webnovel

Kacamata Baru

Vebby, gadis manja berumur 15 tahun yang ditendang Mamanya dari rumah agar belajar mandiri. Anggap saja disekolahkan di SMA yang berada diluar kota itu diusir orang tua. Untungnya dia tidak sendiri. Ada dua sahabatnya sejak kecil, William dan Siska. Mereka bertiga punya masalah mereka sendiri, tapi apapun kondisinya mereka tetap saling mendukung satu sama lain. Jadi bagaimana kehidupan SMA mereka bertiga nanti? Apakah akan baik-baik saja?

VemBee · Teen
Not enough ratings
3 Chs

Chapter 3 : Reaksi

Pukul sepuluh malam tepat handphone Andi berdering. Suara pemberitahuan pesan masuk mengalihkan fokusnya dari perbincangan bersama istrinya.

08xxxx : Veb. Ini nomer Deva. Disimpan ya. <3

Begitulah isi pesan yang masuk.

Ada emoticon lovenya.

"APA-APAAN INI?!" Andi berteriak saking tidak percayanya dengan apa yang barusan dia baca. Suaranya terdengar hingga ruang TV. Sang Istri yang sedang menonton TV langsung beranjak dari duduknya dan menghampiri Andi dengan tergesa-gesa. Anak tangga dilompatinya tanpa hambatan. Gita tidak berlari menaiki anak tangga satu-persatu. dia melompati tiga hingga empat anak tangga sekaligus dalam satu langkah..

Gita membanting pintu lalu dengan segera bertanya tapi nge-gas, "APASIH RIBOT-RIBOT TENGAH MALAM? BIKIN PANIK ISTRIMU AJA KERJAANMU! MAU SITU TANGGUNG JAWAB INI ADEK BAYI KEGUGURAN HAH?" Wajah Gita merah, nafasnya tersengal-sengal dan rambut panjangnya berantakan. Setetes dua tetes peluh menetes dari dahinya ke lantai. Dia terlihat sangat mengerikan. Andi ciut, kekesalannya berubah menjadi perasaan ngeri. Ia merasa akan ditelan hidup-hidup jika Wanita di depannya ini tidak segera ditenangkan dan diberi penjelasan.

Andi menelan ludah lalu membuka mulut. "Gebetan Vebby ngechat aku, sayang." Ia berjalan dengan hati-hati ke arah Gita sambil menyodorkan handphonenya.

Gita mengambil HP dari tangan Andi. Sambil mengatur nafas Ia membaca chat yang tertera disana. "Ini anak gadis cari gara-gara." Gita meregangkan lehernya lalu mendengus dengan kencang. "Suamiku tersayang, biar Istrimu ini yang balas chat dede gemes ini ya?" Ia kemudian tersenyum ke arah Suaminya lalu mulai mengetik balasan untuk si pengirim pesan.

Andi bergidik ngeri melihat senyuman Istrinya. "B-baik Nyonya." Ia kemudian turun ke dapur dan menyiapkan teh hangat agar Nyonya besar tidak kembali mengamuk.

Teh hangat dan sepiring biskuit sudah tersedia di meja kerja Andi. Gita yang duduk di kursi kerja Suaminya menyeruput minuman yang tersedia. Kedua jempolnya dengan tangkas mengetik jawaban-jawaban yang mungkin akan dikatakan oleh Putrinya kepada si lawan bicara.

08xxxx : "Ahahaha. Oke kalau gitu. Have a sweet dream. Good night Veb."

Demikian akhir percakapan Bunda dengan calon Menantu. Dari seberang meja, mata sang Ayahanda melirik menunggu impresi dari sang Ibunda tentang calon menantu mereka. Yang cari perkara Anaknya, tapi yang gugup Ayahnya. "Anaknya ternyata gak aneh-aneh. Syukur Vebby ngasih kontakmu ya. Pintar juga itu Gadis pilih-pilih calon." Raut mengerikan yang sebelumnya terpampang di wajah Gita sudah diganti senyum kecil yang menunjukan kelegaannya.

***

"Halo Pih. Yang tadi pagi gimana?" Vebby menelepon balik Ayahnya setelah bangun cukup siang.

"Nanti hati-hati sama Mami mu ya." Bisik Andi.

"Hah? Kenapa Pi?" Vebby menggaruk kepalanya bingung.

"Pokoknya hati-hati aja."

"Oke oke."

"Oiya Papi sama Mami sabtu ini jenguk kamu ya?"

"Oke Pi."

***

Sabtu sore kedua Orang Tua Vebby tiba di asrama. Sang Bunda turun dari mobil dengan anggun lalu langsung melangkah menuju kamar Vebby. Sedangkan si Bapak menunggu di mobil.

Vebby yang masih enak rebahan di kamar merasa tidak nyaman. Firasatnya mengatakan ada hal buruk yang akan terjadi. Suasana kamarnya jadi tidak nyaman. Udara kamarnya tiba-tiba terasa berat. Bulu kuduknya merinding.

"BRAK!" Pintu kamar Vebby dibanting oleh Mamanya.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!" Vebby histeris, teman sekamarnya ikut histeris, tetangga sebelah kamarnya juga histeris, kecoa di WC beterbangan. Beberapa penghuni asrama yang kamarnya berdekatan dengan kamar Vebby mencari sumber suara. Setelah mereka melihat sesosok Ibu-Ibu sosialita di depan kamar Vebby, satu per satu mereka kembali ke kamar masing-masing.

"Vebby, cepet mandi sama dandan ya. Kalau udah nanti sekalian chat Deva ya. Ajak makan sama Mami Papi. Oke?" Gita melempar senyum manisnya.

"I-iya Mami...." Suara Vebby bergetar. Ia tahu dibalik senyum manis dan perkataan lembut Mamanya ada maksud lain yang Vebby bisa tebak.

"Maaf ya dek. Tante kadang suka lupa diri." Kharisma Gita menampar kesadaran teman sekamar Vebby. "Nanti tolong sekalian kasih tahu Vebby saya sama Papanya nunggu di bawah ya dek ya?" Setelah di iyakan oleh anak perempuan di kamar Vebby, Gita kembali ke mobil.

***

Siska mengintip dari pintu kamarnya dengan terror di wajahnya.

"Itu kenapa barusan?" Bisik teman sekamar Siska.

"Itu, Nyokapnya Vebby kalau si kampret lagi cari gara-gara emang gitu." Jawab Siska dan kemudian menelepon William.

"Will. Berita duka"

"Kenapa?" Jawab William datar.

"Nyokap Vebby ngamuk." Siska masih pelan-pelan berbicara ke William.

"Oh oke." Kemudian sambungan telepon diputus Siska.

***

Vebby selesai menyiapkan fisik dan mentalnya. Ada pesan masuk dari Ibu Suri.

Mami : "Ini nomor yang ngontakin Papi semalam 08xxxxx. Suruh dia siap-siap terus nyusul ke bawah juga."

Vebby diam sejenak setelah membaca pesan itu. Dia berpikir dan mencerna dulu pesan yang barusan Ia baca. Setelah yakin dia tidak salah baca dan tafsir lalu dipanggilnya nomor tersebut.

"Halo. Ini siapa ya?" Terdengar suara pria di sisi lain panggilan itu.

"Ini Vebby Dev. Udah mandi?" Perempuan mana selain Vebby yang berani bertanya ke gebetannya sudah mandi atau belum?

"Em. Udah. Ini beneran Vebby kan?" Deva belum yakin kalau yang menelponnya Vebby.

"Iya bener kok. Sungguh." Vebby meyakinkan.

Deva masih rebahan di kasur dengan sprei kembang-kembangnya. "Kenapa nanya udah mandi apa belum Veb?"

"Kata Mami sama Papi aku kamu ikut kita makan ya. Kalau bisa siap-siapnya agak cepet. Soalnya mereka udah nunggu di bawah. Sampai ketemu nanti. Hihi." Tanpa basa-basi lebih lanjut Vebby menutup panggilannya.

David yang sedang asik bermain game di Komputernya menoleh ke arah Deva karena merasa suasana jadi lebih hening. "Elu kenapa?" Saudaranya terlihat memejamkan mata. Deva mengambil sikap berlutut di atas ranjang lalu berlutut dan berdoa. Pertanyaan David tidak digubris sama sekali.

Setelah kira-kira dua menit, Deva beranjak dari kasurnya. Dia mengganti pakaian, mengambil dompetnya lalu pergi meninggalkan David tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

***

"Tuhan, kalau aku gak pulang hidup-hidup nanti. Tolong jangan sampai Mama buka chatku sama Vebby. Amin." Deva berdoa dalam hati. Mungkin setidaknya bercanda dengan Tuhan akan mengurangi rasa gugup pikirnya.

William yang sedang berjalan menuju dapur melihat Deva komat-kamit sambil memejamkan mata. Pelan-pelan dihampirinya Cowok tegang tadi. Kemudian Dia berbisik, "Buruan, udah ditunggu Bokap Nyokap Vebby." Sambil meniup telinga Deva.

Deva tekejut lalu menatap William ngeri sambil mengibas-ngibaskan tangannya disebelah telinganya. "Pergi kau syaitan!". Deva berhasil menenengking syaitan chill berwujud koko ganteng. Syaitan pun pergi melanjutkan ekspedisi mencari indomienya.

Calon menantu Bu Gita masih berusaha menenangkan diri, "Tenang Deva tenang. Pasti bisa. Cuma ketemu calon mertua. Kalau salah ngomong cuma diturunin di jalan. Gak bakal di culik. Gak bakal dimutilasi, dimasukin ke kantong plastik terus dibuang ke sumur."

HP Deva berdering. "Iya Veb. Bentar lagi kesana. Ini masih gugup." Jawabnya dengan suara sedikit bergetar.

"Astaga. Kamu gugup? Yaudah, aku bilangin ke Mami dulu." Setelah kabar Deva yang menderita disana Vebby langsung melaporkannya ke yang mulia Mami, "Yang mulia Mami Gita Putri Ayunda Pertiwi Mustika Wijaya. Sepertinya calon menantumu mau meninggal ini."

"HEH ANAK TIDAK TAU DI UNTUNG. SIAPA YANG NGAJARIN MANGGIL NAMA LENGKAP ORANG TUA? SINI MAMI AJA YANG NYAMPERIN ANAKNYA. LAMA BETUL." Vebby yang niatnya hanya bercanda malah memicu emosi Bundanya. Bahaya sekali keberlangsungan hubungan Vebby dan Deva kalau sudah begini.

"ASTAGA VEB. INI AKU LANGSUNG KESANA." Deva yang tidak sengaja mendengar Ibu Gita yang ngegas kelimpungan dan bergegas menuju ke tempat keluarga mempelainya menunggu.