webnovel

Jika Tidak Bahagia, Tidak Usah Menikah

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Chi Huan tidak puas melihat tatapan Mo Shiqian yang datar tanpa ekspresi seperti itu. Ia pun berpikir, Apa jangan-jangan gaun ini tidak bagus?

"Apakah gaun ini tidak bagus?"

"Tidak... Sangat indah..." jawab Mo Shiqian.

Chi Huan merasa sikap Mo Shiqian terlalu acuh tak acuh sehingga ia bertanya lagi, "Benar-benar bagus? Jika tidak bagus, bilang saja tidak bagus. Aku tidak akan melakukan apapun padamu."

Mo Shiqian meletakkan majalah yang dibacanya dan bangkit dari sofa. Namun, ia tetap mengucapkan dua kata sederhana tadi. "Sangat bagus."

Saat Mo Shiqian berjalan ke arah Chi Huan, para petugas butik yang berada di sana tanpa sadar melangkah mundur. Tangan Mo Shiqian memegang pundak Chi Huan. Kemudian, ia membalik gadis itu 90 derajat dan mengarahkannya menatap cermin. Chi Huan pun menatap bayangan dirinya di cermin sambil berkata dalam hati, Ya... Mo Shiqian tidak berbohong. Ini benar-benar cantik.

Melihat dirinya begitu cantik, Chi Huan merasa ini adalah suatu kebanggaan sebagai seorang wanita. Rasanya seperti berdiri di udara yang panas setelah habis mandi malam. Melihat dirinya sendiri yang begitu cantik di cermin merupakan kepuasan tersendiri baginya. Namun, apa gunanya menjadi cantik maupun seksi jika orang yang disukainya masih tidak menyukainya?

Chi Huan terkejut ketika rambutnya tiba-tiba terangkat. Ternyata, Mo Shiqian sedang menaikkan rambutnya dan seperti menyanggulnya dengan jari-jarinya yang panjang.

"Anda harus menata rambut Anda seperti ini," saran Mo Shiqian. Chi Huan bisa merasakan napas Mo Shiqian berhembus di lehernya saat pria itu berbicara. Ia jadi ingin menggeliat, tapi ia segera menahannya.

"Ke-kenapa?" tanya Chi Huan dengan tergagap.

Saat Mo Shiqian melepaskan jari-jarinya, rambut Chi Huan terurai kembali dan Mo Shiqian menjawab dengan santai, "Akan sangat cantik jika lehernya terlihat."

Asisten butik tersenyum lalu menyahut, "Benar, Nona. Leher Nona tampak jenjang dan putih, jadi akan sangat bagus jika lehernya terlihat. Anda bisa memberitahu penata rambut untuk menyanggul rambut Anda."

Chi Huan menatap Mo Shiqian lewat cermin, kemudian berbalik dan memandang pria itu secara langsung. Setelah itu, ia menurunkan pandangannya ke bawah.

"Jika tidak bahagia, tidak usah menikah," kata Mo Shiqian lirih.

"Menurutmu, apa aku sebaiknya tidak usah menikah?"

"Boleh, tapi dengan syarat. Tuan Mo adalah pilihan terbaik dari yang paling kaya dan terpandang, tapi dia tidak menyukai Anda. Sebenarnya, masih begitu banyak pria yang lebih layak mengenakan pakaian pengantin bersama anda."

"Memang begitu banyak pria yang lebih layak untuk dinikahi. Tapi, aku belum menemukannya," setuju Chi Huan sambil tersenyum.

Setelah bicara dengan Mo Shiqian, Chi Huan berjalan menuju ruang ganti. "Aku sudah selesai mencobanya. Gaun ini begitu bagus dan ukurannya pas. Tidak ada masalah."

"Hah?" pegawai butik sedikit terkejut, lalu bertanya dengan hati-hati dari belakang Chi Huan, "Nona, Anda tidak ingin berkomentar apa-apa? Jika Anda mau, perubahan kecil masih bisa dilakukan. Masih ada sebulan atau lebih. Anda masih punya waktu."

"Tidak perlu."

Setelah selesai berganti pakaian, Chi Huan mengambil tas dan berjalan keluar melewati pintu dengan sepatu hak tingginya. "Sudah selesai. Ayo kita pulang."

Setelah masuk ke mobil Ferrari putih, Mo Shiqian bertanya, "Anda mau langsung pulang ke apartemen?"

"Pergi makan siang di luar, lalu pulang dan tidur," jawab Chi Huan.

Mo Shiqian mengangkat kepalanya dan menatap Chi Huan lagi. "Sore atau malam nanti, apakah Anda ingin keluar?"

"Tidak. Aku akan meneleponmu jika terjadi apa-apa. Setelah mengantarku, pulang dan istirahatlah. Kamu bisa pergi menemani tunanganmu. Tapi... Apakah kamu benar-benar punya tunangan?"

"Iya."

"Tapi, kenapa aku belum pernah melihatnya? Aku juga tidak pernah melihatmu punya waktu untuk menemaninya." Chi Huan bisa berkata begini karena ia merasa sebagian besar waktu Mo Shiqian digunakan untuk bekerja dan menemaninya.

"Rumahnya dekat dengan rumah saya dan dia menyelamatkan saya saat dulu masih kecil. Setelah dewasa, dia menjadi tunangan saya. Kami akan menikah setelah dia lulus."

"Apakah dia kuliah?"

"Iya, kuliah tahun ke-4."

"Apakah dia cantik?"

Mo Shiqian diam sejenak lalu berkata, "Lumayan."

Chi Huan memejamkan matanya sejenak lalu memutar matanya, "Hanya lumayan? Tapi... sepertinya kamu menolak banyak wanita demi dia."

"Karena saya tidak tertarik dengan wanita."

Tanpa kata, Chi Huan hanya terpaku mendengarnya.

———

Malam harinya, Chi Huan sendirian di rumah. Ia duduk di karpet kamar dan bersandar di tepi tempat tidur sambil membaca buku. Ruangan itu begitu sunyi hingga hanya terdengar hembusan napas dan suara buku yang dibalik. Tiba-tiba, iPad di samping Chi Huan berbunyi, menandakan notifikasi e-mail masuk. Ia pun mengulurkan tangannya dan memeriksa e-mail tersebut. Setelah membaca email itu, matanya menyipit. Ia segera mengambil ponsel dan menelepon Mo Shiqian.

"Kamu mengirimiku email?"

"Benar."

"Jemput aku kemari."

"Baik."

Setengah jam kemudian, Mo Shiqian dan Chi Huan tiba di sebuah apartemen.

"Apa kamu yakin jika dia tinggal disini?"

"Sebelum mengirimkan e-mail itu, saya sudah memeriksanya."

Chi Huan memandang keluar jendela mobil dan berkata dengan dingin, "Semenjak menikah dengan Yang Hao, tampaknya Su Yabing belum pernah bekerja. Dia hanya mengatakan bahwa dia memiliki latar belakang keluarga yang baik. Tapi, aku dengar keluarganya miskin. Apa mungkin dia bisa menyewa apartemen semewah ini?"

Setelah terdiam beberapa saat, Mo Shiqian di sebelahnya menjawab, "Ini adalah apartemen Tuan Mo."

Chi Huan menggigit bibirnya. Ia terdiam beberapa saat, lalu tersenyum hambar. "Ini sebuah kemajuan yang pesat. Padahal, dia belum memberitahuku untuk memutuskan pertunangan."

Saat itu, Chi Huan sudah sempat berpikir bahwa urusan perceraian Su Yabing akan membuat Mo Xigu kembali pada Su Yabing dan membatalkan pernikahan mereka. Selain itu, ia berpikir bahwa dirinya memang tidak bisa meraih cinta sejatinya.

"Apakah Anda ingin naik ke lantai atas?" tanya Mo Shiqian, memandang Chi Huan dari kaca.

"Tidak perlu. Kita pulang saja," jawab Chi Huan acuh tak acuh. Sebagai seorang bintang besar dan seorang anak walikota, ia tidak mau memancing perhatian media dan wartawan.

"Masalah Tuan Mo dan Su Yabing, biarkan orang lain tahu dengan sendirinya. Apakah Anda berniat membatalkan pernikahan?" tanya Mo Shiqian.

Chi Huan diam beberapa saat, sebelum kembali bertanya, "Yang Hao saat itu menjemputku di 1999. Apakah kamu sudah menyelidiki kasus ini?"

"Tuan Mo tidak tahu soal kasus ini."

"Jadi, kejadian itu benar-benar murni kesialanku?"

Mo Shiqian terdiam sejenak, kemudian menjelaskan, "Saya sudah menyelidikinya. Setelah Anda menelepon Tuan Mo hari itu, dia meninggalkan ruangan Su Yabing dan bersiap menjemput Anda. Ketika para bodyguard memanggil perawat, Yang Hao masuk ke kamar. Saat itulah, Tuan Mo kembali ke kamar Su Yabing untuk mengusir Yang Hao."