webnovel

Ancaman Sandra

Keesokan harinya Cahya kembali ke sekolah meski tubuhnya terasa lelah karena terkena hujan kemarin. Hari ini Cahya sedikit berlari menyusuri koridor sekolahan agar tidak terlambat mengikuti upacara bendera hari senin. Kebetulan sekali dia sudah dekat dengan kelasnya sehingga langsung meletakkan tasnya dengan cepat.

"Ca!" panggil Nico saat dia tahu ada Cahya yang terlambat. Nico juga datang terlambat sebab motornya tadi kehabisan bensin di jalan sehingga dia harus menuntunnya hingga ke tempat pom bensin yang letaknya lumayan jauh. Mendapati ada Cahya yang baru datang juga membuat Nico merasa senang. Sedangkan semua murid yang lain sudah berkumpul di lapangan.

Cahya yang mendengarkan panggilan dari Nico langsung berhenti. Dia membalikkan badanya untuk menunggu Nico yang saat ini sedang berjalan mendekatinya.

"Ada apa Nic?" tanya Cahya. Dia sudah tidak sabar ingin ke lapangan tetapi Nico malah memanggilnya untuk berhenti.

"Lo juga baru dateng? Tunggu dong!" ucap Nico sambil berusaha untuk mengejar langkah Cahya. Kini keduanya sudah saling berhadapan. Senin pagi yang cerah, itulah yang dirasakan oleh Nico kali ini sebab dia bisa bertatap muka sedekat itu dengan Cahya. Gadis yang disukainya dalam diam. Tetapi perasaannya itu selalu dihalang-halangi oleh Arsen.

"Ayo buruan Nic! Kita udah telat nih kayaknya," sahut Cahya sambil melanjutkan langkahnya lagi. Nico pun ikut di belakangnya.

Tak lama kemudian mereka berdua kini sudah berada di lapangan. Mereka semua yang sudaha berbaris langsung menoleh saat ada Nico dan Cahya yang baru saja tiba.

"Cie, barengan nih. So sweet banget sih lo Nic!" ucap salah satu teman sekelasnya. Nic langsung meninju lengan temannya yang bernama Rangga. Sedangkan Cahya tampak tak peduli dan langsung mencari barisan teman sekelasnya.

Upacara belum dimulai, Cahya merasa sedikit lega karena dia tidak akan dihukum. Akhirnya Cahya sudah tiba di barisan paling belakang tepat di samping Sandra. Cahya lalu tersenyum sambil menyapa Sandra yang menatapnya sejak tadi. Tetapi tatapan Sandra tidak ada senyuman sama sekali. Membuat Cahya tersentak. Apa salahnya sehingga Sandra seperti itu?

"Kenapa baru dateng Ca?" tanya Sandra namun wajahnya tidak menoleh sama sekali kepada Cahya melainkan menuju ke depan. Di mana semua petugas upacara sedang bersiap-siap untuk melakukan tugas mereka masing-masing.

"Biasa, di rumah masih sibuk bantu ibu tadi," sahut Cahya, dia merasa sedikit heran dengan Sandra. Tidak ramah seperti biasanya.

"Nggak karena kecapean kemarin kencan di bioskop?" ucap Sandra yang meledek Cahya sehingga membuat Cahya tersentak. Kenapa Sandra bisa mengatakan seperti itu.

"San?" panggil Cahya yang kurang tahu kenapa Sandra seperti marah. Apakah Sandra cemburu padanya?

"Kemarin kenapa mau diajak Arsen? Cahya, aku ingatkan sama kamu jangan dekat-dekat dengan Arsen. Kamu pikir aku nggak cemburu liat kamu deket-deket sama Arsen? Dia itu pacar aku Ca," ucap Sandra yang pada akhirnya menoleh dan mengeluarkan unek-uneknya sejak tadi. Dia kesal saat kemarin Arsen ternyata mengajak Cahya. Dari mana Sandra tahu, Arsen sendiri yang mengatakan jika dia memang mengajak Cahya dan izin. Sandra tidak bisa menolak ataupun melarang sebab dia tidak ingin menjadi buruk di depan Arsen jika dirinya melarang Arsen mengajak Cahya.

Cahya merasa sesak, matanya berkaca-kaca seperti akan menangis. Dia tidak menyangka jika Sandra akan marah padanya. Suara pemimpin upacara di depan yang memulai upacara membuat Cahya tidak fokus untuk mengikuti upacara pagi ini. Telinganya mendadak berdengung karena dimarahi oleh Sandra. Cahya merasa bersalah, dia seperti orang yang kedapatan sedang merebut kekasih orang lain.

Cahya lebih baik diam, dia tidak berani menjawab perkataan Sandra sebab dia kemarin memang keluar dengan Arsen ke bioskop. Cahya menyesal, harusnya dia lebih mementingkan perasaan Sandra dari pada dirinya yang merasa sangat senang saat bisa dekat dengan Arsen.

***

Semua murid sudah mengikuti semua pelajaran hari ini. Sehingga sudah saatnya mereka semua pulang. Cahya yang tidak ingin dipanggil oleh Arsen seperti biasanya lebih memilih untuk keluar lebih dulu. Dia sedang tidak ingin membuat Sandra cemburu lagi. Tadi saat selesai upacara Sandra mengancamnya agar tidak mengatakan apapun kepada Arsen tentang dirinya yang melarang untuk dekat dengan Arsen dan menyuruh Cahya untuk menjauh dari Arsen. Cahya berusaha untuk bersabar dan tidak ingin membuat Sandra salah paham lagi.

Akhirnya Cahya sudah lebih dulu keluar dari halaman sekolah. Dia tidak bertemu dengan Arsen sama sekali. Apalagi tadi saat istirahat. Cahya sibuk menghabiskan waktu di perpustakaan. Tujuannya agar tidak ada yang tahu dan mendekatinya. Baik Arsen maupun Nico yang akhir-akhir ini mendekatinya.

Sementara itu, kini Arsen sudah keluar bersama Nico dan ada Sandra juga tentunya yang menunggu kelas Arsen bubar. Nico menoleh ke kanan kiri untuk mencari keberadaan Cahya. Begitu juga dengan Arsen yang tidak menemukan Cahya sejak tadi. Bahkan dia hanya melihat Cahya saat upacara tadi. Itupun hanya dari jauh dan tidak ada saling sapa karena memang sedang ramai sekali.

"San, di mana Cahya? Kok nggak ada?" tanya Nico, dia ingin sekali pulang bersama Cahya namun dia tidak bertemu Cahya sama sekali setelah pagi tadi bertemu saat akan ke lapangan mengikuti upacara.

"Nggak tau, ada apa sih nanya Cahya? Lo naksir dia ya? Buruan aja sih kalau suka sama dia, biar nggak kalah lo," jawab Sandra yang membuat Nico agar segera menyatakan perasaannya pada Cahya. Sandra tahu jika Nico memang menyukai Cahya sehingga dia berkata seperti itu. Supaya Cahya tidak bisa dekat lagi dengan Arsen.

"Wah emang temen baik lo, makasih sarannya. Secepatnya gue akan nembak Cahya kok." Nico berkata dengan jumawa. Namun Arsen hanya diam saja sejak Sandra dan Nico membahas Cahya. Entah kenapa dia seperti tidak suka saat Nico mengatakan ingin menyatakan perasaannya pada Cahya.

"Iya dong, kan gue emang tau kalau lo suka sama dia. Makanya cepetan biar nggak jomblo lo. Kita biar bisa double date. Ya kan Sayang?" ucap Sandra sambil tangannya memeluk lengan Arsen dengan erat. Arsen tersenyum sambil mengangguk.

"Lo serius sama Cahya Nic?" tanya Arsen akhirnya penasaran dengan tujuan Nico dan perasaannya. Dia hanya takut jika Nico mempermainkan perasaan Cahya saja. Sebab selama ini Cahya tidak pernah dekat ataupun pacaran. Sehingga Arsen merasa tidak tega jika nantinya Nico akan menyakiti Cahya.

"Ya serius lah, makanya gue selalu pepet dia. Lo jangan ngalang-ngalangin gue lagi," jawab Nico. Mereka bertiga kini berjalan menuju parkiran. Sementara itu Sandra tersenyu penuh kemenangan karena Nico akan menyatakan perasaannya dengan Cahya sehingga dengan begitu Arsen tidak ada celah untuk mendekati Cahya. Begitu pun sebaliknya.