webnovel

Butuh Aku Gendong?

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Chi Huan terus berjongkok seperti itu hingga kakinya terasa mati rasa. Akhirnya, ia pelan-pelan mengangkat kepalanya. Saat itu, sosok seseorang berpostur tinggi berdiri di hadapannya. Ia bisa melihat kaki panjang dan tubuh tegap sosok itu. Ternyata, pria itu adalah Mo Shiqian yang menatapnya dengan acuh tak acuh. Kemudian, Mo Shiqian memasukkan satu tangannya ke saku lalu menatapnya dengan tatapan lembut.

Melihat Chi Huan yang terus bersandar karena masih belum kuat berdiri, Mo Shiqian bertanya, "Butuh saya gendong?"

Selama bertahun-tahun, Mo Shiqian tidak jarang memeluknya. Chi Huan pun memegangi lengan Mo Shiqian, lalu berkata, "Tolong bawa aku duduk ke sana pelan-pelan."

Chi Huan berkata seperti itu sambil menggerakkan kakinya pelan-pelan. Mo Shiqian pun mengulurkan tangannya, lalu menggendongnya berjalan ke kursi yang tak jauh dari sana. Kemudian, Chi Huan memandang wajah dingin dan tampan pria yang ada di sampingnya. Ia berpikir bahwa meskipun Mo Shiqian adalah bodyguard-nya, bukankah ini terlalu dekat? Lagi pula, ia hanya merasa kakinya mati rasa, bukan terluka.

Mo Shiqian menurunkan Chi Huan dan membantunya duduk. Ia menatap Chi Huan, lalu berkata, "Apakah ada sesuatu yang ingin Nona ceritakan?" Kemudian, ia bertanya lagi, "Apakah Anda baik-baik saja?"

"Dia datang kemari dan ingin memajukan tanggal pernikahan," terang Chi Huan sambil menundukkan kepalanya.

Suasana hening sejenak. Kemudian, Mo Shiqian tersenyum karena hal ini seperti di luar dugaannya. "Memajukan pernikahan?"

"Aku sudah berjanji padanya."

"Sepertinya, pekerjaan saya akan segera selesai dengan cepat," kata Mo Shiqian sambil tersenyum.

Jika tanggal pernikahan ditetapkan lebih awal, itu berarti secara tidak langsung tugas Mo Shiqian sebagai bodyguard Chi Huan akan segera selesai. Memikirkan hal ini membuat Chi Huan mengerutkan kening. Namun, ia tidak mengatakan apa-apa.

"Kamu datang kemari mencariku? Apakah ada masalah?" tanya Chi Huan.

"Tidak ada."

"Mo Xigu bilang Su Yabing sudah tidak tinggal di apartemennya. Apakah itu benar?"

"Saya pikir karena Tuan Mo jarang bicara, Anda akan langsung percaya."

Chi Hua mengerutkan keningnya. "Karena kamu ada di sini, itu sebabnya aku bertanya padamu."

"Iya. Dia sudah pergi dan tidak tinggal disitu lagi."

Chi Huan mengangguk. Karena kakinya sudah berangsur membaik dan tak lagi mati rasa, ia pun berdiri. "Aku mau kembali untuk makan malam. Jika tidak ada masalah, kamu juga kembalilah," katanya, kemudian berbalik badan.

"Nona..."

Chi Huan menoleh dan menatap Mo Shiqian. "Ada apa lagi?"

Mo Shiqian menatap Chi Huan dengan tenang dan berbicara dengan suara lembut, "Saya tidak akan datang di hari pernikahan Anda. Apakah saya perlu menyiapkan kamar pengantin dan obat untuk Anda terlebih dahulu?"

Angin yang bertiup sepoi-sepoi di sana membuat dedaunan bergesekan hingga menimbulkan bunyi gemerisik. Chi Huan hanya menatap Mo Shiqian tanpa bergerak sedikitpun. Mo Shiqian menundukkan kepalanya dan tetap berbicara dengan nada tenang, "Jika Anda membutuhkan saya, silahkan telepon. Saya pergi dulu."

———

Keesokan harinya, Chi Huan masih belum keluar. Namun, Mo Xigu sudah datang terlebih dahulu. Chi Huan memakai riasan sederhana sebelum ia pergi dengan Mo Xigu. Di lantai bawah, Mo Xigu segera membukakan pintu samping kemudi untuk Chi Huan. "Bukankah aku bilang bahwa aku akan mencarimu?"

Mo Xigu menatap Chi Huan sambil tersenyum. "Iya, kamu memang berkata begitu. Tapi, aku tidak bilang bahwa aku akan menunggumu mencariku."

Chi Huan menundukkan kepalanya untuk memasang sabuk pengaman. Lalu, ia menatap pria itu. "Kamu mau membawaku ke mana?"

"Pergi melihat rumah baru," jawab Mo Xigu yang mulai menyalakan mesin.

"Rumah baru?"

Saat Mo Xigu sudah mulai menyetir mobil, ia melirik gadis yang duduk di sebelahnya. "Bukankah setelah menikah nanti, kamu akan tinggal bersamaku?"

"Oh... Tentu saja. Tapi, kamu belum pernah membahas ini sebelumnya," kata Chi Huan sambil mengerutkan kening.

Mo Xigu yang fokus menyetir dengan kedua tangannya sekilas melirik Chi Huan. "Apakah karena sebelumnya aku belum pernah menciummu? Jadi, ketika aku menciummu, kamu merasa tidak nyaman?"

"Mungkin..."

———

Rumah baru itu merupakan vila yang bernama Moxi. Lokasi dan lingkungannya begitu bagus. Vilanya tidak terlalu besar, tapi cukup untuk pengantin baru. Chi Huan melipat tangannya dan berdiri di tengah rumput sambil menatap vila itu. Kemudian, ia berkata, "Aku ingin memelihara seekor anjing dan seekor kucing. Apakah kamu suka memelihara hewan?"

Mo Xigu yang saat itu mengenakan jas abu-abu elegan kini memandang Chi Huan sambil tersenyum ringan. Ia pun menjawab, "Suka. Jika kamu ingin memeliharanya, pelihara saja."

Chi Huan langsung menyunggingkan senyum. "Baiklah. Mari kita pergi ke toko hewan peliharaan setelah kembali dari Eropa."

Mo Xigu memandang senyuman tulus dan lembut Chi Huan. "Baiklah."

Pada saat ini, Mo Xigu berpikir bahwa sepertinya hidup selamanya dengan wanita seperti Chi Huan bukanlah hal yang buruk. Beberapa orang yang sukses dalam karir mungkin masih kesusahan untuk sukses dalam percintaan. Lagipula, kehidupan cinta mungkin berawal dari perasaan yang ditanamkan di lubuk hati, bukan karena ia selalu ada di sampingmu.

Masih kurang satu minggu sebelum pernikahan dilangsungkan. Karena itu, Mo Xigu berusaha untuk selalu bersabar menghadapi Chi Huan. Setelah melihat rumah baru, ia menemani Chi Huan makan sepanjang hari. Kemudian, ia menemani Chi Huan membeli pakaian, tas, dan perhiasan. Tak peduli seberapa mahal barang yang dipilih oleh Chi Huan, Mo Xigu akan tetap menggesekkan kartu ATM-nya.

Bahkan, saat Mo Xigu akan membawa Chi Huan membeli cincin perkawinan di pagi hari, ia membawakan banyak mawar merah untuk Chi Huan. Saat melihatnya, Chi Huan langsung menerima bunga tersebut dengan wajah merona merah. Sambil tersenyum, ia berkata, "Terima kasih."

Mo Xigu menundukkan kepalanya sambil tersenyum. "Tidak ada hadiah?"

Chi Huan terpaku sesaat. Kemudian, ia mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipi Mo Xigu dan menciumnya. Setelah itu, ia mundur dua langkah dan tersenyum, "Kamu tunggu di sini dulu. Aku akan menaruh bunga-bunga ini di vas dan kita bisa pergi setelah selesai berkemas," kata Chi Huan.

Chi Huan cepat-cepat berlari kembali ke ruang tamu. Setelah menemukan vas, Chi Huan meletakkan bunga itu ke vas dengan hati-hati. Sementara itu, ponsel yang ada di saku Mo Xigu tiba-tiba berdering. Ia mengeluarkan ponselnya dan mengerutkan kening ketika melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Ia menjawab panggilan itu dan berjalan menuju balkon.

"Ada masalah apa?" tanya Mo Xigu.

Di seberang sana, terdengar suara asisten yang sedang cemas. "Tuan, kami telah menerima berita tentang Nona Su. Yang Hao baru saja menelepon. Ia bilang bahwa Nona Su bunuh diri dan meminta Anda untuk menyelamatkannya."

Bunuh diri??? batin Mo Xigu terkejut. Tatapan dan nada bicara Mo Xigu seketika menjadi dingin. "Bunuh diri? Ibuku sudah berjanji kepadaku bahwa selama aku bersedia menikahi Chi Huan, dia tidak akan menganggu Su Yabing walau hanya menyentuh sehelai rambutnya."

"Sepertinya, Nyonya sengaja mempertemukan Yang Hao dan Nona Su lalu memberi mereka obat. Saya pikir, Nona Su bereaksi terlalu keras dan menggunakan pisau buah untuk memotong pergelangan tangannya," terang asisten itu.