webnovel

Dua Summoner

Sebuah suara yang tidak diketahui darimana asalnya bergaung akibat terpantul oleh rangkaian lembah sehingga menimbulkan efek kencang.

Tak lama kemudian, muncul siluet lembu bertanduk nan cerah layaknya bintang-bintang bergerak cepat, sehingga menghancurkan mantra kubah pelindung Shaman hanya dalam sekali bentur. Bahkan, terdengar pula suara layaknya pecahan cermin di saat yang sama.

Walau kabut masih cukup tebal, semua orang yang ada di sana tersentak dengan apa yang mereka saksikan, tidak terkecuali wanita berpenutup mata itu yang langsung memalingkan badannya ke belakang, bersiap sedia kalau-kalau serangan susulan muncul.

Tidak ada yang mengetahui ekspresi macam apa yang saat ini terpampang pada wajah misterius Shaman, yang jelas situasi saat ini akan berubah menjadi duel sengit.

Sosok misterius perapal mantra lembu tadi mulai memperlihatkan wujud aslinya walau baru bayangannya saja— tongkat, topi, dan setelan pakaian yang agaknya dipenuhi aksesoris bisa diterka hanya dari siluetnya saja.

"Ada perlu apa kau mengunjungi Arcaest 'Tuanku', Shaman?" Nada suaranya terasa seperti seorang pria dewasa dengan aksen agak berat.

Setelah pertanyaan singkat itu, hembusan angin kencang yang entah darimana datangnya bergerak berputar seperti topan, menghempas kabut tebal yang ada. Sesaat setelah itu, barulah nampak wujud sebenarnya dari penanya tadi.

"Wah-wah, Zodiac rupanya." Shaman menyeringai, kemudian terkikik-kikik menyeramkan. "Kau ingin menghalangiku? Coba saja kalau bisa!"

Zodiac tampak tidak berkata apapun, sebaliknya ia mengangkat tongkat magisnya, kemudian mengucapkan mantra berikutnya yang pastinya membuat penontonnya terkagum sekaligus takut.

"Ursa Mayor, aku membutuhkanmu!"

Dari bagian depan, muncul sebuah lingkaran magis terang berotasi dengan cepat, selepas beberapa saat bulatan itu melayang ke atas sembari menciptakan sebuah makhluk mirip beruang besar namun dengan ciri-ciri serupa dengan lembu sebelumnya.

Seakan tak mau kalah dari lawannya, Shaman yang sedari tadi hanya melihat bagaimana mantra musuhnya bekerja kini sudah siap untuk beraksi. Dirinya mengangkat buku tua yang ada di tangan kanannya tinggi-tinggi, lalu seketika lembaran pada buku tersebut berganti tanpa ada yang membaliknya.

Dalam sekejap, seekor monster menyeramkan berbadan singa dengan tambahan sayap kelelawar dan ekor kalajengking muncul tepat di samping kanannya, siapa yang dapat menduga kalau wanita itu bisa menggunakan mantra jenis "summoning".

Monster itu meraung kencang layaknya seekor singa pada umumnya, kemudian mulai lepas kendali takkala Shaman mengarahkan belatinya ke depan.

Pada akhirnya, pertarungan brutal antar makhluk buas tak dapat terelakkan, mereka saling memukul, menggigit dan mencabik-cabik tanpa berbelas kasih.

Bukan hanya mereka saja, namun pengendalinya juga sama sibuknya, baik Shaman ataupun Zodiac sama-sama melancarkan mantra terbaik mereka sehingga menciptakan keributan yang tak bisa dibayangkan.

Berusaha memanfaatkan kesempatan yang ada, Techna berinisiatif untuk menghancurkan batu besar yang menghalangi jalan mereka. Dia menganalisis tingkat kekerasan batu tersebut dengan mengetuknya beberapa kali dengan busur silang miliknya.

"Tak kusangka batunya sekeras ini, tapi mungkin bisa dihancurkan dengan magis," gumamnya pelan.

"Ada apa Techna? Ayo cepat kita menghindar dari sini!" Suara Edelweiss terdengar dari kejauhan, tanpa disadari kawanan pedagang sudah bergerak untuk menghindar.

Gadis pemalu itu berlari menyusul rombongan, dengan agak terengah-engah ia mencoba melaporkan hasil pengamatannya pada Pangeran.

Berdasarkan situasi yang ada, tak akan ada kesempatan bagi kawanan untuk menghancurkan batu besar di saat dua penyihir ulung saling bertempur di dekat mereka, tapi bukan tidak mungkin jika ada hal lain yang dapat melakukannya dibanding mereka.

Dan benar saja, tak berselang lama kemudian sebuah juluran api merah nampak terbang ke langit dari balik penghalang seolah seperti memantul. Di saat yang sama, juga terdengar suara ledakan selama beberapa kali hingga menciptakan retakan yang hebat pada batu besar tersebut dan akhirnya meledak.

Suara hebat tersebut membuat semua yang ada di sana menjadi lengah— menoleh pada sumber suara, tak terkecuali dua penyihir yang sebelumnya sedang bertarung sengit.

Pada awalnya, debu-debu yang berterbangan masih menutupi penampilan sosok misterius lainnya yang turut campur dalam adegan ini, tapi tak lama kemudian mulai terlihat siluet dua orang pria dan satu wanita yang tidak asing bagi Vorwister bersaudara.

Shaman menyeringai takkala ketiga sosok tadi mulai tampak jelas. "Bala bantuan ya ... kupikir ini akan menjadi duel yang menarik, Zodiac."

"Kau akan kabur? Jangan harap!" Sang penyihir konstelasi berusaha menghentikan lawannya, namun gagal.

Wanita berambut perak itu pun mengangkat lengan kanannya, yang kemudian diikuti dengan berhentinya pergerakan monster miliknya. Sesaat kemudian, hewan buas tersebut lenyap bagaikan robekan kertas yang tertiup angin, bersamaan dengan dirinya yang turut lenyap laksana bayangan.

Sementara itu, tiga orang asing tadi mulai berlari mendekati kawanan pedagang untuk mengecek bagaimana status terkini, rupanya mereka bertiga memang telah menunggu Edelweiss dan yang lainnya. Dua diantara mereka langsung menuju pada Aden untuk membicarakan sesuatu.

"Kau nampak lusuh sekali, Putri Edelweiss," ucap wanita yang memisahkan diri lalu memberikan sapu tangan miliknya.

Edelweiss merasa amat familier dengan nada bicara yang angkuh itu, meski demikian dia tidak mempermasalahkannya dan justru memeluk orang tersebut erat-erat layaknya ketika bertemu dengan Techna tempo lalu.

"Alira sepupuku, senang bisa melihatmu di sini," ucap Edelweiss penuh kebahagiaan.

Wanita dengan busur panjang di punggugnya itu berusaha untuk melepaskan diri dari dekapan Edelweiss, wajahnya juga seperti terihat agak kesal.

"Yang Mulia, tunjukkanlah sikap bermatabat di hadapan rakyatmu! Dan lagipula aku ini sedang memakai zirah, memangnya kau tidak merasa kesakitan?"

Di sisi lain, salah seorang pemuda yang menyertai Alira mendekati kerabatnya yang lain yang kini berada di dekat sang penyihir bintang dengan pedang terangkat.

Betapa tegangnya bahu Aden ketika dia tepuk pelan, hal ini menandakan bahwa sepupunya sudah siap melancarkan serangan jika targetnya melakukan pergerakan tiba-tiba.

"Siapa kau sebenarnya? Dan apa itu 'Arcaest' yang kalian gaung-gaungkan sejak tadi?"

Zodiac, yang sedari tadi hanya melamun menyaksikan bagaimana keadaan orang-orang yang telah diselamatkannya akhirnya mulai tersadar. Sebelum berujar, lelaki berusia kira-kira tiga puluh tahunan itu membenahi posisi topi besarnya terlebih dulu.

"Maaf, tapi aku tak punya waktu untuk menjelaskannya," tanggapnya, menghindar dari pertanyaan.

"Lalu, bagaimana kami bisa tahu kalau kau bukan musuh?" Phillip, yang merupakan sepupu sang Pangeran juga ikut menyahut.

"Itu tergantung sudut pandangmu. Temuilah Furry sang penjaga pohon kehidupan di Althea, maka kau akan mengetahui jawabannya."

"Althea? Maksudmu kota para—"

Baru saja Aden akan melanjutkan perkataannya, tanpa diduga sebuah angin kencang datang dari berbagai arah yang kemudian berputar mengelilingi Zodiac layaknya angin puyuh.

Udara besar tak beraturan itu mengaburkan pandangan semua orang, sehingga ketika mereka berhasil membuka mata pria itu sudah menghilang tanpa jejak.

Aden tak dapat berkata-kata lagi setelah mendapati sumber informasinya hilang seperti itu, kini yang mesti menjadi fokus utamanya adalah sosok Furry sang penjaga pohon kehidupan yang tadi Zodiac singgung.

Di saat itulah, Phillip dengan wajah cerianya merangkul bahu kerabatnya, kemudian mengajaknya untuk beristirahat sejenak dari kegilaan ini. Dia pula berpendapat, akan lebih baik membahasnya di kediamannya ketimbang di luar ruangan dengan keadaan kacau seperti ini. Lagipula, mereka pasti amat kelalahan seusai melakukan perjalanan yang cukup panjang.

Putra mahkota Firmus itu tidak dapat menolaknya, sebab dirinya sendiri memang merasa persis seperti yang Phillip bilang, bahkan kepalanya pun sudah terasa sangat berat sampai-sampai hampir jatuh karena saking lelahnya.

Lagi-lagi kita semua kembali disuguhkan oleh rangkaian peristiwa yang masih belum diketahui motifnya. Dan meski Zodiac sudah mau membagikan titik terang pada mereka, tapi rasanya tetap saja terasa masih kurang mengingat tak ada yang mengenal siapa itu Furry baik Aden ataupun Phillip.