webnovel

Tetangga

"Ini uang belanja buat 2 minggu", Dimas meletakkan uang 2 lembar 100 ribuan di meja makan.

Kamila melotot melihat jumlah uangnya.

"Kamu ga salah Dim cuma ngasih aku segitu buat belanja 2 minggu, mana cukup?"

"Memangnya kamu mau berapa? Kamu lupa kalau suamimu cuma satpam?"

"Tapi....."

"Tidak ada tapi, masih bersyukur aku bisa kasih kamu uang segitu. Daripada aku ga kasih sama sekali!" Dimas ingin mengambil uang 200 ribu itu di meja.

"Jangan Dim, iya cukup kok uangnya," sahut Kamila memelas, cepat-cepat disimpannya uang 200 ribu itu di saku bajunya.

" Uang itu juga cuma buat belanja dirimu sendiri, aku dinas 2 minggu di daerah. 2 minggu aku ga pulang"

Kamila tertegun mendengar ucapan Dimas. Mereka baru menikah 3 hari dan dia sudah ditinggal 2 minggu. Ah malang benar nasibnya.

Kamila menatap Dimas yang sudah keluar dari rumah. Uluran tangannya tidak disambut sama sekali, malah langsung pergi. Apalagi mau cipika-cipiki, ih bener-bener kaku dan ga romantis.

"Dimaaas...", Kamila berteriak memanggil suaminya yang sudah bersiap di atas motornya. Ketika Dimas menoleh Kamila memberi tanda cinta korea dengan 2 jarinya. Sambil tersenyum semanis mungkin.

Dimas hanya diam saja, melihat tingkah laku Kamila. Kekanakan pikirnya. Menyalakan motor dan pergi begitu saja.

Kamila cemberut melihat respon Dimas. Kamila tapi tetap tidak putus asa dia akan berusaha meluluhkan hati Dimas. Hehe agar kalau pulang dia dapat uang belanja lebih banyak.

Walau Dimas dan dia menikah tanpa rasa cinta, tapi saat ini cuma Dimas yang mau menerima Kamila di rumahnya. Orang tua Kamila telah mengusirnya karena kelakuannya. Pacar-pacar Kamila tidak ada lagi yang mau mendekat karena dia sudah tidak punya uang. Lagipula penampilannya sekarang lusuh dan kumal. Sahabat dan temannya semua palsu cuma dekat dengannya karena hartanya. Kamila mendesah sebal.

Sudah menjelang siang dia harus buru-buru belanja sebelum kehabisan tahu atau tempe. Cuma goreng tahu, tempe atau telur masakan yang Kamila bisa, itupun setelah beberapa kali diajari Dimas.

Kamila berjalan keluar rumah menuju gerobak sayur keliling yang mangkal di ujung gang rumahnya. Ternyata seperti biasa pelanggannya sudah ramai ibu-ibu tetangga di sekitarnya. Seperti biasa juga mereka belanja sambil gosip. Kamila juga merasa dirinya termasuk yang dijadikan biang gosip.

" Ini nih, perempuan gatel," bisik salah satu ibu yang dandannya menor.

Belanja ke warung aja pake dandan. Kamila cuma diam saja sambil memilih tempe.

"Cuma mampu beli tempe aja gayanya selangit!" ada lagi ibu yang berbisik. Tapi cukup keras didengar Kamila.

Kemudian ibu-ibu itu kasak kusuk membuat Kamila naik darah.

"Siapa yang kalian maksud perempuan gatel?" tanya Kamila dengan suara keras.

"Eh, anak ini ga tau sopan santun ya sama yang lebih tua"! sahut si ibu menor.

"Ibu yang tidak sopan, itu mulut tidak sekolah ya"

"Eh melawan ya.....!

kemudian ibu menor itu mendekati Kamila dan ingin menamparnya, cuma Kamila dengan cepat menahan dengan tangannya. Akhirnya mereka berdua berantem saling tarik menarik apa saja.

Untung ada beberapa bapak-bapak yang sedang di sekitar itu melerai mereka. Ibu-ibu lain malah cuma menonton sambil menyoraki. Dasar kelakuan emak-emak hari gini.

Ibu menor itu rambutnya sudah berantakan bahkan beberapa tercabut. Sementara Kamila ada bekas cakaran di tangannya.

Kamila belum puas sebenernya.

Akhirnya semua dibubarkan. Kamila kesal dia belum sempat belanja tempe tadi. Pulang ke rumah dengan tangan hampa malah ada luka ditangan.

Sendirian di rumah Kamila mengobati lukanya dengan betadine yang dia beli di warung sebelum pulang ke rumah.

Sudah hampir jam 12 di rumah ga ada makanan. Kalau dulu dia tinggal pesan makanan via delivery, tapi sekarang handphone dia ga punya. Handphonenya dulu ada di rumah orang tuanya, tapi semua itu tidak boleh dibawa. Ketika diusir dari rumah Kamila tidak boleh bawa apa-apa.

Akhirnya Kamila pergi ke warteg dekat rumahnya dan makan sekenyangnya. Di jalan ada beberapa laki-laki memandangnya dengan mata mesum kepadanya. Dasar laki-laki mesum, sudah punya istri masih jelalatan lihat istri orang lain.

Laki-laki yang tinggal di rumah berdempetan dan kumuh seperti ini kebanyakan tidak punya kerja tetap atau pengangguran jadi suka mengganggu orang lain.

Tetangga oh tetangga.

Sampai di rumah Kamila sadar uangnya tinggal 170.000 rupiah padahal waktu masih 2 minggu sebelum Dimas pulang. Kamila menyesal, tapi mau gimana lagi. Biasanya uang 200 ribu itu dia habiskan hanya untuk sekali makan saat nongkrong di mall.

Kebiasaan buruk Kamila yang selalu berfoya-foya menghabiskan uang orang tuanya susah dihentikan. Malah terbawa sampai sekarang. Bagaimana cara mengatasinya, pikir Kamila dalam hati.