webnovel

Rasa bersalah Arsen

Keesokan harinya, Cahya tidak berangkat sekolah. Tubuhnya terasa panas dan menggigil karena tadi malam ibunya menghukum Cahya di dalam kamar mandi akibat pulang malam.Cahya menangis dalam diam di kamarnya sendirian. Dia merasa lelah dengan kehidupannya yang begitu menyedihkan. Cahya ingin bebas seperti remaja pada umumnya dan tidak dikekang seperti itu. Sebenarnya kedua orang tuanya tidak setuju jika Cahya sekolah. Mereka ingin Cahya bekerja mencari uang saja sementara kakaknya saja yang kuliah. Tentu saja Cahya tidak setuju. Dia akan memperjuangkan pendidikannya meskipun dia tidak ada yang membiayai. Cahya tidak akan menyerah begitu saja. Ingin sekali Cahya kabur dari rumah dan pergi yang jauh dari keluarganya. Namun Cahya tidak tahu akan pergi kemana dirinya jika kabur dari rumah. Sementara dia tidak tahu kehidupan di luar seperti apa.

Sementara itu ibunya sudah berteriak dari luar kamar saat Cahya tak kunjung keluar. Sengaja Cahya tidak keluar dan mengunci pintunya dari dalam karena dia tidak ingin ibunya menyuruhnya melakukan apapun pekerjaan rumah. Karena Cahya ingin istirahat sejenak agar tubuhnya terasa fit dan ringan kembali seperti semula.

"Cahya! Keluar kamu, dasar anak tidak tau diuntung kamu ya. Jam segini bukannya bangun malah di dalam kamar masih tidur. Makanya kalau malam jangan keluyuran," teriak ibunya dari luar kamar, Cahya menutup telinganya agar tidak mendengar teriakan ibunya yang sejak tadi tidak berhenti mengganggunya. Terkadang Cahya iri dengan kakaknya yang tidak pernah disuruh melakukan pekerjaan rumah dan dimarahi seperti dirinya. Cahya ingin dimanja juga seperti kakaknya. Namun sejak dulu dia tidak pernah merasakan dimanja oleh kedua orang tuanya. Mereka sangat menyayangi kakaknya.

Hingga tenggorokan Cahya terasa tercekat karena menahan tangis sendirian di dalam kamar. Untuk hari ini dia sangat menyayangkan dirinya yang tidak bisa sekolah. Karena dirinya tidak kuat mengayuh sepeda. Cahya takut jika dirinya akan ambruk karena terasa pusing akibat tamparan ibunya sebanyak tiga kali bahkan lebih karena Cahya sendiri tidak menghitungnya.

***

Sementara itu di sekolahan saat ini sudah memasuki jam istirahat. Sandra yang berada di kelas yang sama dengan Cahya menyadari jika hari ini Cahya tidak sekolah. Sandra penasaran kenapa Cahya tidak masuk sekolah hari ini karena dia tidak memberi keterangan sama sekali kepada guru. Sandra pun lantas beranjak dari tempat duduknya dan keluar untuk menemui Arsen dan mengajaknya ke kantin.

Sandra tampak menyusuri koridor sekolahan, lalu dia berhenti di depan kelas Arsen. Kebetulan sekali Arsen baru saja keluar dari kelas, membuat Sandra langsung menyunggingkan senyuman saat melihat Arsen keluar.

"Baru aja aku mau nyusul kamu ke kelas," ucap Arsen sambil tersenyum manis, dia bahagia saat mengingat acaranya tadi malam. Sandra pun membalas senyuman Arsen. Banyak pasang mata yang memperhatikan interaksi keduanya dengan tatapan iri karena Sandra bisa memiliki Arsen, siswa populer yang sangat tampan dan cerdas sekaligus kapten basket.

"Tumben, ada apa? Biasanya aku mesti nungguin dulu nih," tanya Arsen sambil menoel hidung Sandra dengan gemas.

"Hari ini Cahya nggak masuk, ada apa?" tanya Sandra, semenjak dia menjadi kekasih Arsen Sandra mau berteman dengan Cahya karena sebelumnya mereka hanya diam saja meski berada di kelas yang sama.

Arsen terkejut saat mendengar pertanyaan Sandra, karena dia sendiri tidak tahu jika Cahya hari ini tidak sekolah. Seketika ingatannya kembali dengan kejadian tadi malam saat di café. Membuat dirinya merasa bersalah namun juga masih ada rasa kecewa. Biasanya Arsen selalu tahu dengan apa yang terjadi pada Cahya, namun kali ini dirinya tidak tahu sama sekali kenapa Cahya tidak masuk sekolah.

"Beneran?" tanya Arsen memastikan, dia tidak tahu tentang Cahya akhir-akhir dan kemarin dia meminta Cahya untuk datang ke café untuk membantunya. Sejenak membuat Arsen tersadar jika dirinya tidak dekat dengan Cahya lagi setelah pacaran dengan Sandra. Waktunya hanya untuk Sandra.

"Iya, nggak biasanya sih dia bolos. Terus dia juga nggak izin sama guru kelas kalau nggak bisa masuk, nggak ada keterangan sama sekali," terang Sandra. Sedangkan Arsen tampak berpikir tentang keadaan Cahya hari ini.

"Mungkin dia lagi ada acara atau apa, ya udah kita mau ke kantin nggak nih?" tanya Arsen, dia seperti tidak ingin membahas Cahya di depan Sandra. Padahal dia begitu khawatir sekali dengan keadaan Cahya karena tadi malam dia telah marah besar dengan Cahya. Arsen merasa bersalah lkarena Cahya yang pulang lebih dulu dan tanpa pamit padanya hingga dirinya tidak menyadari.

"Aku kayaknya nggak bisa ke kantin deh Yank hari ini, ada PR dan aku belum ngerjain sama sekali," sahut Sandra sambil tersenyum malu karena dia belum mengerjakan PR sama sekali. Karena kemarin pulang sekolah dia lupa mengerjakan dan tadi malam ngantuk setelah pulang dari café bersama Arsen.

"Ish kok rajin banget sih, harusnya pulang sekolah udah dikerjain. Ya udah buruan dikerjain sebelum bel masuk," ucap Arsen sambil mengacak rambut Sandra dengan gemas sehingga membuat Sandra merasa kesal karena rambutnya diacak oleh Arsen sehingga tampak berantakan sedikit.

"Ih kebiasaan deh ngacak rambut aku, berantakan tau," gerutu Sandra yang semakin membuat Arsen merasa gemas. Lalu Arsen hanya tersenyum saja menanggapi Sandra yang demikian.

"Ya udah kalau gitu aku mau ke kantin sama Nico dulu ya?" ucap Arsen lalu Sandra pun membalikkan tubuhnya dan kembali ke kelasnya untuk mengerjakan PR yang belum dikerjakan. Tujuannya tadi keluar hanya ingin menanyakan dimana Cahya yang hari ini tidak masuk tanpa keterangan.

Sementara Arsen kini berjalan menuju ke kantin bersama Nico yang sudah dipanggilnya saat berada di kelas tadi. Mereka berbincang sambil tertawa ringan membahas sesuatu yang membuat mereka selalu cocok satu sama lain dengan obrolannya.

"Sen, lo tadi malam ke café sama Sandra?" tanya Nico pura-pura tidak tahu untuk memastikan apakah sahabatnya itu akan jujur apa tidak dengan kejadian tadi malam saat dia tidak menghiraukan Cahya.

Arsen menatap Nico heran saat Nico tahu tentang dirinya dan Sandra tadi malam. Padahal dia sama sekali tidak memberi tahu pada Nico sama sekali. Lalu mereka langsung duduk dan saling berhadapan karena sudah tiba di kantin, "Kok lo tau? Lo ngikutin gue?" tanya Arsen yang berprasangka buruk.

Nico tertawa, mana mungkin dirinya mengikuti Arsen yang sedang berpacaran dengan Sandra. Seperti tidak ada kerjaan saja. "Gue tadi malam ketemu Cahya di jalan saat dia dihadang para preman yang ada di dekat café itu. Terus gue bantu dia, katanya dia abis dari café karena lo panggil," terang Nico yang membuat Arsen tercengang saat mendengar Cahya tadi malam diganggu oleh para preman. Sehingga membuat dirinya merasa bersalah dengan Cahya.