webnovel

Impossible wish

WARNING!! Adult konten. banyak adegan dewasa dan kekerasan

NvigirlFanaticzz · LGBT+
Not enough ratings
60 Chs

New family

Setelah jimin berbicara dengan nyonya min dia kembali ke kamarnya. Jimin berjalan dengan tidak semangat. Kenapa tidak ada yang menerima permintaannya. Alasan jimin terus bekerja hanya ingin mandiri dia tidak ingin bergantung pada orang lain.

𝘾𝙚𝙠𝙡𝙚𝙠

Jimin pun masuk ke kamarnya dia melihat hyung nya sedang tiduran di ranjangnya.

"Bagaimana hum?" Ucap yoongi menaik turunkan alisnya dan memiringkan tubuhnya menghadap ke arah jimin dengan lengannya menopang kepala. Jimin memutar bola matanya malas.

"Kau pasti tahu jawaban eomma." Jimin pun mendudukkan diri di pinggir ranjang membelakangi yoongi. Yoongi pun mendekat pada jimin dan tanpa ragu melingkarkan tangannya pada perut jimin dengan tubuhnya yang masih tiduran menghadap pada jimin.

"Eh.. Hyung? Apa yang kau lakukan?" Jimin melebarkan matanya terkejut dengan apa yang di lakukan yoongi.

"Aku sedang memeluk adik ku. Aku tak pernah menyangka punya dua orang sekaligus. Kau tahu jimin dari kecil aku sangat menginginkan seorang adik."

"He.. Benarkah?"

"Uhum.. Aku ingin punya adik karena adik suka bermanja-manja pada kakaknya, suka meminta, dan bagiku sosok adik adalah seseorang yang harus di perjuangkan. Seperti dirimu jimin, sebagai kakak kau yang berjuang memenuhi kebutuhan jihoon dengan bekerja keras meski banyak rintangan yang menghadang namun kau tetap tegar menghadapinya karena yang kau ingat hanya jihoon adikmu. Dan sekarang giliran mu menjadi seorang adik untuk ku. Aku berjanji jimin aku akan membahagiakan kalian. Aku akan menjadi kakak yang baik untuk kalian dan akan selalu menjaga kalian." Ucap yoongi sambil mengeratkan pelukannya.

"Ne hyung aku juga berjanji akan menjadi anak dan seorang adik yang baik untukmu dan keluarga ini." Ucap jimin sambil mengusap rambut yoongi.

"Terima kasih min jimin."

.

.

.

"Kenapa jimin tidak datang hari ini?" Ucap seokjin cemas.

"Kenapa sayang?" Ucap sang suami Namjoon yang sedang duduk di ruang tengah sambil menunggu waktu makan siang.

"Joonie aku khawatir pada jimin, apa dia sakit? Aku tidak punya nomornya juga alamat rumahnya. Aku sangat khawatir joonie." Ucap seokjin yang kini tengah berjalan mondar mandir.

"Ada apa bu?" Ucap jungkook yang baru saja tiba.

"Ibu khawatir pada jimin, kook-ah. Jimin hari ini tidak datang."

"Sudahlah bu, kenapa harus mengkhawatirkannya Dia hanya orang asing. Tak perlu seperti itu bu."

"Jungkook, kenapa kau tak pernah mengerti orang lain dan bersikap acuh. Mereka juga perlu dukungan bagi kita yang mampu memberikannya.

"Untuk apa perduli, mereka itu hanya benalu yang bisanya memanfaatkan orang-orang seperti kita."

"Tidak semuanya jungkook. Jangan kau memandang buruk mereka. Mereka itu...

"Cukup ibu aku tak ingin mendengarkan hal yang tidak penting." Jungkook pun meninggalkan ke arah kamarnya. Seokjin hanya bisa menghela nafas melihat sikap putranya.

"Dasar keras kepala, sulit sekali memberi pengertian padanya."

"Sabarlah jinnie, dia memang seperti itu."

"Tapi, dia harus berubah joonie, sebelum dia menyesal akan sikapnya suatu saat nanti." Seokjin pun beranjak ke dapur untuk memastikan makanannya sudah siap atau belum. Dan saat akan membawa makanan ke meja makan ponsel seokjin bergetar.

𝘿𝙧𝙧𝙩𝙩𝙩.. 𝘿𝙧𝙧𝙩𝙩𝙩.. 𝘿𝙧𝙧𝙩𝙩𝙩...

"Eh.. Nomor siapa ini? Lisa tolong bawa ini ke meja makan, aku akan mengangkat telepon dulu."

"Ne nyonya."

"Yeoboseo."

"....."

"Jimin! Astaga kenapa kau tak datang?  Aku sangat mengkhawatirkan mu."

"....."

"Berhenti? Kenapa kau berhenti? Baru sehari kau bekerja jimin. Apa ada yang berbuat jahat padamu?"

"Eh... Benarkah? Syukurlah kalau begitu."

"....."

"Ne, nanti kalau ada waktu senggang kita bertemu ne.. Aku pasti merindukan jimin."

"....."

"Ne jimin..."

Setelah mendapatkan telepon dari jimin, seokjin merasa lega dan kecewa. Dia lega mendengar suara jimin yang baik-baik saja dan kecewa karena jimin tidak bekerja lagi di rumahnya.

"Kau kenapa jinnie?"

"Jimin berhenti bekerja joonie."

"Bagus lah kalau begitu. Satu benalu sudah pergi." Ucap jungkook yang baru datang ke ruang makan.

"Meski begitu ibu akan sering menemuinya."

"Terserah." Setelah perdebatan itu mereka menikmati makan siang mereka.

.

.

.

"Bagaimana jimin jihoon apa kalian menyukainya."

"Ne eomma, ini sangat enak sekali." Ucap jihoon sambil memakan makanannya.

Saat ini keluarga min tengah menikmati makan siang mereka dengan sedikit obrolan.

"Jihoonie makan yang benar nanti kau tersedak." Ucap jimin pada jihoon yang memakan makanannya dengan cepat.

"Ne, hyung maaf."

"Jimin-ah apa kau mau membantu hyung di perusahaan?"

"Eh,.. Jimin tidak bisa hyung, jimin tidak mengerti tentang perusahaan."

"Sayang, tenang saja Hyung mu akan mengajarkanmu semuanya. Tidak apa-apa nak."

"Baiklah eomma."

"Jihoonie besok kau akan hyung pindahkan ke sekolah yang lebih baik dari yang dulu ne. Dan jangan lupa kenalkan dirimu sebagai min jihoon, mengerti?!"

"Ne hyung jihoon mengerti."

"Besok taehyung akan mengantarkan mu ke sekolahmu yang baru."

"Hyung, Taetae hyung itu siapa?" Tanya jimin yang penasaran.

"Taehyung itu sekertaris dan sahabatku. Dia sahabatku saat masih di SHS. Dan yang tadi pagi kesini bersama kita itu lah orangnya yang bernama taehyung."

"Um.." Gumam jimin sambil menganggukkan kepalanya.

"Setelah makan kau bersiaplah hyung akan mengajakmu ke perusahaan tidak perlu formal yang penting rapi."

"Ne hyung."

Skip

Kini jimin tengah bersiap di depan kaca riasnya. Saat ini jimin memakai kaos putih polos didalam sebuah cardigan biru yang melapisi kaosnya. dengan celana bahan berwarna hitam. Dia terlihat sangat manis.

"Hyung aku sudah siap." Ucap jimin yang sudah turun ke bawah menghampiri hyung nya.

"Kyaaa... Jiminie kau manis sekali." Sang eomma menghampiri jimin dan memeluknya.

"Astaga eomma kau berlebihan. Lepaskan adik ku, eomma bisa membunuhnya kalau eomma memeluknya seperti itu." Ucap yoongi sambil melepaskan pelukan nyonya min pada jimin. Nyonya min sangat menyukai hal yang berbau manis dan imut terlebih saat pertama melihat foto jimin yang di berikan oleh yoongi hari itu juga dia menyuruh yoongi langsung membawanya ke rumah.

"Aishh.. Yoongi jimin terlihat imut sekali." Yoongi memutar bola matanya kemudian membawa jimin segera dari sana.

"Jihoonie temani eomma di rumah ne.."

"Siap hyung."

Jimin dan yoongi pun pergi menuju ke perusahaan keluarganya. Yoongi ingin mengenalkan dan mengajarkan tentang perusahaanya pada jimin, karena suatu saat nanti yoongi ingin jimin membantunya mengurus perusahaan itu.

"Hyung yakin ingin mengajari ku? Aku takut malah mengacaukan semuanya hyung." Ucap jimin sambil menundukkan kepalanya.

"Kau bisa jimin. Karena kau tipikal orang pekerja keras hyung sangat yakin kau bisa."

"Baiklah hyung aku akan mencobanya."

"Itu baru adik ku." Ucap yoongi yang kini tersenyum lebar sambil mengusap surai halus milik jimin. Sedangkan jimin yang mendapat perlakuan manis dari hyung nya kini sedang tersipu malu.

Tbc