webnovel

Kecewa

Akhirnya mereka berdua kini tiba di sekolahan. Cahya merasa lega karena ternyata dia tidak terlambat datang ke sekolahan. Begitu juga dengan Arsen, dia merasa lega pada akhirnya bisa datang ke sekolah tanpa ada drama dengan guru BK seperti biasanya. Biasanya mereka berdua sering datang terlambat dan berurusan dengan BK dan itu membuat mereka tertawa cekikikan saat mendapatkan hukuman dari guru. Tapi tidak sering, hanya sesekali saat Cahya harus menyelesaikan dulu urusan rumah sehingga dia mau tidak mau harus menuruti semua keinginan ibunya yang kejam.

"Huh syukurlah Ar, gue kira tadi bakalan dihukum sama Bu Alwa kalau kita telat. Untung aja gue ngayuh sepedah kenceng banget tadi," ucap Cahya dengan napas yang tersengal akibat mengayuh sepedah dengan kecepatan tinggi. Begitu pun dengan Arsen.

"Lo ngayuhnya udah kayak pembalap aja, gue yang cowok masa bisa kalah sih sama lo. Heran gue, tenaga lo kaya samson Ay," sambar Arsen sambil melangkah di samping Cahya agar langkah mereka sejajar. Cahya mendelik kesal mendengar Arsen yang menyamakan dirinya seperti samson. Pantas saja selama ini dia tidak pernah menganggapnya ada sehingga yang ada dalam hatinya hanya Sandra.

"Udahlah diam aja lo, gue mau ke kelas. Bye!" sahut Cahya dan dia kini langsung masuk menuju kelasnya. Tampaknya semua murid sudah masuk ke kelas dan sudah siap untuk ke lab untuk melakukan praktek pelajaran Biologi. Cahya membuka tasnya dan mengambil baju lab warna putih yang biasanya digunakan untuk praktek. Hingga akhirnya bel masuk pun berbunyi dan tak lama kemudian Bu Mira masuk untuk mengajak semua murid masuk ke lab.

"Anak-anak, hari ini pelajaran kita di lab ya minggu ini?" seru Bu Mira pada murid kelas sebelas IPA 2.

"Siap Bu!" sahut semua secara serentak.

Akhirnya semua murid yang ada di dalam kelas berhamburan keluar, Cahya keluar paling akhir dan dia tidak ingin mendahului semua teman-temannya karena di kelas itu hanya dia sendirian yang tidak memiliki teman. Namun Cahya tidak menyadari ternyata di belakangnya masih ada seorang murid laki-laki yang juga keluar paling akhir.

"Ca, bareng. Tunggu!" ucap anak itu. Saat dikelas Cahya dipanggil Ca oleh guru-guru. Karena itu panggilan yang paling udah menurut mereka dan Aya adalah panggilan Arsen untuk Cahya.

Cahya menoleh saat ada yang memanggilnya. "Marco? Kenapa?" tanya Cahya saat menyadari yang memanggilnya saat itu adalah Marco. Meski jarang sekali berkumpul dengan teman sekelasnya, Cahya mengenal nama-nama teman sekelasnya. Termasuk Sandra yang tidak pernah mengobrol dengannya sama sekali.

"Tunggu, gue bareng sama lo," jawab siswa yang bertubuh tinggi di atas Arsen dan berwajah manis. Dia ingin mendekati Cahya tanpa diketahui oleh Cahya. Selama di kelas dia selalu memperhatikan gerak-gerik Cahya.

"Tumben, biasanya lo bareng temen-temen lo. Ada apa?" tanya Cahya sambil melangkah menelurusi koridor sekolah menuju ke lab Biologi yang berada di ujung sekolahan.

"Nggak ada sih, gue liat lo sendirian terus makanya gue temenin." Sahutnya sambil tersenyum dan membetulkan bukunya yang ada di tangannya agar tidak jatuh. Cahya hanya menganggapinya dengan senyuman dan dia merasa aneh saat ada Marco di sampingnya yang biasanya itu adalah posisi Arsen.

"Ca!" panggil Marco saat Cahya yang sejak tadi hanya diam saja, Cahya menoleh dan menatap Marco. Mereka sudah melewati kelas-kelas, termasuk kelas Arsen dan kini langkah mereka sudah berada di lab. Cahya pun masuk ke dalam lab diikuti oleh Marco dan dia ingin tahu kenapa Marco memanggilnya lagi.

"Ada apa?" tanya Cahya, dan mereka sudah tiba di meja panjang dan Cahya langsung mendudukkan bobot tubuhnya di atas kursi tersebut dan Marco juga. Semuanya menoleh pada Marco yang tampak berbicara dekat dengan Cahya. Ada yang menatap tak suka pada Cahya saat itu dan Cahya tidak akan peduli sampai kapan pun dengan tatapan tidak suka mereka.

"Lo pacaran ya sama Arsen anak IPA 1?" tanya Marco yang seakan merasa penasaran sekali dengan kedekatan Cahya dan Arsen selama di sekolah. Mereka semua tahu jika Cahya dekat dengan Arsen karena mereka berdua selalu bersama saat berangkat sekolah dan ke kantin saat istirahat. Hal itulah yang membuat mereka beranggapan jika Cahya dan Arsen memiliki hubungan kekasih.

Dahi Cahya berkerut mendengar pertanyaan Marco barusan. "Kenapa lo tanya gitu?" tanya Cahya, saat ini Bu Mira masih belum masuk, padahal tadi sudah masuk namun keluar lagi. Mungkin mengambil sesuatu yang tertinggal di kantor.

"Ya nggak ada, gue Cuma pengen tau aja sih," jawab Marco sambil tersenyum dan menatap wajah cantik Cahya yang tak bosan dipandang mata.

"Kirain ada apa, pasti mikirnnya gue lagi pacaran kan sama Arsen?" tebak Cahya saat Marco terdiam dan menata buku-bukunya di atas meja panjang yang terdapat di lab itu. Marco kembali menoleh pada Cahya yang kini sedang bertanya padanya.

Marcp kemudian tersenyum. "Iya, soalnya kan kalian berdua deket banget. Ya wajar kan kalau ada yang nebak kalian tuh pacaran?" tanya Marco balik, bahkan dia sendiri menduga jika Arsen dan Cahya ada hubungan khusus dan membuatnya merasa iri karena Arsen bisa mendekati Cahya dengan mudahnya.

"Dia itu sahabat gue dari masih kecil, sampai sekarang selalu bareng kalau sekolah," jelas Cahya dan Marco langsung tersenyum karena dia merasa lega. Karena itu artinya dia tidak perlu merisaukan apa yang dia pikirkan selama ini.

Bersamaan dengan itu, kini Bu Mira sudah memasuki ruang lab dan semua murid menempati tempatnya masing-masing. Cahya dan Marco langsung diam tanpa mengatakan apapun lagi. Sedangkan saat ini Cahya hanya berpikir, dia merasa aneh dengan sikap Marco yang tiba-tiba dekat dengannya. Padahal setahu Cahya, Marco tidak pernah mendekatinya ataupun menyapa dirinya selama di kelas.

"Baiklah, untuk bahan penelitian kali ini udah kalian siapkan masing-masing kan?" tanya Bu Mira mengawali perjumpaan setelah mengucapkan salam kepada para muridnya.

"Sudah Bu!" jawab semuanya dengan serentak. Lalu semuanya diminta untuk memulai kegiatan mereka masing-masing dengan peralatan yang sudah tersedia di dalam lab itu.

***

Selang beberapa puluh menit kemudian akhirnya semua murid berhamburan keluar setelah mengikuti dua mata pelajaran. Sudah tiba waktunya mereka istirahat dan waktu itu mereka gunakan untuk makan di kantin. Begitu juga dengan Cahya, dia juga akan datang ke kantin karena saat ini dia sudah ditunggu oleh Arsen di depan kelasnya. Cahya berjalan keluar tanpa menghiraukan tatapan semua temannya yang tidak suka padanya.

"Ay, lo berani nggak ngajak Sandra ke kantin?" tanya Arsen saat Cahya sudah ada di depan kelasnya. Cahya yang mendengar itu langsung merasa tercengang, dia tak percaya jika Arsen akan mengajak Sandra.

"Kenapa?"

"Gue pengen deket sama dia," jawab Arsen sambil tersenyum malu.