webnovel

Lost

Dengan perlahan sosok hitam itu membaringkan tubuh gemetar Eren di ranjangnya. Mata kelabu itu terdiam terpaku saat melihat lekuk tubuh Eren yang terlihat jelas di depannya membuatnya tersenyum miring.

Tangan putih pucatnya menyingkarkan helaian anak rambut basah yang menutupi wajah indah yang tak sadarkan diri itu. Tangan itu turun mengelus mata, hidung macung Eren dan berhenti di bibir pucat Eren dan itu membuat sosok itu mendecih tak suka. Harusnya belahan bibir itu berwarna merah ranum bukannya putih. Dengan cepat sosok hitam itu meraup bibir itu. Memberinya sensasi mengeliat di desiran darah Eren. Menguarkan sedikit perasaan panas di dalam tubuhnya yang tak sadar.

Ciuman sosok hitam itu menuntut lebih dari sekedar ciuman yang sekarang. Dengan lihainya sosok hitam itu terus melumat ganas membuat lenguhan Eren terdengar di telinganya dan itu semakin membuat libido sosok hitam itu semakin menguar yang telah lama hilang.

Tangan kanannya turun membuka satu persatu kancing kemeja Eren sedang tangan kirinya menarik tengkuk Eren untuk memperdalam lumatannya.

Tubuh Eren semakin menggeliat merasakan nikmat di alam bawah sadarnya. Desahan itu terus saja keluar dan semakin menggoda saat sosok hitam itu turun menciumi dada Eren yang telah terbuka. Meninggalkan kissmark di setiap jengkal tubuh mulus itu.

"Ugh..." kembali lenguhan itu keluar dengan tubuh Eren yang terangkat sedikit merasakan sensasi aneh yang baru dirasakannya.

Sosok hitam itu semakin menyeringai saat melihat diantara selangkangan Eren bereaksi membuatnya semakin gencar untuk melakukan lebih tapi terhenti saat melihat reaksi Eren yang juga menginginkan lebih.

Tidak

Ini bukan saatnya. Dan sosok itu tak ingin kehilangan untuk kesekian kalinya.

"Tunggu saatnya sayang." Ucapnya berbalik menatap wajah Eren yang berkeringat panas lalu tersenyum dan mencium singkat kening Eren.

Sosok hitam itu menghilang setelah membuat Eren seperti sedia kala dan membuat Eren melupakan kenangan yang terjadi hari ini.

Di suatu waktu yang berbeda

Cahaya putih dari langit malam menyoroti dalam indahnya tarian seorang wanita dengan rambut coklat panjangnya. Musik alam terdengar mengalun di sekitar wanita cantik itu. Mata emeraldnya memancarkan kebahagian dan ketenangan bagi yang melihatnya termasuk seorang iblis sekalipun.

Kain panjang berwarna putih itu berterbangan mengikuti gerakan sang penari. Gumaman kecil terdengar bagai simfoni yang keluar dari bibir tipisnya. Tak ada celah kesedihan di seluruh bagian tubuhnya hanya ada kenyamanan dan ketenangan yang menyeruak keluar.

Di sisi tergelap seorang pemuda menatap kagum seseorang yang sangat indah dihadapannya saat ini. Seulas senyum tipis tersungging di sana saat sosok malaikat itu menatapnya dengan senyum indahnya.

Keduanya berjalan saling mendekat dan berhenti diantara batasan mereka melangkah. Hitam dan putih tak bisa menyatu.

Mereka tidak boleh melewati batas itu atau mereka akan mendapat kemarahan Tuhan.

Kesengsaraan

Penderitaan

Dan kutukan akan selalu menyertai mereka yang melanggarnya. Dan mereka salah satunya.

"Rivaille...." Panggilnya dengan lembut yang hanya dijawab senyum tampan Rivaille.

"Akhirnya kau datang. Kau tahu aku sangat merindukanmu." Ucapnya dengan berusaha menggapai Rivaille tapi Rivaille menghindar dan itu membuat sosok putih itu sedih.

"Kenapa?" tanyanya.

"Jangan.. jangan pernah kau menyentuh seorang sepertiku. Kau bisa terbakar." Jelas Rivaille yang hanya dijawab sosok putih itu dengan gelengan lemah.

"Kau tahu benar akan hal itu Eren. Seorang iblis tak boleh saling bersentuhan atau bahkan saling mencintai dengan seorang malaikat sepertimu." Lagi Rivaille mencoba memberi penjelasan pada sang terkasih.

" Aku tahu itu..." ucap Eren lirih.

"Tapi harus sampai kapan? Tidak apa aku harus dikutuk, menderita dan sengsara kalau itu cara agar aku selalu bisa bersamamu. Percayalah.."ucap Eren dengan berusaha kembali menyentuh Rivaille.

Pertama kali yang dirasakannya adalah rasa terbakar ditelapak tangannya.

Sadar akan apa yang dilakukan Eren dengan cepat Rivaille memundurkan tubuhnya.

"Apa kau bodoh Eren? Kau bisa hangus terbakar karena tindakan bodohmu ini." Ucap Rivaille marah. Bukan hanya Eren yang menginginkan ini, dirinya juga sangat ingin berdekatan sangat dekat dengan kekasihnya bahkan untuk saling bersentuhan. Tapi Rivaille tak ingin kehilangannya. Itu lebih buruk dari apa yang Tuhan berikan sebagai hukuman.

"Aku tak peduli. Aku sangat mencintaimu.. uhuk.. uhuk.." Eren terbatuk keras setelah mengucapkan kata terakhirnya.

"EREN!!!!"Rivaille berteriak panik saat melihat Eren tersungkur ke tanah.

"Berhenti mengucapkan kata bodoh itu, kau bisa mati karenanya Eren." Rasanya Rivaille ingin berlari mendekat mendekapnya erat mencoba memberi kenyamanan untuk Eren.

" A-aku tak peduli, walaupun aku harus mati karena ini aku akan tetap mengucapkan aku mencin.. uhuk t-taimu... uhuk.." Eren semakin meringkuk kesakitan menahan rasa sakit di dadanya.

"KUBILANG BERHENTI EREN!!" Rivaille semakin panic saat melihat keadaan Eren di depannya.

"Kau sudah tak seperti malaikat lainnya karena aku. Kekuatanmu dan sayapmu sudah hilang karena kau mencintaiku. Kumohon berhentilah agar kau bisa hidup lebih lama lagi walaupun tak abadi sepertiku." Air mata kini sudah mengalir dipipi tirus Rivaille. Dia sudah benar-benar sakit. Kenapa Tuhan sangat kejam pada mereka.

Mata sayu emerald itu terbuka menatap Rivaille yang ada di depan menatapnya dengan wajah khawatirnya. Eren tersenyum lemah melihatnya. Tubuhnya berusaha bangkit berdiri walaupun berulang kali terjatuh.

"Apa yang ingin kau lakukan?!" teriak Rivaille lagi saat dirasa Eren berusaha berjalan menghampirinya dengan tertatih.

"Berhenti ditempatmu Eren, jangan melakukan hal bodoh."lebih kencang Rivaille memperingatkan tapi tak digubris Eren yang masih tetap berusaha berjalan mendekat. Senyum disertai rasa sakit itu terpampang membuat Rivaille semakin terluka.

" Kumohon berhenti Eren." Rivaille memohon dengan sungguh-sungguh dan itu membuat Eren berhenti tepat di perbatasan. Hanya perlu selangkah saja Eren akan merasakan sakit luar biasa ditubuhnya jika itu dilakukan dan hangus terbakar menjadi abu setelahnya.

Eren mendongak menatap wajah Rivaille tercintanya.

"Mungkin ini sangat sangat bodoh untukmu dan aku jelas tahu akan hal itu."

"Jika hidup membuatku tak bisa bersamamu, aku lebih baik mati."

"Apa maksudmu Eren?" ucap Rivaille disela ucapan Eren. Eren hanya menatapnya penuh arti.

"Berjanjilah satu hal padaku. Berjanjilah untuk selalu menemukanku dan mencintaiku dikehidupanku berikutnya. Berjanjilah padaku..."

Cukup lama Rivaille terdiam tak menjawab. Tak ada bedanya dikehidupan berikutnya pun dirinya akan terus merasakan sakit dan hancur saat melihat berulangkali kematian menjemput sang kekasih jika mereka bersama.

"Aku berjanji padamu Eren." Eren tersenyum setelah mendengarnya.

Baru selangkah kakinya menapak melewatinya tapi rasa sakit seperti terbakar itu sudah dirasakannya. Semuanya dihiraukannya, Eren tetap melangkah semakin membawa tubuhnya masuk di kegelapan dan itu sukses membuat Rivaille melotot dan berlari mendekat dan merengkuhnya dalam dekapannya.

Mata emerald yang sedari tadi menatap Rivaille kini perlahan terpejam dan terkulai tak sadarkan diri dipelukan Rivaille.

"EREN.... EREN..." Suara Rivaille menggelegar dan semakin keras saat tubuh Eren perlahan hancur menjadi abu.

"AAARRRGGHH.."

Teriakan kemarahan itu membuat Eren terbangun dari tidurnya. Keringat dingin sudah membasahi tubuh Eren yang tersengal dengan napasnya karena ketakutan.

Terakhir kali yang dilhatnya kobaran api hitam mengelilingan sosok hitam bersayap.

'Mimpi macam apa itu tadi? Kenapa sosok putih itu seperti dirinya? Dan siapa itu Rivaille?' Pertanyaan itu bermunculan di kepala Eren.

Tbc

Silakan membaca