webnovel

Kencan Arsen dan Sandra

Hari terus berlalu, Arsen merasa jika dirinya sangat jauh dari Cahya. Bahkan dia hampir tidak pernah berbicara lagi dengan Cahya pun tidak pernah berangkat ke sekolah bersama. Arsen merasa ada yang hampa dalam jiwanya yang menyeruak hingga ke permukaan. Dia tidak menyangka jika kehadiran Cahya dalam kesehariannya membawa pengaruh bagi moodnya. Padahal dia sudah merasa senang dan jatuh cinta dengan Sandra. Tapi kenapa dia tidak merasa terhibur saat seperti ini. Saat ini Arsen dan Sandra sedang berada di sebah café untuk menghabiskan malam minggunya. Entah kenapa berada di kafe seperti itu membuat dia malah tampak begitu asing. Sebab saat bersama Cahya, Arsen selalu makan di tempat sederhana seperti permintaan Cahya.

"Sayang, kok melamun. Lagi mikirin apa?" tanya Sandra yang sedang memainkan sedotan di gelas yang masih terisi minumannya. Sandra merasa jika Arsen sedang memikirkan sesuatu sehingga atensinya tidak fokus padanya. Membuat Sandra sedikit merasa kecewa dengan apa yang terjadi pada Arsen. Harusnya Arsen merasa senang karena sudah bermalam minggu dengannya.

Arsen mendongak dan meletakkan ponselnya di atas meja. Lalu dia meraih gelas yang ada di hadapannya yang berisi jus alpukat. Manik mata hitamnya kini menatap Sandra secara intens. "Nggak ada, aku lagi balas pesannya Eza. Nanyain lomba basket," sahut Arsen agar Sandra tidak marah padanya. Ya, Arsen memang sedang membalas pesan dari Eza. Sehingga dia tidak fokus memperhatikan Sandra.

"Kapan lombanya? Kok aku nggak denger ada lomba?" tanya Sandra yang memang tidak tahu jika di sekolahnya akan diadakan lomba basket. Karena yang dia tahu hanya event cheerleaders yang biasa akan diadakan saat ada lomba.

"Masih bulan depan," sahut Arsen. Sandra tampak mengangguk.

"Pantesan di tim aku belum bahas soal kapan akan tampil. Biasanya si Desti ngasih info," lanjut Sandra, tim yang dimaksud adalah timnya cheerleaders. Biasanya Sandra memang menyemangati tim basketnya Arsen. Di situlah mereka bisa saling kenal. Karena Sandra merupakan siswi populer dan Arsen juga. Sebenarnya Cahya juga merupakan siswi yang banyak disukai oleh para siswa di sekolahnya. Namun gadis itu seperti menutupi dirinya sendiri dan tidak ingin mengenal cowok lain selain Arsen.

"Kenapa belum dibahas? Biasanya kan udah dari jauh hari bahasnya. Mulai dari kostum sama latihannya kan?" tanya Arsen. Arsen pun tahu tentang tim cheerleadresnya Sandra.

"Aku juga enggak tau, mungkin karena aku jarang ikut kumpulan jadi mereka enggak ada share info di gurp. Jadi aku ketinggalan info. Oh ya, itu lomba antar kelas apa antar sekolah?" tanya Sandra lagi, dia sangat senang saat bersama Arsen karena selalu ada saja obrolan yang layak dibicarakan di antara mereka berdua. Arsen sendiri selalu menanggapinya dengan senang.

"Antar sekolah, tapi lawan mainnya nanti berat banget deh kayaknya. SMA 2 Harapan Bangsa," jelas Arsen, dia masih belum pernah beradu dengan tim basket dari sekolah tersebut yang disebut selalu mendapat juara umum saat mengadakan lomba basket.

"Ih cowoknya keren-keren banget sekolahan itu," ucap Sandra tanpa sadar jika telah memuji cowok lain. Sehingga dia mendapat tatapan tajam dari Arsen baru Sandra menyadarinya.

"Oh jadi kamu mau ngelirik cowok dari SMA 2 Harapan Bangsa?" tanya Arsen sambil menatap tajam, tetapi dia hanya menakut-nakuti saja. Tidak marah sungguhan, sebab saat itu Sandra sudah merasa bersalah dan takut.

"Enggak, aku Cuma denger dari anak-anak yang lain aja sih. Kan ada yang pacaran sama anak sekolah sana," jawab Sandra, dia merasa takut saat Arsen melihatnya seperti itu. Tanpa senyuman.

Tanpa terasa Arsen dan Sandra sudah menghabiskan waktu selama dua jam di kafe tersebut. Kini waktunya Arsen mengajak Sandra pulang. Arsen tidak ingin jika dia dimarahi oleh kedua orang tua Sandra karena dia mengajak Sandra sampai malam.

Saat di perjalanan, Sandra ingat sesuatu. Dia teringat akan pesan mamanya jika minggu depan akan mengadakan acara ulang tahun pernikahan dan Arsen disuruh datang ke acara mamanya.

"Sayang, tadi mama pesan ke aku. Kalau kamu disuruh datang ke acara ulang tahun pernikahannya mama minggu depan. Kamu mau ya?" ucap Sandra seraya meminta pada Arsen agar mau datang. Posisi mereka saat ini sedang berada di atas motor dengan tangan Sandra yang sedang memeluk erat perut Arsen.

"Kalau enggak ada acara nanti aku akan datang kok, tolong sampaikan ke tante," sahut Arsen, Sandra tersenyum senang. Dia merasa lega karena Arsen mau datang ke acara ulang tahun pernikahan mama dan papanya. Sandra adalah anak tunggal sehingga dia sangat disayang oleh mama dan papanya.

Hingga akhirnya kini motor sport Arsen sudah tiba di depan rumah Sandra. Arsen berhenti tepat di depan gerbang yang tinggi. Rumah Sandar termasuk besar sehingga pagarnya pun menjulang tinggi. Hampir sama dengan rumah Arsen karena kedua orang tua Sandra merupakan seorang pebisnis juga sama seperti kedua orang tua Arsen.

"Enggak mampir dulu nih?" tanya Sandra menawarkan Arsen agar mau mampir ke rumahnya terlebih dulu.

"Enggak usah, ini udah malam. Nanti bunda nanyain kenapa aku pulang malam banget. Entar aku dikira main yang enggak bener," tolak Arsen dengan halus agar Sandra tidak marah dan tersinggung saat dia tidak mau mampir ke rumahnya.

"Kalau gitu makasih ya Sayang untuk malam ini," ucap Sandra, dia lalu mendekat dan mencium pipi Arsen tiba-tiba sehingga membuat Arsen terkejut saat melihat Sandra yang berani mencium pipinya. Sandra tampak tersipu malu setelah itu sehingga dia langsung lari ke dalam sambil membuka gerbang. Arsen lalu menyentuh pipinya yang baru saja dikecup oleh Sandra sehingga dia pun langsung tersenyum tanpa sengaja.

***

Setibanya dari rumah Sandra, Arsen tidak langsung pulang ke rumahnya. Dia melajukan motornya menuju ke rumah Cahya yang tidak berada jauh dari rumahnya. Arsen saat ini sedang ingin memberikan martabak kesukaan Cahya yang biasa dibeli oleh gadis itu jika keluar bersamanya. Entah kenapa saat melihat ada penjual martabak di pinggir jalan tadi dia teringat akan Cahya yang selama ini selalu menemaninya hampir setiap hari. Cahya lah orang yang selama ini sangat perhatian padanya.

Kini motor sport berwarna merah itu sudah berada di depan rumah Cahya. Arsen tidak berhenti tepat di rumahnya. Karena dia tidak ingin jika kedua orang tua Cahya tahu. Jika tahu maka Cahya akan dimarahi habis-habisan oleh ibunya.

Arsen mengirimi pesan pada Cahya, memberitahu jika dirinya ada di depan. Arsen menunggu balasan, tetapi tidak dibalas oleh Cahya. Tetapi pesannya sudah dibaca sehingga membuat Arsen kecewa. Namun beberapa menit kemudian pintu rumah Cahya terbuka dan pelakunya adalah Cahya. Arsen langsung tersenyum lebar sedangkan Cahya hanya mengerutkan dahinya pertanda bingung ada apa Arsen datang ke rumahnya malam ini.