webnovel

Cahya kembali sekolah

Arsen masih bersama dengan Cahya di gazebo hingga akhirnya dia pulang saat ibunya Cahya memanggil dan menyuruh Arsen pulang. Cahya pun akhirnya menurut karena hampir dua jam mereka bercerita dan bercanda seperti biasanya. Hati Arsen mendadak senang dan bahagia bisa bercanda lagi dengan Cahya. Sudah tiga bulan lamanya dia tidak berangkat sekolah bersama Cahya seperti biasanya.

"Ay, jangan lupa ya besok kita berangkat ke sekolah bareng kaya biasanya," ucap Arsen saat akan pulang ke rumahnya dan kini dia sudah bertengger di atas motor sportnya dengan tangannya di atas helm yang diletakkan di tangki bensin.

"Kamu yakin Ar? Aku nggak enak sama Sandra, meski kita sahabat jangan sampai pacar kamu kecewa karena kamu terlalu dekat dengan aku. Aku juga kalau punya pacar nanti nggak akan deketin kamu dong, takut pacarku cemburu," ucap Cahya sambil bercanda. Arsen pun langsung memukul lengan Cahya pelan, entah kenap dia seperti tidak rela saat mendengar Cahya mengatakan pacar.

"Lo yakin bakalan punya pacar? Nggak akan ada yang mau sama Lo yang cerewet," lanjjut Arsen menimpali ucapan Cahya dan Cahya langsung memasang wajah ditekuk karena kesal dengan ucapan Arsen barusan.

"Nggak usah cemberut, jelek Lo. Ya udah Gue pulang dulu dan jangan lupa besok kita berangkat ke sekolah bareng," ucap Arsen sekali lagi, sambil tangannya meraih helm yang ada di depannya lalu dipakai karena dia akan segera pulang. Karena ibunya Cahya sudha menunggu dan menatap Arsen dengan tatapannya yang tajam.

Setelah Arsen pulang, Cahya merasa baikan dan moodnya kembali seperti semula. Cahya bahagia sekali karena Arsen masih mau dekat dengannya dan ingat. Cahya pikir Arsen sudah tidak mau lagi dekat dengannya atau pun ngobrol lagi setelah kejadian tadi malam dimana dirinya yang telah mengecewakan Arsen.

"Bagus, setiap hari main sama cowok terus gonta-gonti ya kamu! Tadi aja ibu panggil kamu nggak nyahut, sana cuci baju dan masak!" bentak ibunya sambil mendorong tubuh Cahya agar segera melakukan pekerjaan rumah. Cahya tidak menyahut, dia tidak ingin ibunya semakin menjadi jika dirinya tidak menuruti keinginannya. Cahya lelah, dia iri dengan kakaknya yang tidak pernah menyentuh pekerjaan rumah seperti dirinya.

***

Keesokan harinya, seperti janjinya dengan Cahya, Arsen memakai sepedanya lagi dan tidak bisa berangkat bersama Sandra. Tadi dirinya sudah memberitahu pada Sandra jika dirinya akan berangkat bersama Cahya menggunakan sepeda.

"Ay, Lo lama nunggu gue?" tanya Arsen, dia tadi bangun kesiangan sehingga masih belum sempat sarapan karena takut ketinggalan. Nanti Arsen akan makan di kantin saja bersama Sandra.

"Nggak sih, baru juga Gue nyampe sini," sahut Cahya sambil membenarkan tasnya. Matanya memandang takjub pada Arsen yang setiap harinya terlihat sangat tampan di matanya. Dulu saat dirinya amsih SD dan SMP Arsen masih terlihat belum terlalu tinggi seperti saat ini. Sekarang tubuh Arsen sudah tinggi dan kekar dipenuhi otot-otot yang menonjol pada lengannya. Arsen seperti anak kuliahan saja. Membuat Cahya selalu terpesona.

"Ya udah yuk kita jalan! Entar telat kena hukum lagi." Arsen kemudian mengayuh sepedanya dan diikuti Cahya disampingnya. Hati Cahya mendadak senang dan bahagia sekali karena bisa merasakan berangkat ke sekolah bersama Arsen. Sepanjang perjalanan dia tak hentinya mengulas senyuman di bibirnya. Hingga saat Arsen menoleh ternyata melihat Cahya yang sedang tersenyum sendiri.

"Ay, kesambet apa sih Lo senyum-senyum nggak jelas?" tanya Arsen sambil mengayuh sepedanya. Rambut Cahya yang tidak digerai tertiup angin menutupi pipinya. Sehingga dia tampak cantik jika dilihat dari samping.

Cahya menoleh pada Arsen. "Nggak ada sih, gue lagi seneng aja hari ini udah sehat dan bisa sekolah lagi. Dan satu lagi, gue hari ini bisa ketemu someone," jelas Cahya sambil tersenyum senang dan menggemaskan. Hal itu tak luput dari pandangan Arsen yang terlihat tidak senang.

"Someone siapa? Lo ada crush?" tanya Arsen penasaran dengan mata menyipit. Dia tidak suka saat Cahya sepertinya dekat dengan seseorang.

"Ada deh, mau tau aja Lo Ar." Cahya cekikikan lalu mengayuh sepeda dengan kencang dan meninggalkan Arsen yang tertinggal jauh di belakangnya. Arsen yang melihat Cahya sudah duluan pun langsung mengayuh dengan cepat. Dia tidak ingin kalah dari Cahya.

Beberapa menit kemudian akhirnya mereka berdua sudah tiba di sekolahan. Untungnya mereka tidak terlambat untuk datang ke sekolah. Sehingga Cahya dan Arsen bisa santai. Di saat mereka berdua berjalan menyusuri koridor sekolahan untuk menuju ke kelas mereka masing-masing, ada Sandra yang juga baru datang.

"Yank, kok nggak nunggu aku sih. Bareng dong!" seru Sandra yang mengejar langkah Arsen dan Cahya. Lantas Arsen dan Cahya menghentikan langkahnya untuk menunggu Sandra.

"Loh baru dateng juga Beb? Sory aku nggak tau kalau kamu masih ada di sana tadi, makanya kita duluan," jawab Arsen dan tangan Sandra langsung menarik lengan Arsen dengan manja. Cahya tersenyum, berusaha untuk menghilangkan kecemburuannya dan membuat pikirannya berpikir positif selalu. Tidak mungkin dia memberitahu kepada Arsen jika dirinya saat ini sedang cemburu.

'Plis Ay, Lo jangan baper dan sakit hati. Ingat, Arsen itu sahabat Lo dari kecil,' batin Cahya.

"Wah, ada yang dikacangin nih di sini kalau kalian udah bucin. Kalau gitu gue duluan ya Ar, San!" ucap Cahya seraya meninggalkan Arsen dan Sandra berdua. Arsen memandangi langkah Cahya hingga dia melihat ada Nico yang menghentikan langkah Cahya tepat di depan ruang UKS.

"Selamat pagi Cahyaku!" sapa Nico sambil menggoda Cahya, Cahya hanya tersenyum saja. Dia tidak begitu dekat dengan Nico meski Nico adalah sahabat Arsen.

"Pagi Nic, kayaknya seneng banget. Ada apa?" tanya Cahya yang melihat raut wajah Nico yang tampak sumringah.

"Seneng dong, kan Lo udah sekolah. Kemarin kemana aja sih Lo nggak sekolah? Apa karena malam itu terus Lo dimarahin sampai Lo nggak dibolehin sekolah?" tanya Nico dengan nada yang terdengar khawatir. Nico meneliti setiap inci wajah Cahya, dia melihat ada luka lebam di pipinya. Membuat Nico menatap iba pada Cahya.

Namun saat Cahya akan menjawabnya, tiba-tiba sudah ada Arsen dan Sandra yang kini mau masuk ke kelas mereka masing-masing tetapi melihat Nico dan Cahya terlebih dahulu.

"Wah Nic, kalian jadian ya? Kok tumben banget deket?" tanya Sandra yang mengomentari kedekatan Nico dan Cahya. Pertanyaan Sandra barusan membuat Arsen mengepalkan tangannya. Dia seperti tak suka saat Cahya berdekatan dengan cowok manapun di sekolahnya. Biasanya memang seperti itu, Arsen akan menasehati Cahya agar tidak terlalu dekat dengan cowok lain selain dirinya. Alasannya dia tidak ingin membuat Cahya nantinya disakiti.