang tak merasa mendengar apapun.

Zura menggaruk tengkuknya merasa merinding, lalu merogoh saku celananya untuk memberikan uang terimakasih pada dua pengamen itu karna mau datang menghampirinya padahal tadi jarak mereka sedikit jauh.

Setelah pengamen itu pergi dia masih penasaran. Dia mencoba mengintip dari lubang-lubang kecil yang ada di pagar seng bangunan hotel terbengkalai itu, dan benar saja dia melihat cahaya yang bergerak-gerak dari lantai dua gedung.

Zura masuk melewati sela pagar seng yang ukurannya membuatnya harus berpikir keras agar bisa masuk, buah dari usahanya itu ia berhasi masuk dengan noda kotoran yang menempel di bajunya. Dia menyangkutkan belanjaannya di tangan bangkai patung yang diletak asal-asalan, sepertinya hotel itu mengalami penggelapan dana sehingga proyeknya benar-benar terhenti.

"Dasar Zura bodoh," Gerutunya ketika menyadari banyak noda kotor di bajunya. "Aku kan bisa menyuruh pagar itu terbuka dengan sendirinya tanpa harus berusaha masuk dengan susah payah."

Setelah menyesali kebodohannya, tanpa lama dia langsung masuk dengan langkah pelan untuk mengintip.

"Tunggu-tunggu, kenapa sekarang aku memiliki keberanian tingkat Dewa?" Tanyanya pada sendiri. Kalau saja dia normal, pastinya ia sudah lari saat pengamen tadi mengatakan tak mendengar apa-apa.

....

Zura menaiki tangga dengan langkah yang sangat hati-hati sekali, takut langkahnya terdengar. Suasana gelap, lembab, dan horor mebuatnya bergidik ngeri. Dia menggunakan cahaya ponselnya untuk meneranginya menaiki tangga. Ada satu hal yang membuatnya bingung, dia bisa melihat hantu tapi dia merasa tak semua hantu bisa ia lihat. Seharusnya ditempat horor seperti ini dia akan bertemu dengan para makhluk pecinta alam, sangking cinta alamnya tempat tinggalnyapun di pohon.

Setelah menyelesaikan anak tangga terakhir dia langsung berjalan untuk mencari sumber keributan, benar saja dibalik dinding kokoh itu ia melihat perkelahian yang sangat sempurna seperti di film-film laga, tapi perkelahian yang ia lihat sangat tidak adil, seorang gadis yang tampaknya seumuran dengannya sedang di keroyok dua laki-laki dan satu perempuan.

Dia memperhatikan gerakan mereka yang sepertinya terlatih, penuh dengan teknik, tapi baginya itu tidak adil. Gadis yang di keroyok itu tersungkur ke tanah ketika ia di serang brutal secara tiba-tiba.

Zura terpekik dan langsung cepat-cepat membekap mulutnya agar tidak mengeluarkan suara sedikitpun. dia memperhatikan kaki mereka yang menyentuh lantai, sudah pasti mereka bukan hantu, pikirnya.

"Ikat si penyerang agar tidak bisa bergerak." Perintah Zura pada cahaya hijau di tangannya.

Cahaya hijau itu melayang dan membentuk tali panjang yang melilit ke tubuh si tiga penyerang itu. Tiga penyerang itu meronta-ronta karna merasa tubuh mereka terasa diikat sesuatu tapi tidak melihat tali atau apapun.

"Apa ini?!" Tanya salah satu penyerang dan wajahnya terlihat jelas sangat bingung, seolah ada sihir yang mengikatnya.

Zura muncul dari persembunyiannya dan langsung membatu gadis yang menjadi korban itu berdiri. Wajah gadis itu tampak terkejut melihat kehadiran Zura.

"Kenapa kau bisa disini?" tanya gadis itu. "Apa kau yang melakukan itu pada mereka?" Tanyanya sambil menunjuk ke arah tiga penyerang itu.

Zura ragu untuk menjawab, tapi kemudian ia mengangguk. "Aku membantumu, biarkan mereka terikat seperti itu, ayo pergi." Ajak Zura.

Gadis itu menahan Zura. "Apa kau melakukannya dengan sihir?" Tanyanya.

"Mungkin." Jawab Zura.

Zura melihat gadis itu menyunggingkan senyum tipis di ujung bibirnya yang mungil, kemudian selanjutnya yang ia rasakan keadaan menjadi gelap. Terakhir kali yang ia ingat tubuhnya  jatuh dan ada seseorang yang meraihnya dari belakang.

***********