webnovel

Punya Pekerjaan

Ini sudah hampir 2 minggu sejak kejadian Kamila berkelahi dengan tetangga. Memar di dahinya juga sudah berkurang hampir tidak kelihatan. Semoga saat Dimas pulang nanti memarnya sudah sembuh, pikir Kamila. Kalau tidak bakal ada pertanyaan lagi. Kamila tidak mau Dimas sampai tahu dan mengomelinya.

Sejak kejadian perkelahian itu Kamila jarang keluar rumah. Ibu-ibu tetangga masih sering memandang sinis padanya. Banyak bisik-bisik yang mengatakan dia wanita perusak rumah tangga. Memangnya aku mau gitu dengan suami mereka. Ih ga level banget, rutuk Kamila. Walau dia sudah miskin dia tetap punya selera tinggi memilih laki-laki. Suami-suami mereka aja yang kegenitan suka menyapa dan mendekati dirinya. Namanya tetangga Kamila pun hanya membalas dengan anggukan atau senyuman. Tidak lebih. Itupun maaih dianggap perusak rumah tangga alias pelakor.

Sulit memang menghindari pesona kecantikan Kamila. Kulitnya yang putih bening, badannya yang tinggi, wajah yang cantik dengan warna mata kecoklatan membuat dirinya seperti berlian di atas pasir di pemukiman kumuh ini. Wajar saja kalau setiap laki-laki akan terpikat. Ada laki-laki yang tidak tertarik dengan dirinya yaitu suaminya, hanya Dimas.

Dimas belum waktunya pulang, kira-kira 3 hari lagi. Kamila merasa sepi di rumah ini. Walaupun hubungannya tidak baik dengan Dimas, tapi ada teman bicara pasti lebih baik. Walau tidak bisa dibilang bicara, mereka lebih banyak adu mulut.

Dimas memang menyebalkan selain suka menindasnya dia juga sangat pemarah. Harusnya Dimas juga akan jatuh cinta padanya. Sepertinya kecantikan dan sikap lembut Kamila tetap tidak bisa meluluhkan hati Dimas. Kamila penasaran.

Sudah 3 hari ini Kamila seperti orang puasa, karena uangnya sudah habis gara-gara minggu kemarin banyak jajan di warteg. Untungnya dia sempat beli beras dan telur ayam. Berasnya dia irit banget, masak sedikit-sedikit. Telur dijatah sehari cuma 1 butir. Cuma ada ibu sudah tua dan baik hati di sebelah rumahnya yang tidak punya anak . Dia sangat perhatian dengan Kamila, suka membawa makanan untuknya. Dulu kalau anaknya masih hidup usianya seperti dirinya. Meninggal saat usia 11 tahun kecelakaan.

Ibu tetangga sebelah namanya Bu Sumi, hanya tinggal sendiri karena suaminya juga sudah tiada 2 tahun yang lalu. Bu Sumi mendapat penghasilan dengan menjahit baju. Langganannya juga masih terbatas.

Kemarin Kamila sempat membantu membuat pola baju di tempat Bu Sumi, dia kan dulu sekolah designer , di institute Francais de la mode Paris. Urusan membuat baju apalagi mode haute couture adalah andalannya. Bu Sumi senang sekali melihat hasil pola itu. Setelah dijahit hasilnya jadi sangat berkelas.

Hari ini Bu Sumi menjenguk Kamila lagi sambil membawa makanan.

"Nak Mila sudah makan?"

Sambil malu-malu Mila menerima uluran makanan dari Bu Sumi.

" Belum bu, terima kasih ya makanannya."

"Ya, udah makan dulu. Ibu tahu kamu ga bisa masak, makanya ibu kasih lauk buatmu".

Mila bersyukur sekali kebetulan dia belum makan siang.

"Aduh, maaf Bu Sumi saya jadi merepotkan ya"

"Enggak kok nak. Lagian ini rejeki lebih karena kamu kemarin bantu ibu buat pola baju kebaya. Pelanggannya senang dan malahan ini mereka mau buat gaun seragaman keluarga. Nak Mila bantu ibu lagi ya" pinta Bu Sumi.

Rejeki memang tidak kemana.

" Iya bu boleh, nanti saya ke rumah ibu ya."

Bu Sumi mengangguk kemudian pamit pulang ke rumah.

Mila melihat lauk pemberian Bu Sumi. Ayam opor dan perkedel. Sudah lama sekali dia tidak makan ayam. Hari ini dia makan besar seperti lebaran setelah puasa ramadhan.

Sejak itu Kamila mulai sibuk di rumah Bu Sumi. Membantu mengukur pelanggan, membuat pola dan menjahit, itu adalah hal mudah baginya. Cita-citanya memang jadi designer terkenal, sayang dulu dia sering hura-hura ketimbang mewujudkan impiannya itu.

Bu Sumi sangat senang melihat hasil kerja Kamila dan terkadang memberi Kamila uang. Uang yang diterima memang tidak banyak, tapi lumayan buat Kamila.

Apa khabar Dimas ya, Kamila merenung. Seharusnya kemarin Dimas sudah pulang dari Dinas luar. Sampai sekarang belum ada kabar. Kamila ingin mencari tahu keberadaan Dimas, tapi dia tidak punya hanphone, kantor tempat Dimas bekerja pun dia tidak tahu dimana. Akhirnya karena lelah seharian kerja di tempat Bu Sumi Kamila tertidur.

Keesokan paginya Kamila terbangun dan Dimas juga belum pulang.