webnovel

Legenda Mawar Beku

Pada pagi harinya, bunyi kicauan merdu burung menyambut datangnya hari baru terdengar dari luar ruangan Aden, siapa sangka Pangeran tertidur amat pulas sampai berjam-jam lamanya. Yah, itu memang tidak mengherankan jika kita sandingkan dengan jam tidurnya yang tergolong kacau balau akhir-akhir ini.

Keadaan itu juga berlaku pada Edelweiss yang tidak kunjung bangun meski dibangunkan oleh Alira berkali-kali. Hal tersebut tentu saja membuat gadis yang seusia dengannya menjadi jengkel, lantas ia menyiramkan seember air dingin tepat pada wajah sepupu perempuannya sebagai langkah terakhir.

Edelweiss yang mendapati perlakuan tak menyenangkan tersebut langsung mengakhiri tidurnya dengan tidak baik, badannya pun seketika langsung menggigil.

Sambil mengumpulkan kembali "nyawanya", dirinya memandangi wanita yang telah menyiramnya dengan tatapan penuh amarah.

"Apa maksudmu membangunkanku seperti itu? Sophia tidak pernah melakukan hal sekejam itu!"

"Yang Mulia, tidak mungkin kau akan terus-terusan berada di alam mimpi sepanjang hari!" Ujar Alira balik membentak. "Sekarang segeralah bersiap-siap, kita akan melakukan rapat kecil di ruang makan."

Pada akhirnya, Edelweiss tidak mampu menemukan kata-kata yang bagus untuk melawan Alira, jadi mau tak mau dia harus menurutinya.

Ia kemudian pergi ke luar kamarnya sembari menggerutu betapa kejamnya perlakuan Alira padanya, padahal saudara kembarnya saja, Phillip tidak pernah berbuat seperti itu. Benar-benar bertolak belakang sekali watak mereka.

Terlepas dari perilakunya yang cukup kasar bahkan pada keluarga utama, sifat Alira memang telah dibentuk seperti itu sejak masih belia untuk menguatkan mentalnya sebagai pelindung penerus takhta. Akan tetapi, tak seperti Phillip yang cenderung bersikap keras cuma pada saat-saat tertentu, Alira justru menjadikannya sebagai bagian dari kepribadiannya.

Yah, kejadian seperti itu memang sebaiknya dilupakan saja, sebab beragam makanan menggiurkan sudah di depan mata, dirinya tidak boleh menyantap semua hidangan itu jika diiringi emosi yang meledak-ledak.

Terdapat banyak sekali makanan mewah yang sudah lama tak dilihat oleh Edelweiss, mulai dari olahan daging panggang hingga hidangan penutup manis.

Semuanya memang terlihat menggugah selera, namun dirinya tidak berniat untuk makan terlebih dahulu sampai kakaknya dan Techna datang karena kebiasaan mereka sewaktu di perjalanan.

Dari pintu depan, tampak dua orang penjaga yang berdiri tegap di tiap sisi pintu mulai membuka tiap daun pintu, tak lama kemudian muncul lima orang yang amat familier memasuki ruang makan.

Masing-masing dari mereka dengan sigap menempati tempat duduk mereka masing-masing terkecuali Techna dan seorang pemuda berambut merah yang mengambil posisi tegak di sudut ruangan.

"Ada apa kalian berdua? Kemarilah dan duduk bersama kami." Ajak Phillip ketika mendapati orang-orang yang diajaknya tidak ikut duduk.

Techna merespon sembari menundukkan kepalanya, "... saya mohon maaf Tuan Phillip. Or .. orang biasa seperti saya tidak pantas untuk makan bersama para bangsawan."

Tak lama kemudian, pria berzirah yang kemarin sempat terlihat bersama Alira dan Phillip juga ikut menjawab, namun dengan pembawaan yang lebih berwibawa.

"Mohon maaf, Tuanku. Sebagai seorang kesatria hamba juga tidak diperkenankan melakukan hal selancang itu."

"Singkirlah sejenak norma-norma itu," Ujar Aden. "Ada hal penting yang ingin kami bicarakan bersama dengan kalian berdua."

Setelah dibujuk beberapa kali oleh para anggota keluarga kerajaan, akhirnya mereka berdua menurut juga, walau terasa sedikit canggung.

Untuk menghilangkannya sekaligus mempersingkat waktu, Pangeran Firmus mengangkat topik invasi yang dilakukan kekaisaran Bizantium ketika dirinya masih berada di dalam perjalanan.

Alira dan Phillip kelihatannya agak tersentak ketika mendengar kabar tersebut, tetapi yang dikagetkan bukanlah invasinya, melainkan saat-saat di mana sepupu mereka berada di tempat kejadian.

Mereka mengakui bahwa kabar penginvasian tersebut telah sampai ke sini tiga hari yang lalu lewat seorang prajurit Floria, dan kemungkinan besar kota itu juga sedang atau bahkan telah diserbu. Ini tentunya merupakan berita yang amat buruk, sebab segala macam suplai yang menopang hidup kota-kota di Firmus bisa terhenti apabila jantungnya diserang.

Walaupun keadaan yang sedang terjadi cukup parah, bukan berarti Maxima hanya tinggal diam saja. Melalui tuturan Alira, ayahnya bahkan sudah mengerahkan hampir tiga perempat pasukan yang ada untuk menghentikan penyerangan itu serta menyelamatkan Sang Raja dan Ratunya untuk berjga-jaga.

Phillip yang sedari tadi hanya memainkan alat makan mulai merasa terganggu pada satu hal.

"Hei, Pangeran Aden, apakah kerajaan kita sedang berkonflik dengan mereka?"

"Itu mustahil. Perjanjian damai yang Baginda Raja buat dengan kaisar mereka semestinya masih berlaku sampai detik ini, dan aku tak pernah mendengar satupun masalah."

"Kalau begitu bisa saja mereka menginginkan Firmus untuk ekspansi wilayah secara masif," tebak Edelweiss tanpa ragu, walau terkaannya tidak berdasar namun cukup masuk akal juga.

Pikiran semua orang benar-benar dibuat keruh karena misteri ini, sehingga pada akhirnya tidak ada satupun dari mereka yang berkomentar ataupun berkata apapun karena minimnya informasi yang tersedia.

Situasi seperti itu masih berlangsung bermenit-menit lamanya, hingga gadis bertangan logam yang ada di sana mulai mengingat sebuah potongan adegan yang disaksikannya ketika peristiwa penyerangan berlangsung. Dengan segera dia pun langsung mengungkapkannya pada semua orang.

Pada waktu itu, Techna dengan sekuat tenaga membantu proses evakuasi warga untuk segera meninggalkan desa yang sudah separuh terbakar.

Semua orang yang dirinya kenal sudah ia pastikan telah pergi mengungsi, kecuali ayahnya yang tak bisa ditemukan di manapun.

Dengan penuh keberanian, Techna memutuskan untuk tetap berada di desa sambil terus mencari keberadaan ayahnya.

Naasnya, dia tak dapat menemukan orang tuanya, akan tetapi ia secara tak sengaja mendengar umpatan seorang kapten pasukan Bizantium yang terjun masuk ke dalam lokasi kebakaran.

"Sa .. saya mendengar dia menyinggung soal 'mawar beku' yang tak ia temukan di desa."

"Mawar beku kamu bilang?" Edelweiss tiba-tiba saja menyahut karena tersentak.

"Apa Anda merasa tak asing dengan benda itu, Tuan Putri?"

Edelweiss mengangguk kencang sebagai jawaban yang tak perlu diterjemahkan. Tak lama kemudian, dirinya meminta undur diri sejenak ke kamarnya untuk mengambil sesuatu yang mungkin saja bisa menjelaskan segala yang terjadi di sini.

Setelah melakukan proses pencarian yang "panjang", akhirnya buku tua yang pernah dibacanya dua minggu lalu berhasil ditemukan dan diperlihatkan pada semua orang.

Dengan sigap, Tuan Putri membalik lembaran buku tersebut sampai pada sebuah halaman yang sengaja dilipat ujungnya. Di sana tampak jelas sebuah lukisan kelopak mawar dengan beberapa goresan di ujungnya tergambar di tengah halaman, di sekelilingnya pun juga termaktub tulisan-tulisan yang agak sukar untuk dipahami.

Untuk memudahkan rekan-rekannya, Edelweiss hanya membacakan bagian yang dirasa penting saja. Benda yang mereka bicarakan ini merupakan salah satu dari tujuh artefak legendaris penghasil energi magis bagi dunia ini.

"Itu artinya, jika sampai aset berharga ini jatuh ke tangan Romawi Timur, maka kita berada dalam bahaya besar!" Simpul saudara kembar Alira.

Perkataan itu sontak membuat Alira mengebrak meja dengan kuat, tanpa pikir panjang dia berencana menemui ayahnya agar mengirimkan lebih banyak pasukan sebagai bala bantuan.

Dengan dikerahkannya semua personel militer yang ada, ia berharap pasukan Romawi Timur dapat dipukul mundur sekaligus menyelamatkan artefak suci tersebut.

Akan tetapi, kesatria Nozra Wisteria agaknya kurang setuju dengan tindakan tanpa perhitungan matang yang Alira tunjukkan tadi. Ia berpendapat, mereka semua tidak bisa langsung pergi begitu saja tanpa persiapan dan matang, terutama dalam upaya mengalahkan senjata andalan Bizantium— api Yunani.

Ya, itu merupakan salah satu masalah mereka jika akan menghadapinya. Menurut kabar yang beredar, tak ada yang dapat memadamkan kobaran api itu termasuk air, sebab malah akan memperbesar kobaran nyala apinya saja. Hal itulah yang mendasari kenapa senjata ini begitu efektif sebagai pertahanan laut.

Sebenarnya bukan hanya itu saja, mereka pun perlu mengonfirmasikan apakah mawar biru beku benar-benar ada di negeri ini atau tidak. Ini karena buku tua yang dibawa Edelweiss tidak memuat informasi keberadaannya, itulah yang membuat mereka harus mencari referensi lain dengan bertanya pada seseorang atau menemukan catatan lainnya.

Mereka semua menghabiskan bermenit-menit lamanya hanya untuk semua topik permasalahan itu, tanpa menyentuh semua makanan yang ada di depan mereka. Ketika sesi makan telah berakhir, mereka mulai melakukan penelusuran secara berpasangan terkait asal usul artefak itu sebagai langkah awal dalam penentuan tindakan selanjutnya.

Ketiga pasangan itu dibagi tugas untuk mendatangi sarjana sihir/ sorcerer , para petualang serta pedagang, dan perpustakaan kota. Dalam kasus kali ini, tentu saja Putri Edelweisss mendapatkan tugas di perpustakaan karena kemampuan literasinya.

Bersama dengan Nozra, Edelweiss mulai menganalisis setiap buku yang diambilnya dari rak. Siapa sangka perpustakaan di sini jauh lebih megah dibandingkan milik Firmus, tempat ini pastinya bisa dia gunakan untuk lebih menambah wawasannya, persis seperti ucapan ayahnya.

Walau begitu, rasanya agak terlalu sepi di tempat itu, maksudnya tidak ada komunikasi ataupun basa-basi antara sang Putri dengan kesatrianya sehingga menciptakan kesan yang lumayan "canggung". Untuk itulah, Edelweiss berusaha untuk mencairkan suasana dengan mengungkit kejadian kemarin.

"Tuan Nozra, aku lupa untuk berterima kasih karena sudah menyelamatkan kami kemarin."

"Hamba hanya menjalankan tugas, dan merasa tidak pantas mendapat ucapan tersebut dari Anda." Nozra menaruh buku yang dipegangnya, kemudian membungkukkan badannya sebagai sebuah tanda penghormatan.

"Aku dengar dari Phillip, kamu cukup hebat dalam menggunakan sihir, betulkah begitu?"

"Benar, Yang Mulia. Hamba mahir dalam mengelola magis api, elemen yang sangat membantu hamba di dalam berbagai misi."

Edelweiss terdiam sejenak dan kembali membaca sebuah buku yang dipegangnya. Kalau begitu, jilatan api yang menghancurkan batu besar kemarin ialah milik Nozra, betapa hebatnya pemuda itu karena memiliki kemampuan yang begitu besar dan menakjubkan.

Tak hanya itu, ucapan Nozra yang membawa kata 'pertarungan' membuatnya jadi teringat akan latihan berpedangnya dengan Aden dua Minggu lalu. Melihat dari situasi yang ada, besar kemungkinan Aden takkan bisa menyempatkan waktu untuk melatihnya lagi.

Meminta Nozra untuk melatihnya mungkin bukan hal yang buruk, mengingat pemuda itu merupakan kesatria elite Maxima dengan segudang bakat dan kemampuan mirip kakaknya.

Akan tetapi, Edelweiss harus mengurungkan niatnya sementara, sebab bukan waktu yang tepat untuk mengungkapkannya, terlebih apa yang dicari-cari olehnya sudah muncul ke permukaan.

"Nozra, coba lihat apa yang kutemukan ini!" Ucapnya begitu antusias.

Putri Edelweiss menaruh buku yang sebelumnya ia baca pada meja agar bisa dilihat oleh rekannya juga. Tampak jelas dalam buku tersebut sebuah paragraf yang sama rumitnya dengan buku terakhir, namun jika diambil intisarinya maka akan berbunyi:

"Seorang pahlawan yang dijuluki 'Arthria' berhasil merebutnya dari cengkraman penguasa yang zalim, sekaligus mengakhiri perang besar Firmus. Sebelum pergi untuk membangun negara baru, sosok itu menitipkannya pada seorang gadis dengan sorot mata merah darah yang tinggal di lingkungan tandus."

Sebuah kisah yang sangat menarik baik bagi Edelweiss maupun Nozra, terutama pada bagian peristiwa perang Firmus yang sudah lama usai ratusan tahun silam. Namun sayangnya, sumber dari buku ini anonim sehingga kredibelitasnya patut dipertanyakan.

Akhirnya, sehabis melakukan diskusi cukup panjang mereka berdua kemudian sepakat untuk menjadikan catatan lama ini sebagai bahan rujukan paling baik untuk ditunjukkan pada yang lainnya. Hal tersebut dikarenakan hanya buku itulah satu-satunya bahan rujukan terlengkap dan paling terperinci yang bisa mereka temukan di area tersebut.