webnovel

Bab 4 (Warning! 17+)

Sejak lima belas menit yang lalu, siswa siswi SMA Drawangsa (sekolah Lia) sudah berhamburan keluar gerbang untuk pulang. Begitu juga Lia. Ponselnya lowbat ketika dia akan memesan ojek online. Oleh sebab itu ia menunggu angkot lewat saja.

Tak lama kemudian mobil Bely berhenti di depannya. Dan sang pemilik menurunkan kaca mobilnya.

"Lia, sini gue anter pulang," ajak Bely.

Lia hanya memalingkan muka.

"Oy Lia!" Bely yang merasa tak digubris pun akhirnya turun menemui Lia.

"Gue anterin pulang, ya?" kata Bely lagi ketika di depan Lia. Tapi Lia tidak merespon.

"Lo kenapa sih? Gue salah apa?" tanya Bely kebingungan.

Lia menyunggingkan senyum kesal. "Ngapain lo masih mau deket-deket sama gue? Gue pikir gue cuma teman one day stand doang."

"One night stand kali, Li." Bely meraih pergelangan tangan Lia.

"Waktu itu siang bolong." Lia menarik kembali tangannya.

"Lo marah ya? Kenapa sih?" tanya Bely hampir frustasi.

"Gapapa," jawab Lia jutek.

"Yaudah, gue pergi duluan."

"Lah jadi gue beneran cuma jadi bahan lo doang waktu itu?" kata Lia kesal.

"Lo kenapa sih kaya gini?"

"Menurut lo?"

"Gue gak tau, Lia."

"Gak ada rasa bersalahnya ya?"

"Gue aja gak tau kenapa?"

"Cari tau dong! Gue marah kenapa!"

"Iya, kenapa, ini gue tanya nih, gue niat cari tau. Kenapa, Lia?"

"Gapapa!"

"Ashhh!" Bely menarik rambutnya. Dia hampir gila. Baru kali ini ia berurusan 'spesial' dengan cewek. Bely yang sudah panas kepalanya segera menggendong Lia dan dimasukkan ke dalam mobil. Sementara Lia merengek minta diturunkan.

Sampai di mobil pun Lia hanya duduk diam, menyilangkan tangan di depan dada dan cemberut.

Sekian detik Bely menunggu Lia untuk memasang sabuk pengaman. Tapi Lia hanya diam dengan posisi seperti itu. Akhirnya tubuh Bely menyondong ke arah Lia. Tangannya terulur menarik ujung sabuk pengaman. Membuat Lia terkejut karena kebala Bely dekat sekali dengan wajahnya.

Setelah memasang sabuk pengaman Bely tak langsung memundurkan badannya.

Ia masih menatap Lia yang cemberut dari jarak yang sangan dekat. Cukup membuat hati Lia dagdidug. Beberapa saat setelah menatap Lia dengan intens, Bely menjilat bibir Lia, dan akhirnya mundur sambil tersenyum.

"Mesum!" Lia memukul Bely dengan kesal. Sementara Bely hanya tertawa. Seraya menjalankan mobilnya.

"Gue bakal lebih mesum setelah ini." Bely menyeringai, sengaja menakuti Lia.

"Jangan ngelunjak deh lo. Lo kan bukan pacar gue," Tegas Lia yang tak mau dipakai seenaknya hanya karena kecerobohannya kemarin.

"Tapi sekarang lo pacar pertama gue," ucap Bely tanpa menoleh.

Lia hanya membuka mulutnya karena kaget.

"Jangan mangap, ah, jadi pengen markirin mobil, nih," goda Bely yang entah sejak kapan kepribadiannya lebih terbuka.

Lia memutar bola matanya kesal. Bely bahkan tak menembaknya terlebih dahulu.

"Kita makan dulu ya sayang," kata Bely mengelus rambut Lia.

Membuat Lia merona. Bely pacar pertamanya.

***

Setelah makan siang bersama, Lia tak langsung diantar pulang. Malahan Bely mengajak Lia ke rumahnya.

Rumah Bely cukup besar dan mewah. Namun ia anak tunggal. Jadi rumah ini terasa begitu sepi biasanya.

"Bely pulang, Ma!" Teriak Bely yang langsung berhenti ketika ada teman-teman Mamanya di ruang tamu.

Bely tersenyum kikuk, sambil meminta maaf karena telah berteriak.

Bely menggandeng tangan Lia untuk masuk.

"Ma, Bely mau belajar bareng teman Bely."

"Iya, tapi di atas aja ya, soalnya ada teman Mama," tutur Mama Bely.

"Teman apa teman?" goda salah satu teman Mama.

"Pacar, Tan," jawab Bely begitu saja sambil nyengir dan berlalu.

Sementara Lia tersenyum manis sekaligus menahan malu dihadapan ibu-ibu yang menyambutnya dengan manis.

Mama Bely hanya tersenyum, karena merasa anaknya baru berani pacaran.

"Ih apaan sih lo gue malu tau!" Tangan kiri Lia yang bebas mencubit lengan Bely.

"Mama gue gak larang pacaran, kok. Apalagi yang cantik dan pinter kaya kamu."

Sejak mendeklarasikan hubungan mereka, Bely merubah bahasanya menjadi aku kamu.

"Kamu masuk dulu di kamar aku, ya." Bely menunjuk ke arah pintu kamarnya yang ada di lantai dua. "Aku mau turun dulu ambil sesuatu di kamar Mama."

"Okedeh," kata Lia yang masih bingung apa tujuannya kemari.

Bely kembali menemui Mamanya, dan kembali mendapat godaan-godaan dari teman-teman Mamanya.

Bely membisikan kepada Mamanya. "Ma minta pembalut, temenku tadi halangan."

"Kamu ambil di laci paling bawah, ya!" ucap Mamanya tanpa berbisik.

Dan akhirnya Bely masuk ke dalam kamar Mamanya yang ada di lantai dasar.

Membuka laci yang disebutkan Mamanya. Dan mengambil sesuatu. Bukan pembalut seperti yang ia katakan tadi. Tapi kondom milik ayahnya.

***