webnovel

Kau Milik Kami Bertiga

Dewasa 21++ Bagaimana jika kalian menjadi Azura? Awalnya dia memiliki kehidupan biasa seperti orang-orang kebanyakan. Tapi siapa yang akan menyangka tersesatnya dia pada malam itu membuat kehidupannya berubah. Dia jadi bisa melihat apa yang tidak bisa orang lain lihat, dan malah membawanya menjadi tawanan 3 orang lelaki yang tak biasa. Mereka bertiga sangat tampan dan dingin. Kaya raya dan terkenal. Tapi siapapun tidak tau siapa mereka sebenarnya kecuali Azura. Mereka seperti iblis, yang hidup membutuhkan energi makhluk hidup dan tubuh seorang wanita. Mereka memakan energi dan cairan tubuh wanita. Mereka seperti monster yang menyiksa Azura dengan lidah nakal mereka setiap hari. Mereka ternyata.. Tak hanya itu, tersesatnya pada malam itu membuatnya bisa masuk ke organisasi rahasia besar, yang ternyata semua anggotanya adalah... NB : DILARANG KERAS PLAGIAT CERITA!! Cerita ini mengandung efek ketagihan, kalau tidak percaya, buktikan :)

Poppy_N_Zu · Urban
Not enough ratings
20 Chs

Bab 7

Suasana kamar kos yang nyaman dan terasa seperti rumah sendiri membuat Zura tidur nyenyak dan bermimpi indah. Ia melarikan diri dari Ibunya dan berhasil menempati kamar yang sudah menjadi tempat bersemayamnya selama 4 tahun itu. Kebetulan pemilik kos-an elite itu adalah Bibi dari Ayahnya, sehingga ia menempatinya dengan gratis karna awalnya Ayahnya juga menanamkan modal di kos-kos-an itu.

Zura langsung membuka matanya dari tidur ketika ia merasakan seseorang benar-benar menyelinap ke dalam selimutnya. Ia hendak bergerak dan meronta tapi tubuhnya terasa kaku dan tidak bisa digerakkan seolah iya sedang berada di alam mimpi dan tidak bisa mengendalikan tubuhnya.

"Si..siapa kau?" Tanya Zura, namun tak ada jawaban.

Zura merasakan sosok itu menarik celana tidurnya dan langsung melebarkan kedua pahanya sehingaa ia merasa kewanitaannya terpampang jelas dan siap di lahap. Dia hanya bisa menggigit bibir bawahnya ketika lidah sosok itu mulai bermain di bawah.

Zura mendesah ketika lidah sosok itu mencoba menerobos masuk ke liang kewanitaannya dan menghisap semua yang ada disana. Cara bermain lidah itu amiliar dan ia sangat mengenalinya. Lidah itu milik Kin, dia sangat hapal bagaimana lidah Kin mempermainkannya, membuatnya mendesah dan merasa panas.

"Kin?" Panggil Zura ditengah tak berdayanya dia.

Permainan itu terhenti, tak lama setelah itu Zura merasakan tubunya kembali normal, ia langsung menarik kaki-nya dan menyibakkan selimut untuk memastikan siapa yang menyelinap masuk ke dalam selimutnya di tengah malam dan mengganggu mimpi indahnya yang sangat langka.

Zura mengerutkan keningnya bingung ketika melihat Kin yang tak berdaya. Lelaki itu menidurkan kepalanya dengan kaki yang menggantung ke bawah.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Zura ketika ia melihat goresan luka di wajah dan tangan Kin, seperti luka yang ia lihat di tangan Ael kemarin.

Tak ada jawaban apa-apa, ia melihat Kin memejamkan matanya dengan wajahyang meringis kesakitan.

"Kin?" Panggil Zura lagi, tapi tetap tidak ada jawaban apa-apa dari lelaki itu.

Zura yakin luka itu hasil perkelahian, tapi dengan siapa Ael dan Kin berkelahi? Apa mereka memiliki musuh? Entahlah, tak mau ambil pusing dengan pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kepalanya, ia menarik selimut dan tidur kembali dengan posisi yang horizontal karna Kin menghalangi posisi nyamannya. Tapi ada hal yang sangat mengganjal dikepalanya, apakah makhluk seperti Kin ada banyak di Bumi? atau hanya mereka bertiga?

*****

Cahaya Matahari yang masuk dari ventilasi dan jendela membuat Zura terbangun dari tidurnya, bahkan alarm yang sudah berdering 5 kali tak berhasil membangunkannya. Dia menguap sebelum menyadari tak memakai sehelai benangpun di tubuhnya.

"Sialan.." Umpatnya, dia tau Kin menidurinya dan membuatnya tak sadar, itu terbukti dari selangkangannya yang terasa sakit dan tak nyaman, ditambah lagi lelaki itu sudah menghilang tanpa jejak.

"Bagaimana dia bisa datang ke kos-ku?"

Zura beranjak dari tempat tidurnya dengan keadaan telanjang bulat. Dia tidak lagi merasa kesal atau merasa terhina jika Kin menidurinya, toh dia sudah terlanjur basah, disesalipun tak ada gunanya. Dia tidak akan kembali menjadi gadis perawan jika ia melakukan apapun.

*****

"Are you okay?" Tanya Essi yang duduk disebelah Zura. Mereka sedang dalam mata kuliah yang sangat membosankan tapi tidak biasanya Zura begitu memperhatikan dosen yang mengajar.

"Sangat oke." Jawab Zura tanpa menoleh. Dia sebenarnya sedang memperhatikan sosok hantu anak kecil yang duduk di pundak Dosennya itu. Ternyata selama ini yang membuat pundak Dosen perempuannya yang bernama Abigail itu miring sebelah bukan karena kecelakaan seperti yang diceritakan, tetapi karna ada yang menempati pundak itu.

"Apa kita salah ambil jurusan? Seharusnya kita tidak mengambil jurusan Ilmu komputer." Kata Essi yang mulai frustasi ketika ia melihat rumus-rumus komputer yang semakin banyak terpampang di depan. "Padahal aku menyuruhmu untuk mengambil jurusan Manajemen saja biar bisa bersantai."

"kau yang mengikutiku kesini. Aku sudah katakan ini tidak akan mudah."

"Btw, bagaimana hubunganmu dengan Marvin?" Tanya Essi mengganti topik.

"Seperti biasa, mereka menjauhiku tanpa sebab. Menghilang seperti angin, mungkin aku akan single sampai tua."

Essi menggeser tempat duduknya agar lebih mendekat dengan Zura, ia memasang wajah serius. "Aneh. Apa kau tidak merasa aneh? Aku sudah mengenalmu selama 6 tahun, selama ini setiap kali kau sedang dekat dengan seseorang, kau akan kehilangan seseorang itu setelah kalian berkencan sekali. Bahkan setiap kali kau menanyakan pada mereka mangapa mereka berubah, mereka pasti menjawab, memangnya ada hubungan apa diaantara kalian, seolah mereka lupa sudah mengenalmu lebih jauh."

"Aku sudah frustasi mengingat hal itu, mungkin aku kena kutukan atau semacamnya."

"Kenapa kau hanya berpikir bahwa kau kena kutukan dan semacamnya? Kenapa sekali-sekali kau tidak berpikir bahwa ada yang sengaja melakukannya?"

Zura terdiam sejenak dan mencerna apa yang dikatakan Essi. Kenapa dia baru ingat akan hal ini? Dia bisa minta bantuan Misya untuk mencaritahu apa yang terjadi pada dirinya.

"Tapi... Siapa yang melakukan hal semacam ini? kejadian seperti ini sudah terjadi padaku sejak aku mengenal cinta-cintaan di kelas 1 SMA."

"Apa kejadiannya terasa sama?"

Zura mengangguk untuk mengiakan .

Essi menepuk bahu Zura pelan. "Sebaiknya kau mulai fokus pada masalah ini, kalau tidak kau akan menjadi perawan tua hingga akhir."

Mendengar kata perawan membuat Zura meringis, dia kehilangan itu untuk lelaki yang menganggapnya hanya sekedar makanan. Selama ini dia sangat ingin menjalani hubungan dengan seseorang yang mencintainya, kasih sayang seorang lelaki yang menggantikan Ayahnya yang sudah meninggal, tapi dia selalu gagal untuk mendapatkannya.

"Lalu bagaimana denganmu? Kenapa kau tidak memiliki seseorang?" Tanya Zura.

Essi mengalihkan pandangannya ke arah depan. "Seseorang mengatakan padaku, bersamalah dengan orang yang benar-benar kau cintai, jika kau mustahil mendapatkannya, lebih baik sendiri sampai mati daripada hidup bersama orang lain."

"Dihh... Padahal kau cantik, banyak yang mendekatimu, kau merasa di Bully padahal mereka hanya menggodamu. Kau terlalu berperasangka buruk pada laki-laki."

Essi tak menjawab lagi. Dia tidak mau melanjutkan pembicaraan karna tangannya mulai menulis catatan di buku.

"Eh, tapi siapa orang yang benar-benar kau cintai itu? kau tidak pernah bercerita." Lanjut Zura tidak memperdulikan Essi yang sudah memberikan kode agar berhenti bicara.

"Azura, berhentilah berisik." Tegur Dosen.

Zura mengangguk kecil dan langsung mengambil catatannya mengikuti Essi yang mendadak rajin.

"Andai listrik mati, pelajaran akan berhenti." Gumam Zura berharap.

Lampu kelas mendadak mati, semuanya mendadak berhenti. Listrik berhenti seketika sesuai dengan apa yang Zura inginkan.

Zura mengerjapkan matanya tak percaya, entah hanya kebetulan atau bagaimana yang penting pelajaran benar-benar berakhir.

********

"Misyaaaa." Panggil Zura sambil mengetuk-ngetuk lemari pakaiannya yang ada di rumah. Dia langsung pergi ke rumah Ibu-nya ketika mata kuliah sudah selesai. Bahkan Ibu-nya tadi memasang wajah syok ketika melihatnya datang tanpa di undang.

Misya keluar dengan melipat kedua tangannya. "Ada apa Nona yang kabur dari rumah ini mencariku?" Tanyanya langsung tanpa sapaan basa-basi.

"Aku ingi kau membantuku sesuatu."

"Apa itu?" Tanya Misya sambil memicingkan matanya curiga.

"Begini, aku memiliki hal aneh. Selama ini, setiap kali aku sedang dekat dengan seorang laki-laki dia pasti akan menghilang tiba-tiba dan setiap kali aku bertanya padanya, dia pasti seolah-olah tak pernah ingat bahwa kami pernah melakukan pendekatan. Ini akan terjadi setelah kami melakukan kencan pertama."

Misya diam sejenak sebelum menjawab. "Aku tidak bisa membantumu."

Zura mengerutkan keningnya bingung. "Kenapa?"

"Aku sepertinya tau penyebabnya, tapi aku tidak bisa memberitahumu. Jika aku mengatakannya sekarang, takdirmu akan berubah, banyak yang akan berubah, dan itu sangat berbahaya untukku karna aku juga akan berubah. menghilang."

"Aku tidak mengerti maksudmu."

"Suatu saat kau akan mengetahuinya sendiri, tapi untuk itu kau akan banyak melewati nikmat hidup, takdir. Makhluk sepertiku juga memiliki norma, jika aku memberitahu semuanya, takdirmu berubah, maka aku juga akan ikut berubah. Aku hanya akan memberitahumu hal-hal yang membahayakanmu, tapi untuk ini aku tidak bisa membantu."

"Aku akan mendatangi peramal jika kau tidak mau membantu."

Zura melangkah pergi, tapi langkahnya terhenti ketika Misya mengatakan. "Peramal tidak akan membantumu karna mereka tidak akan tau kebenarannya, dan akan mengatakan hal omong kosong yang akan membuatmu percaya. Bahkan Cenayang juga tidak bisa melihat kehidupanmu, apa kau lupa bahwa kau bukan orang biasa sekarang?"

__________________

Tbc.....