webnovel

Bab 2

Jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Sekolah sudah sepi. Tak ada yang tahu bahwa masih ada Bely dan Lia di UKS, kecuali anak PMR tentunya.

Lia, merenggangkan ototnya ketika terbangun. Lalu ia mendapati wajah tampan Bely. Dielusnya rahang Bely dengan lembut.

"Bel, udah sore, kayaknya sekolah udah bubar deh." Lia membangunkan Bely yang terpejam.

Perlahan Bely membuka matanya, lantas tersenyum. "Gimana? Udah mendingan?"

Lia mengangguk. "Ayo pulang!"

Bely menarik nafas dalam, tetapi lembut di telinga Lia. Bukannya terbangun, Bely malah mendekap tubuh mungil Lia. "Gue nyaman kaya gini."

Sesuatu berdesir di dada Lia. Ia tak pernah berkontak fisik seperti ini sebelumnya. Ia tak pernah semesra ini dengan lelaki. Bahkan sampai having sex.

"Bel," panggil Lia lembut.

"Ayo pulang, lampu kost-an Lia belum dinyalain, nanti gelap kalau pulang kemalaman." Lia menyentuh dada Bely yang bidang.

"Lo tinggal dikost? Sama siapa?" tanya Bely yang masih enggan melepas dekapannya.

"Sendiri aja. Sebenarnya aku tinggal di rumah tante aku. Cuma gak enak lah.." ujar Lia.

"Sendiri aja nih? Bisa dong mampir.." goda Bely. Kali ini Bely menjelma menjadi sosok yang jauh dari image-nya selama ini.

"Apaan sih. Gue kaget loh ternyata Lo mesum juga. Gue kita lo bener bener teladan." Lia memainkan kancing kemeja Bely.

"Gue emang gak nakal. Dan doyan banget gituan. Tapi gue normal Lia. Ya, gue kepancing lah, tiba-tiba ada cewek gak pake celana yang ngajak gituan—"

"Bely, udah deh, jangan bikin aku jijik sama diri sendiri!" Lia cemberut.

"Hahaha, Maaf Lia."

"Namanya aja anak teladan, tapi kelakuan bikin K.O anak perawan. Hampir dua jam loh.. capeklah!" sungut Lia.

"Emang lo masih perawan?"

"Ish! Bely, ah! Emang kenapa kalau gue udah jebol? Karena lo juga kan? Kan tadi gue cuma mau lo bantuin cuma sampe orgasme doang. Eh taunya—" omel Lia.

"Mana ada cowok normal yang nyia-nyiain ikan asin?" Bely terkekeh.

"Gue bukan ikan asin. Emang gue amis apa?" Lia masih tak terima.

"Gak sih, cuma, bau sperma gue." Bely mengendus seragam Lia yang memang begitu adanya. Mengingat Bely menumpahkan air mani ke payudara Lia tadi.

"Ih dasar beneran mesum lo ya!" Lia mengubah posisi tidurnya menjadi duduk.

Bely pun mengikuti Lia. Dan ketika Lia berusaha turun dan berjalan. Lia mengerang kesakitan sambil memegang vaginanya.

"Ahhh, masih aneh rasanya, punya lo kegedean tadi," rengek Lia.

"Sini biar gue gendong. Maaf, ya, aku sampe nyakitin kamu." Bely menggendong kembali Lia dengan a la Bridal style. Membuka kunci pintu, dan berjalan ke parkiran.

Untungnya Bely membawa mobil ke sekolah, akhirmya satpam yang berjaga tak melihat Lia yang sedang lemas. Dan Lia tak perlu kesakitan.

"Ngomong-ngomong, orangtua lo di mana?" tanya Bely ketika sedang perjalanan ke rumah Lia.

"Udah lama gak ada," jawab Lia.

"Oh, maaf, ya," ucap Bely tulus.

"Kebanyakan maaf lo dari tadi!"

"hehehe. Jadi wali lo sekarang tante lo?" tanya Bely.

"Iya. Tapi dia mana peduli sama gue." Lia memandang ke arah luar jendela yang semakin gelap.

"Biar gue aja yang ngomong sama tante lo soal tadi. Lo gak usah takut. Kita hadepin sama-sama." Bely menggenggam tang Lia. Dan menaruhnya di depan bibirnya.

"Ya jangan bilang siapa-siapa dong. Yang ada kita di suruh kawin." Lia kesal dengan kepatuhan Bely terhadap hal yang benar. Padhala mereka baru saja menikmati kesalaham yang besar.

"Kalau di suruh kawin mah enak. Asal jangan nikah dulu aja. Hahaha."

Bersambung...