webnovel

Tipu Muslihat Sandra

Saat pulang sekolah, Arsen seperti tidak ada gairah sama sekali. Dia tidak bisa tenang saat ini karena sejak tadi tidak berbicara sama sekali dengan Cahya saat di sekolah. Sandra yang menyadari jika sejak tado Arsen tidak bicara sama sekali semakin kesal. Pasalnya dia seperti tidak dihiraukan oleh Arsen selama di perjalanan.

"Sayang, kok kamu diem aja sih dari tadi? Kenapa?" tanya Sandra sambil memeluk erat tubuh Arsen. Saat ini mereka sedang berada di perjalanan menuju ke rumah Sandra. Hampir setiap hari saat mereka sudah resmi berpacaran Sandra selalu meminta pada Arsen untuk diantar pulang. Terkadang membuat Arsen sendiri lelah sebab dia juga ingin istirahat sehabis pulang sekolah.

"Nggak ada, kalau aku ngomong juga nggak bakalan denger kok. Lagi malas teriak-teriak," jawab Arsen seadanya karena dia memang malas berteriak di atas motor. Sepertinya Arsen tampak tidak semangat untuk hari ini.

"Kamu nggak lagi mikirin Cahya kan?" tanya Sandra tiba-tiba, dia tidak suka saat tahu Arsen dekat dengan Cahya. Bahkan Sandra sangat kesal pada Arsen karena selalu menceritakan tentang Cahya selalu. Sandra tidak suka itu.

"Kenapa memangnya? Kok tiba-tiba nanya gitu?" tanya Arsen sambil mengeraskan suaranya. Suara motor lain yang ada di jalanan membuatnya tidak bisa mendengar suara Sandra.

"Kali aja kamu kepikiran sama Cahya karena seharian ini kalian nggak bareng. Makanya kamu mikirn dia, emangnya beneran?" tanya Sandra memastikan. Dadanya sudah bergemuruh saat menyebut nama Cahya. Entah kenapa saat mendengar nama Cahya saja membuat Sandra tidak suka. Karena Cahya selalu ada dan dekat dengan Arsen sejak awal masuk ke sekolah itu. Saat itu Sandra begitu kesal sebab dia juga sangat suka dengan Arsen. Hanya saja dia tidak bisa menunjukkan sikapnya pada Arsen bahwa dia mempunyai perasaan yang sama juga. Sandra masih menjaga imagenya sebagai perempuan yang tidak mau menyatakan cinta terlebih dulu. Dan di saat Arsen menyatakan perasaannya padanya betapa bahagianya perasaan Sandra saat itu. Ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan.

Arsen tidak menyahut ucapan Sandra barusan. Bukan hanya sekali dua kali saja Sandra berkata demikian. Sandra selalu cemburu saat Arsen berada di dekat Cahya. Padahal menurut Arsen Cahya tidak pernah mengganggunya jika dirinya dengan Sandra tetapi entah kenapa Sandra yang bersikap terlalu posesif.

***

Sesampainya di rumah Sandra, Arsen langsung menghentikan motor sportnya tepat di depan gerbang rumah Sandra. Arsen sudah sering keluar masuk ke dalam rumah Sandra sebab Sandra yang selalu mengajaknya masuk karena ada mama dan papanya. Arsen pun selalu menurut. Namun tidak untuk kali ini sebab dia akan main futsal sore nanti.

"Yank, nggak mampir dulu nih ke dalam? Makan siang bareng sama mama," tawar Sandra saat dia sedang melepas helm milik Arsen, sebenarnya Sandra tidak pernah sama sekali naik motor saat dia belum pacaran dengan Arsen. Dia selalu di antarkan oleh sopir pribadinya.

"Aku nggak bisa mampir dulu deh kayaknya. Maaf banget ya Sayang? Nanti diajak main futsal sama temen-temen," sahut Arsen, dia meletakkan helm yang digunakan Sandra tadi di bagian belakang.

"Yah, padahal aku masih pengen nih deket sama kamu terus. Bawaannya kangen," ucap Sandra dengan wajah yang menggemaskan. Arsen tersenyum sambil mengacak rambut Sandra pelan karena gemas melihat tingkah Sandra yang seperti itu. Tetapi jika Sandra sudah cemburu dengannya yang dekat ataupun menegur sapa dengan Cahya terkadang Arsen merasa kesal sendiri dan tidak begitu suka. Seharusnya Sandra juga bisa dekat dengan Cahya. Daripada mencurigainya yang tidak-tidak.

"Kan besok ketemu lagi di sekolah. Lagian kemarin kamu nggak mau diajak ke bioskop buat nonton." Arsen menjawab perkataan Sandra sambil menatap wajah Sandra yang terlihat seperti mengiba padanya.

"Tapi kan aku kemarin malas keluar, malah kamu yang keluar sama Cahya. Aku kayak merasa diselingkuhin kamu tau nggak kalau kamu sama Cahya terus." Sanra melayangkan protesnya tentang Cahya lagi yang dekat dengan Arsen.

"Itu lagi sih yang dibahas Yank, kan aku dah bilang sama kamu kalau dia itu sahabat aku dari masih kecil. Jadi kamu nggak usah curigaan gitu deh, makanya kamu ikut dekat dengan Cahya juga. Biar kamu tau dia gimana. Dia menggoda aku apa nggak," jelas Arsen sekali lagi agar Sandra tidak curiga dan marah tentang Cahya.

'Sapa juga yang mau deket dan temenan sama Cahya. Ogah.' Sandra hanya bisa menjawabnya dalam hati.

"Ya kalau dia mau, kalau nggak mau aku nggak akan maksa. Kemarin dan tadi aja aku sapa dia nggak mau jawab," sahut Sandra yang tentu saja hanya dusta saja karena dia tidak ingin dekat dengan Cahya sama sekali.

"Kamu yakin kalau dia nggak mau sama kamu? Perasaan Cahya nggak gitu deh Yank. Kenapa kamu bilang dia nggak mau sapa kamu?" tanya Arsen yang merasa tidak percaya dengan ucapan Sandra barusan. Karena setahunya Cahya adalah anak yang ramah dan mudah bergaul dengan siapa saja. Sangat berbanding terbalik dengan apa yang dikatakan Sandra barusan.

"Iya, ngapain sih aku bohong. Ya udah sana pulang. Katanya mau main futsal. Aku masuk dulu, mama pasti udah nungguin," ucap Sandra seraya menyuruh Arsen pulang agar tidka membahas Cahya lagi. Sandra sudah muak dan kesal. Arsen pun lantas segera memasang helm full facenya karena dia ingin segera tiba di rumahnya yang lumayan jauh dari rumahnya. Sebenarnya dia sudah diberi ultimatum oleh bundanya agar tidak terlalu memanjakan Sandra saat pulang sekolah. Sebab jarak rumahnya dan rumah Sandra lumayan jauh dan tidak searah. Sedangkan rumahnya dengan rumah Cahya sangat dekat. Sehingga bundanya lebih memilih Arsen pulang bersama Cahya saja. Tetapi Arsen tidak ingin membuat kekasihnya kecewa.

Tak lama kemudian Arsen sudah berada di tengah perjalan menembus padatnya jalanan kota yang saat itu sedang panas sekali. Arsen ingin segera tiba di rumahnya sehingga dia melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Namun saat sedang fokus mengendarai motornya, Arsen teringat dengan Cahya yang kemarin hampir seharin dengannya dan tadi tidak ada percakapan sama sekali. Setelah bermain futsal nanti rencananya akan menemui Cahya sebentar saja untuk mengetahui kabar gadis itu. Apakah dia dimarahi oleh ibunya tadi malam saat dia pulang kehujanan. Karena tadi malam Cahya tidak mengizinkan dirinya untuk bertemu dengan ibunya untuk menjelaskan sesuatu agar Cahya tidak dimarahi.

Hingga tanpa terasa motornya kini sudah masuk ke dalam halaman rumahnya yang sangat luas. Gerbang di depan rumahnya yang tinggi itu di tutup kembali oleh pak Asep yang bertugas sebagai merawat tanaman di rumah Arsen.

"Sayang kamu dari mana aja sih kok baru pulang, padahal tadi mama nggak sengaja liat Cahya udah pulang dari tadi?" tanya Bundanya saat Arsen sudah masuk ke dalam rumahnya sambil mencium punggung tangan mamanya dengan takzim.

"Biasa Ma, antar Sandra dulu."