webnovel

Cerita Sandra

Menempuh perjalanan kurang lebih tiga jam untuk tiba di lokasi camping, akhirnya sekarang ini seluruh murid SMA langsung bergegas turun membawa perlengkapan masing-masing.

Cahya juga melakukan hal yang sama yakni membawa segala perlengkapannya. Sesekali Cahya juga mencoba untuk mengulas senyum kepada teman sekolahnya yang kebetulan melintas di depannya. Sayang, senyuman yang dipatri Cahya tidak sekalipun mendapatkan balasan seolah Cahya hanyalah semu.

"Cahya, hawanya dingin banget. Kayak lo waktu cuek ke gue," celetuk Nico dengan wajah yang sudah segar.

Kepala Cahya menoleh dan mendapati Nico tengah tersenyum menatapnya. Ingatan Cahya kembali ditarik saat di dalam bus tadi, Nico justru mengigau dengan menyebut namanya. Beruntung hanya Marcel yang mendengar karena jika itu orang lain, pasti akan menjadi gosip murid satu sekolah.

"Kok gue? Kan gue gak ngapa-ngapain, Nico!" tukas Cahya merasa tidak terima karena Nico harus membawa-bawa namanya.

Nico tertawa kemudian sebelah tangannya yang bebas dipergunakan untuk menepuk kepala Cahya. Tentu saja Cahya langsung menepis tangan Nico yang bertengger di kepalanya karena itu sangat mengganggu dan merusak tatanan rambut.

"Hih! Lo bikin rambut gue rusak!"

Karena tidak ingin membuat Cahya semakin marah, akhirnya Nico pun menghentikan kegiatannya. Pemuda itu mengajak Cahya untuk menunggu di pohon besar karena masih banyak dari para peserta yang berada di bus. Entah apa yang mereka lakukan namun itu cukup lama dan membuat bosan.

"Di pohon besar aja, ya! Mereka semua lama banget ketimbang turun dari bus doang," ajak Nico yang melangkah lebih dahulu.

Cahya menyetujui saja ajakan Nico karena memang cukup melelahkan sejak tadi membawa tas punggung yang beratnya tidak kira-kira itu. Belum lagi tas kecil berisikan bahan makanan yang nantinya dipakai untuk memasak ketika acara dimulai.

"Arsen mana, Nic? Kayaknya tadi kan, duduk dia di seberang gue?" tanya Cahya ketika menyadari tidak adanya Arsen di sekitar mereka berdua.

Kedua bahu Nico terangkat karena memang semenjak bangun dan turun dari bus, dia tidak melihat keberadaan Arsen sama sekali. Entah ke mana Sandra membawa sahabatnya itu karena memang mendadak hilang seperti ditelan bumi.

"Dia tiba-tiba banget hilang, Cahya. Gue sendiri bingung, si Sandra bawa dia ke mana!" kata Nico yang menganggap bahwa Sandra sudah menyembunyikan Arsen.

Tidak ada yang bisa dikatakan lagi oleh Cahya karena mengingat Arsen pergi dengan Sandra. Namun tetap saja, ada sebagian hati kecil Cahya yang memberontak seolah tidak terima dengan hubungan antara Arsen dan Sandra.

Cemburu? Tentu saja Cahya pasti merasakan perasaan cemburu karena persahabatan antara laki-laki dan perempuan, selalu ada dari salah satunya yang melibatkan hati.

"Cahya … kenapa lo diam?" tegur Nico yang tidak mendapatkan balasan dari Cahya.

Agaknya Cahya sedikit tersentak karena tadinya dia terlalu fokus dengan lamunannya. Gadis itu segera menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan Nico.

"Nggak, lagi lihatin mereka semua yang lama banget," elak Cahya tidak mungkin jujur.

Nico mengangguk paham dan tidak lagi berbicara. Kedua orang itu saling terdiam menikmati hawa segar puncak yang tetap terasa dingin walaupun saat ini, panas di sekitar mereka tidak manusiawi.

"Ternyata lokasi camping kali ini lumayan bagus, ya? Gue pikir … pihak sekolah bakal cari lokasi kayak tahun lalu."

Kedua mata Cahya memutar, menatap dedaunan di atas mereka seraya menarik ingatan tentang kegiatan seperti ini di tahun lalu.

Flashback on :

Sekitar beberapa bulan lalu, sekolah tercinta mereka juga melakukan kegiatan seperti ini guna meningkatkan kemampuan motorik. Sekalipun mereka semua bukan lagi anak-anak, pihak sekolah juga tetap akan memastikan bahwa apa yang mereka lakukan dapat berjalan seimbang.

"Ini serius, wisata edukasi di tempat kayak gini?" Arsen menghampiri Cahya yang mengobrol dengan Nico menggunakan celana pendek selutut dan kaos polos.

"Loh, memang wisata edukasi dalam pandangan seorang Arsen itu seperti?" sahut Cahya heran.

Arsen berdecak menyadari ketidakpahaman Cahya saat ini. "Outbond minimal, jadi kita nggak gabut kayak gini!"

"Heh, lo bukan anak SD! Sudah sewajarnya kalau wisata edukasi kita ya bersih-bersih kayak gini, Ar!" tukas Cahya nyolot.

Nico yang berada di perdebatan keduanya hanya bisa terkekeh. Berada di circle Arsen dan Cahya memang cukup menyenangkan tanpa adanya sifat toxic yang diperlihatkan. Baik Arsen maupun Cahya, mereka selalu menunjukkan ketulusan ketika berbicara dengan Nico.

"NICO … MUKA GUE CEMONG!"

Terakhir sebagai penutup, Nico sengaja memberikan lulur tanah ke wajah Arsen yang sudah meledak-ledak karena ulahnya. Mungkin tempat edukasi yang mereka kunjungi kali ini, akan menjadi tempat yang memancing rasa trauma Arsen akan hal kotor.

Flashback off :

Mengingat kejadian beberapa bulan lalu, Cahya benar-benar tidak bisa menghentikan gelak tawanya. Momen seperti itu memang sangat konyol dan mungkin tidak akan bisa terulang lagi di masa yang akan datang.

Tak berselang lama, tawa Cahya terhenti karena Bu Siska sudah memberikan perintah kepada para peserta untuk segera berkumpul karena sebentar lagi akan diadakan pembagian tenda. Cahya berharap, dia mendapatkan teman satu tenda yang membuat nyaman tanpa harus merasa tersisihkan seperti saat di sekolah.

***

Lagi dan lagi, Cahya harus merasakan tidak nyaman atas sesuatu yang sudah dipilih untuknya. Setelah Bu Siska memberikan perintah kepada para peserta untuk kumpul dan membagi teman satu tenda, Cahya harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa dia mendapat bagian bersama Sandra.

Cahya ingin sekali mengajukan protes kepada Bu Siska, namun dia takut menyinggung perasaan Arsen sebagai kekasih dari Sandra. Alhasil dengan sangat terpaksa Cahya menerima pilihan itu dengan wajah sok ikhlas.

Tidak, bukan Cahya sombong dan pemilih. Cahya tidak mau satu tenda dengan Sandra lantaran takut perasaannya cemburu ketika harus dihadapkan dengan keromantisan antara Arsen dan Sandra. Hanya itu yang menjadi rasa takut Cahya akhir-akhir ini.

"Cahya, kita pasang tenda sekarang, ya?"

Di tengah pengangguran Cahya, muncul Sandra yang entah dari mana. Gadis cantik primadona sekolah itu terlihat begitu manis dengan sweater dan beanie hat yang menempel di kepalanya. Warna pastel yang dikenakan Sandra, semakin menambah kesan manis pada penampilannya. Pantas saja Arsen tergila-gila dengan Sandra si primadona sekolah yang memang selalu modis dalam keadaan apapun. Sangat berbanding terbalik dengan Cahya yang mengenakan outfit ala cewek mamba.

"Ayo." Cahya bangkit dari duduknya dan mulai mengambil tali lain yang nantinya dipergunakan untuk mendirikan tenda.

Cahya dan Sandra bekerja sama mendirikan tenda yang nanti akan dipergunakan keduanya untuk tidur selama di lokasi camping. Jika orang yang tidak dekat dengan keduanya melihat, pasti akan beranggapan bahwa mereka adalah pasangan sahabat karena memang terlihat penuh chemistry.

"Cahya, gue tau alasan lo suka dekat sama Arsen," celetuk Sandra tiba-tiba.

"Apa?"

Sandra mesam-mesem sebelum akhirnya menjawab. "Ternyata, Arsen orangnya memang perhatian banget. Gue yang baru jalan sama dia aja, ngerasa nyaman banget sama semua perlakuannya. Kayak … dia ngasih lihat ke gue, kalau dia sayang banget sama gue. Intinya, dia bakal thread pasangannya kayak Ratu." jelas Sandra dengan wajah bahagia. Sandra jadi menyesal kenapa tidak dari dulu saja bertemu bahkan menjalin hubungan dengan Arsen. Kekasihnya itu memang pria yang sempurna dari segi apapun.

Demi siapapun, Cahya merasakan telinganya panas mendengar cerita dari Sandra. Entah itu sebuah kejujuran atau hanya sekedar ingin memanaskan suasana, yang pasti saat ini Cahya sangat terganggu dengan cerita Sandra.