webnovel

Impossible wish

WARNING!! Adult konten. banyak adegan dewasa dan kekerasan

NvigirlFanaticzz · LGBT+
Not enough ratings
60 Chs

Adoption?

𝘾𝙚𝙠𝙡𝙚𝙠

Jihoon membuka pintu kamar Hyung nya menyembulkan kepalanya kedalam dan Mengintip ke adaan di dalam kamar itu. Terlihat di sana jimin masih terlelap dengan selimut yang masih membungkus tubuhnya.

Jihoon pun mendekatinya kemudian duduk di pinggir ranjang jimin. Jihoon menatap wajah jimin yang terlihat lelah, ingin sekali jihoon menangis menumpahkan segala perasaan yang sedang berkecamuk di hatinya. Ingatannya kembali pada kejadian yang menimpa Hyung nya semalam. Bagaimana jika dia tak cepat datang dengan dua orang yang membantunya semalam? Pasti sesuatu yang buruk akan terjadi. Tidak, jihoon tidak ingin jika itu terjadi. Hyung Nya sudah lelah menghadapi kehidupan yang keras ini demi dirinya demi masa depannya hyung nya rela bekerja sangat keras. Jihoon hanya bisa berharap semoga suatu saat nanti hyung nya bisa menemukan kebahagiaan nya.

"Hyung, maaf jihoon belum bisa melindungi mu." Lirih jihoon sambil mengusap surai jimin yang menutupi matanya.

"Eunghh.. Eoh? Jihoon? Sekarang jam berapa?" Ucap jimin yang baru saja terbangun dari tidurnya.

"Hyung, kau sudah merasa lebih baik?" Ucap jihoon dengan wajah khawatirnya.

"Hum, aku tidak apa-apa jihoonie. Hyung mau mandi dulu ne, setelah itu hyung siapkan sarapan."

"Hyung tak perlu bekerja dulu, ambilah libur hari ini."

"Tidak bisa jihoonie, hyung baru kemarin bekerja tidak mungkin hyung sudah minta libur."

"Tapi hyung..

" Tidak apa-apa jangan terlalu khawatir ne."

"Ne hyung."

Jimin pun beranjak dari tempat tidurnya namun jimin kembali meringis sakit dan menyentuh perutnya karena memar di perutnya belum sembuh.

"Akh.. Sshh.."

"Eh? Hyung kau kenapa? Ada yang sakit?"

"T-tidak apa-apa jihoonie. Hyung baik...

"Benarkah kau baik-baik saja?" Sela Seseorang yang tengah bersandar di pintu dengan melipat tangannya di dada.

"Eh? Tuan siapa?" Ucap jimin yang terkejut.

"Aku min yoongi yang menolong mu semalam." Yoongi pun mendekat ke arah jimin dan jihoon.

"Kau yakin sudah tidak apa-apa?"

" Ne tuan aku baik-baik saja."

"Panggil saja hyung. Oh ya aku sudah membelikan kalian sarapan dan bahan makanan semua ada di lemari es. Karena aku melihat di dalamnya hampir kosong."

"Maaf kami sudah merepotkan mu hyung, nanti akan aku ganti."

"Tidak perlu seperti itu cukup beritahu namamu dan nomor ponselmu."

"Namaku Park jimin dan maaf hyung aku tidak punya ponsel." Ucap jimin menunduk.

"Oh begitu. Tunggu sebentar." Yoongi pun mengambil ponsel yang ada di kantong celananya dan menekan nomor seseorang.

"Tae kau ada dimana sekarang?"

"....."

"Tolong bawakan aku dua ponsel kesini. Sekarang."

"..."

"Tak perlu banyak tanya, cepat lakukan atau ku potong gaji mu."

"....."

"Berisik!"

Yoongi pun mematikan sambungan telepon nya dan kembali menatap ke dua orang yang ada di dalam kamar jimin.

"Ponsel kalian akan segera datang sebentar lagi." Ucap yoongi santai sambil mengetik sesuatu di ponselnya.

"Hyung kau tak perlu repot seperti itu. Kau juga tidak mengenal kami."

"Kata siapa aku tak mengenal kalian. Aku sudah berkenalan dengan jihoon semalam, dan baru beberapa waktu yang lalu aku mengenalmu."

"Hyung...

" Bisa kau diam dan menerima saja. Kenapa kau cerewet sekali sih! Ck!"

'Astaga orang ini, susah sekali untuk menolaknya dan dia juga bertindak sesuka hatinya. Akan sulit berhadapan dengan orang seperti dia.' jimin menggerutu dalam hati. Dan jihoon yang ada di antara ke duanya hanya menonton drama mereka berdua dengan tatapan polosnya

"Baiklah terserah hyung saja." Ucap jimin acuh dan mulai beranjak dari ranjangnya.

"Mau kemana kau?"

"Astaga, aku akan pergi kerja hyung. Aku sudah tidak apa-apa." Jimin lama-lama jadi kesal pada yoongi.

"Tidak, kau istirahat saja."

"Hey!" Jimin yang kesal berjalan ke arah yoongi dan berhenti di hadapannya.

"Siapa kau mengaturku seenaknya. Kau bukan siapa-siapa, ayah ku bukan, saudaraku juga bukan, kau tak punya hak mengaturku." Ucap jimin yang sudah terlalu emosi dengan yoongi.

"Hmm.. Begitu. Baiklah mulai sekarang aku adalah hyung mu. Aku akan segera mengurus surat keterangan adopsi kalian." Yoongi menyunggingkan senyum gummy nya.

"A-apa?" Jimin pun terkejut dengan ucapan yoongi. Adopsi katanya?

"Hyung kau gila! Adopsi? Kau mau mengadopsi kami?"

"Kenapa? toh aku anak tunggal dalam keluargaku. Kalian juga hidup berdua tanpa keluarga jadi apa sakahnya."

"Tapi hyung bagaimana orang tua hyung?"

"Tenang saja keluarga yoongi hyung akan menerima kalian. Oh ya.. Hyung ini ponselnya." Ucap taehyung yang baru datang.

"Bagaimana kalian mau kan menjadi adik ku? Dan ini ponsel kalian nomor kalian sudah ku simpan dan dikontak ponsel kalian sudah ada nomor ponselku." Yoongi kembali bertanya pada jimin dan jihoon.

"Mau hyung."

"Jihoon!" Jimin menatap adiknya tak percaya karena menerima tawaran itu.

"Oh benarkah, aku sangat senang sekali kalian menerimanya."

"Hey! Aku belum mengatakan bersedia kalau kau lupa."

"Hahaha.. Maaf tapi aku tak menerima penolakan." Final yoongi sambil menarik jihoon keluar.

"Min yoongiiiiiiiii!" Teriak jimin frustasi.

Kini jimin sudah bersiap dan mengganti pakaiannya setelah mandi. Jimin pun keluar dari kamarnya berjalan menuju dapur.

"Jimin-ah kemari lah kita sarapan bersama." Ucap yoongi saat melihat jimin keluar dari kamarnya

"Aku tak lapar." Ucap jimin dengan nada ketus

"Oh.. Adik ku yang ini ternyata pembangkang hum.." Yoongi berjalan ke arah jimin dengan seringainya.

"Aku bukan adikmu hyung."

"Benarkah? Tapi, beberapa jam lagi kau akan menjadi adikku." Jimin pun memutar bola matanya jengah.

"Astaga hyung! bisakah kau tidak melakukan semuanya sesuka hatimu?"

"Maka dari itu..

𝘿𝙧𝙧𝙩𝙩.. 𝘿𝙧𝙧𝙩𝙩..

Ponsel yoongi pun bergetar, yoongi yang melihat nama penelpon itu tersenyum lebar.

" Ah, lihat eomma sudah menelpon. Yoboseo..."

"....."

"Aku dirumahnya sekarang ini."

"....."

"Ne aku akan membawanya ke sana."

"....."

"Iya eomma tenang saja."

"....."

Setelah menerima telpon yoongi tersenyum lebar sambil menatap jimin dan jimin bergidik ngeri melihat senyum yoongi seperti itu.

"Hyung kau sudah gila ya.."

"Ayo kita sarapan dan kemudian kita mengunjungi eomma ku Ah.. Tidak, eomma kita." Ucap yoongi sambil menarik jimin ke ruang tengah untuk sarapan.

"A-apa?"

.

.

Mereka kini sedang berada di mobil yoongi menuju ke rumah kediaman keluarga min. Jimin duduk di belakang dengan jihoon yang tertidur di pangkuannya. Dan di kursi depan ada taehyung dan yoongi yang menyetir mobil.

Mobil yoongi pun sampai di rumah kediaman keluarga min. Dari luar Rumah yang bernuansa putih yang tampak begitu megah dengan empat pilar berjajar dan di tengahnya terdapat pintu masuk rumah itu. Mereka pun mulai melangkah masuk ke dalam setelah yoongi memarkirkan mobilnya di halaman rumah itu.

"Kalian sudah datang!" Ucap seorang wanita paruh baya dengan senyum lebarnya.

"Ah ini pasti jimin dan ini pasti jihoon, Apa eomma benar?" Tambah wanita itu dengan menunjuk pada jimin dan jihoon

"N-ne nyonya."

"Eh... Jangan panggil nyonya, panggil eomma. Kalian berdua harus membiasakan memanggilku eomma karena mulai sekarang kalian bagian keluarga ini. Dan marga kalian juga sudah berganti menjadi min jimin dan min jihoon. Kalian mengerti kan."

"N-ne nyo eh eomma."

"Ne eomma."

"Kyaa.. Kalian manis sekali." Ucap nyonya min sambil memeluk mereka berdua.

"Yoon, tunjukan kamar mereka eomma akan membuat kue untuk kalian."

"Ne." Yoongi pun mengantar jimin dan jihoon ke kamar mereka yang ada di lantai dua. Kamar itu sudah di siapkan oleh nyonya min dan pelayan disana.

"Hyung, eomma bagaimana bisa tahu?" Tanya jimin

"Tentu saja dariku."

"Aishh.. Kau ini hyung selalu seenaknya sendiri.." Kini mereka sudah berada di dalam kamar masing-masing. Jihoon sudah berada di kamarnya dan tertidur tadi dia mengeluhkan bahwa dia mengantuk dan langsung dia tertidur. Dan kini tinggal jimin dan yoongi ke duanya berada di kamar yang akan di tempati jimin.

"Hyung aku masih ingin bekerja. Boleh ya.."

"Eh, sudah berani manja denganku hum? Tapi, tidak untuk apalagi kau bekerja. Lebih baik sekarang kau nikmati ini semua."

"Tidak bisa hyung, aku tidak bisa seenaknya menikmati harta orang lain. Aku..."

"Kau sekarang adikku min jimin. Kau bagian dari keluarga min sekarang. Kau harus menurut padaku."

"Kalau begitu aku akan bertanya pada eomma saja." Jimin pun keluar dari kamarnya meninggalkan yoongi yang saatm  menggerutu.

"Coba saja kau tanya pada eomma dan jawabannya akan membuatmu menurut. Hah.. Punya adik pembangkang ternyata melelahkan.." Gerutu yoongi sambil keluar dari kamar jimin.

Kini jimin sudah berada di dapur untuk menemui nyonya min.

"Eomma.. Boleh aku minta sesuatu..?"

"Jimin ingin apa sayang? Katakan saja."

"Bolehkah emm.. Jimin bekerja?"

"Apa?! Apa yang kau bilang tadi, bekerja?"

"N-ne eomma.."

"TIDAK!" ucap nyonya min dengan penuh penekanan. Jimin pun mulai gugup karena nyonya min terlihat menyeramkan.

"E-eomma aku..

"Apa kau dengar? Pokoknya tidak ya tidak." Nyonya min mulai marah pada sifat keras kepala jimin.

"M-maaf eomma." Lirih jimin sambil menundukkan kepalanya.

"Maafkan eomma sayang, eomma ingin kau menikmati ini semua jimin. Hyung mu juga melarang bukan jadi kau harus menurut ne.."

"Baik eomma." Ucap jimin pasrah.

"Kembalilah ke kamarmu. Makan siang juga akan segera siap."

"Ne eomma. Jimin kembali ke atas dulu."

"Iya sayang....oh.. Astaga benar-benar anak yang manis. Yoongi tak salah telah mengadopsi mereka."

"Benar nyonya tuan muda jimin sangat manis dia anak yang penurut. Semoga dia selalu bahagia di keluarga ini nyonya." Ucap seorang pelayan rumah itu yang sedang membantu nyonya min menyiapkan makan siang.

"Ne ahjuma,Semoga.." Ucap nyonya min dengan tatapan sendu.

𝙏𝙗𝙘